• Dewa Judi
Mingzhi menaruh chip senilai 10.000 yuan dan meletakkannya ke angka delapan belas sambil menyeringai.
“Dasar anjing! Kau mencoba membodohi kami, kau sama sekali tidak berpindah dari tempatmu, kau pikir ini bercanda!”
“Kenapa kau masih menggonggong tidak jelas begitu, bukankah kau diberi kesempatan untuk melempar bolanya, kau pikir aku bisa menipu dengan itu?!”
“Hmmmph! Keberuntunganmu akan habis kali ini!”
Orang itu melempar bolanya dengan cepat, terlihat amatir tapi bola itu berputar dengan sangat cepat sehingga orang-orang tidak mungkin bisa berpikir akan ada kecurangan.
“Ya ampun bola itu terlalu cepat, kali ini pak tua Cong tidak akan bisa memenangkan taruhannya.”
“Tentu saja! Dengan bola yang kulempar secepat itu maka kemungkinan dia menang pasti sangat tipis. Bersiaplah kehilangan sebelah ginjalmu. Hahaha.” kata sang pelempar bola.
Semua orang tertawa dan terlihat senang. Kemudian bola itu perlahan menjadi pelan dan tetap saja dengan skill Imaginer milik Mingzhi bola itu tetap berhenti pada angka 18.
“Ya tuhan! Bagaimana mungkin?!!”
“tiga kali berturut-turut bola berhenti di angka 18, mana ada keberuntungan seperti itu.”
“Hah?!! Apa kalian masih berpikir kalau aku curang? Bukankah aku sudah membiarkan kalian yang melempar bolanya, omong kosong apa lagi yang mau kalian keluarkan?”
“Ti ti tidak, tidak sodara Cong, kami tidak berani menuduhmu curang lagi, semuanya sudah terbukti, keberuntungan sodara Cong sangat luar biasa. Aku tidak akan ikut di putaran selanjutnya.” dengan senyum yang dibuat-buat orang itu mengatakannya.
Dengan begitu beberapa orang jadi tidak ingin ikut berpartisipasi, uang mereka telah banyak terkuras melalui taruhan yang tidak masuk akal itu. Beberapa wanita cantik datang mendekat ke arah Mingzhi dan mencoba merayunya.
“kakak tampan, apa kau tidak keberatan jika aku menemanimu malam ini?” dengan suara halus, wanita itu menempel ke tangan Mingzhi sehingga dadanya menyentuh tangan Mingzhi.
Wajah Mingzhi memerah, jelas saja, dirayu oleh seorang wanita adalah pengalaman baru bagi Mingzhi.
“Nempel! Itunya nempel, terlebih di kedua tanganku aku merasakan hal-hal yang seharusnya tidak aku rasakan. Dunia orang dewasa ini sangat mendebarkan!” pikir Mingzhi dengan wajahnya yang memerah.
Beberapa orang tidak berani bertaruh dengan Mingzhi, tapi beberapa lainnya merasa geram dengan ketenaran Mingzhi.
“Kita bertaruh sekali lagi! Kali ini aku akan mempertaruhkan semuanya!” seorang penjudi dengan kepala botak dan tubuh gendut.
“Kalau kau masih punya, kenapa kita tidak lanjutkan saja, malam masih panjang!” ujar Mingzhi.
“Kakak sangat hebat, dimalam yang panjang ini adakah sedikit waktu untuk kita berbincang?” kata wanita di samping Mingzhi, dengan suaranya yang menggoda dia sambil mengelus pipi Mingzhi.
Mingzhi berkeringat dan jantungnya berdegup kencang di ikuti rona wajahnya yang tidak bisa disembunyikannya lagi.
“Kali ini aku akan mempertaruhkan semua yang ada padaku, ini 12.000 yuan, aku juga menaruh kalung emasku, cincin dan juga gelang, jam tanganku juga merk ternama dan edisinya juga terbatas. Ini sudah lebih dari 100.000 yuan. Aku bertaruh di nomor 18. Hahahah!”
“Ya ampun! Nomer itu kan nomer yang selalu Cong Wei pilih, kenapa dia menaruhnya disana.”
“Hahaha... Selain beruntung, seorang penjudi harus cerdas, angka itu selalu menang tiga kali berturut-turut, tentu saja selanjutnya akan begitu. Tuan Lan sangat bijak!”
Pria gendut itu tersenyum karena dirinya di puji.
“Ini jelas curang namanya! Kakak Cong Wei selalu menempatkan chipnya di situ, bagaimana pria botak ini begitu tidak tau malu.” kata salah seorang wanita di samping Mingzhi.
Mingzhi tampak sangat berkeringat.
“Hahaha... Dia pasti takut kalah kali ini, keringatnya tidak berhenti keluar dan dirinya pun terlihat pucat. Jika dia berhenti di taruhan ini maka orang-orang tidak akan terima, dan jika dia ikut taruhan ini maka aku akan kaya raya... Hahahaha.... Cong Wei! Rasakan itu!” dalam hati pria gendut itu.
“Di kelilingi wanita dewasa yang cantik, otakku jadi tidak bisa fokus. Ah! Seharusnya anak-anak sepertiku diam dirumah saja.” dalam hati Mingzhi.
“Tuan Cong Wei! Apa kau tidak berani bertaruh?!”
“Hmph! Sudah menang banyak dan mau pergi.”
“Jika kau pria maka bertaruhlah sampai akhir.
Semua orang mulai mengkritik Mingzhi.
“Kau.... Kau! Beraninya kau menempati nomer keberuntunganku.” kata Mingzhi dengan wajah yang emosi.
“Hahaha, kenapa? Aku sudah menaruhnya sebelum kau! Lantas apa maumu? Game kali ini aku akan menang, hahahahah!”
Mingzhi tersenyum.
“Itu nomer keberuntunganku... Aku tidak yakin kau akan beruntung menggunakannya.”
“Hahaha, omong kosong! Kau pasang juga taruhanmu!”
“Kakak Cong! Kakak Cong, jangan ikut taruhan ini, orang ini curang... Dia dengan sengaja mengambil tempatmu.”
Pria gendut itu tersenyum melihat para wanita yang mencoba menghentikan Mingzhi.
Mingzhi memasang semua Chipnya, nilainya lebih tinggi daripada nilai chip lawannya, dia menyodorkan kepingan Chip itu di angka 17, tepat disamping taruhan sang lawan.
“Hahaha! Aku menang! Aku kaya! Kau akan kehilangan semuanya!”
Dealer akan melempar bolanya dan Mingzhi menghentikannya.
“Hei! Apa ini? Kenapa kau menghentikan lemparannya? Apa kau begitu takut kalah?” sambil tersenyum meremehkan Mingzhi pria gendut itu mengatakannya.
Mingzhi memberikan bolanya pada si pria gendut.
“Aku tidak takut kalah, aku ingin kau melemparnya. Dan aku akan mengajukan sebuah kondisi.”
“Kondisi? Kondisi apa?! Apa kau begitu putus asa dan mencoba tawar menawar denganku?”
Semua orang mulai mengkritik Mingzhi lagi.
“Tak tau malu, sudah menang banyak malah mencoba mencari-cari alasan untuk kabur.”
“Dia terlalu menunda-nunda permainannya.”
“Dia pasti kebingungan harus meletakkan wajahnya dimana setelah ini.”
“Aku akan mengajukan sebuah kondisi. Taruhan ini antara aku dan tuan Lan. Semua angka di dalam Roulette ini akan menjadi milik tuan Lan, kecuali angka, 15, 16 dan 17 milikku. Jika bolanya berhenti di angka selain milikku maka uangnya semuanya akan jadi milik tuan Lan sebagai pemenang judi.”
Semua orang terkejut dan saling menatap satu sama lain.
“Hahahaha! Bukan hanya putus asa tapi sepertinya tuan Cong menjadi gila, jika itu kondisi yang kau sebutkan bahkan aku bersedia mempertaruhkan gigi emasku juga dalam taruhan ini.” kata pria gendut itu.
“Haaa.... Pemenangnya sudah jelas, tuan Lan pasti akan menang banyak.”
“Ya ampun, orang bernama Cong Wei ini benar-benar gila, bertaruh dengan modal 100 yuan dan sekarang sudah jadi jutawan, tapu dia malah menyerahkan uang itu pada tuan Lan secara sukarela.”
“Selain tuan Lan sebagai pelempar bola, tiga perempat angka adalah milik tuan Lan.”
“Kau benar! Meski dilempar dengan mata tertutup tuan Lan pasti menang.”
“Hahahah! Kau dengar itu tuan Cong?! Kekalahanmu sudah dipastikan, tapi tenang saja, ketika aku menang aku akan menteraktir kalian semua minum, termasuk kau juga tuang Cong.” tersenyum sinis pada Mingzhi.
“Wah tuan Lan sangat dermawan, aku akan mengingatnya.”
“Benar! Aku tidak sabar melihat lemparan kemenangan milik tuan Lan.”
“Hahahah.... Kalau begitu mari kita lempar saja bolanya!”
Pria gendut itu melempar bolanya dengan wajah semeringah. Dia tertawa seolah olah dia sudah memenangkan pertandingannya. Mingzhi hanya bisa berkeringat karena diapit oleh kedua wanita cantik di sampingnya.
Bolanya terus berputar dan perlahan akan mendekati angka 18.
“Delapan belas! Itu sudah pasti delapan belas!”
“Wow! Dalam satu malam angka itu akan keluar empat kali berturut-turut.”
“Hahaha... Tuan Lan akan kaya raya.”
Angkanya mendekat dan berada di tonjolan garis antara 17 dan 18, bola itu jatuh di angka 17.
Dua orang wanita yang ada disamping Mingzhi bahagia dan dengan uforianya itu mereka memeluk Mingzhi dan mencium pipinya.
Pria gendut itu terjatuh dengan tampang stress yang luar biasa.
“Mustahil! Mustahil! Bagaimana bisa?”
“Ini.... Kemenangan empat kali berturut-turut. Orang ini terlalu beruntung.”
Sementara orang lain bingung dengan hasilnya, Mingzhi kerepotan menghadapi kedua wanita yang menempel padanya.
“Ya ampun! Aku tidak terbiasa dengan ini, mereka terlalu dekat, apa perempuan akan sangat mudah menempel seperti ini?!”
“Curang! Ini pasti curang! Dia bisa menang empat kali berturut turut walau dia menjadikan dirinya di tempat yang sulit untuk dia menangkan. Dia terlalu percaya dirinya akan menang makanya dia selalu meminta hal yang mustahil.” kata pria gendut yang bertaruh dengan Mingzhi.
“Masih soal ini lagi kah? Masih soal kecurangan dan kecurangan? Yang menang menikmati hasil dan yang kalah meratapi hasil. Kalian harus mengubah mindset yang seperti itu. Jika kau menang maka teruslah berusaha dan jika kau kalah maka lebih keraslah dalam berusaha. Melemparkan kata curang karena dirimu kalah dari orang lain. Sikap seperti itu benar-benar pecundang.”
Semua orang tertunduk dan merasa malu di hadapan Mingzhi.
“tuan Lan, anda sangat menyedihkan. Anda terlalu percaya diri anda akan menang dan merasa menjadi orang yang paling pintar. Jika anda pintar pasti anda akan mendengar kata-kataku dari awal. Pertama, angka 18 bukanlah angka keberuntungan anda, dan yang kedua, meskipun saya tidak memilih angka keberuntungan saya, bukankah saya sudah pernah bilang? Saya Cong Wei, pria yang di cintai dewi fortuna.”
“Banyak bacot! Keamanan! Tolong tangkap orang ini!” seru pria gendut.
Orang-orang berbadan kekar datang dan meringkus tuan Lan.
“Apa! Apa ini?! Bukan aku yang seharusnya kalian tangkap! Tapi penipu itu!”
“O, o orang-orang ini adalah bodyguard langsung pemilik gedung ini, tangan tangan ketua besar organisasi harimau giok Li Yifei.”
Melihat orang-orang yang menjaga langsung Li Yifei turun ke lantai pertama cukup membuat orang-orang yang melihatnya merasa bergidik.
Suara orang bertepuk tangan terdengar dalam kesunyian itu. Suaranya semakin dekat dan tampak sosok Li Yifei berjalab dengan santai ke arah Mingzhi.
“Hebat! Hebat! Aku sudah melihat pertunjukan tuan Cong sedari awal. Tidak ada ssorang penjudi pun di dunia yang bisa mengambil resiko besar seperti tuan Cong! Tidak ada seorangpun! Seorang penjudi membuat kesulitannya sendiri? Jika dia bukan seorang dewa judi, maka harus disebut seperti apa?”
Li Yifei mendekat pada Mingzhi dan merangkulnya.
“Aku suka sikap tuan Cong! Diriku pribadi merasa kagum dan sangat terkesan dengan kepercayaan seorang ksatria yang terpancar dari mata seorang penjudi. Saya akan sangat mereasa terhormat bila anda ingin menerima undangan saya, ke lantai atas gedung ini.”