• Sebuah awal dari balas dendam
“Tubuhnya tinggi, rambutnya hitam legam, alisnya lurus memanjang di dekat matanya yang sayu, hidungnya mancung. Daripada terlihat seperti orang asia, dia lebih terlihat seperti seorang blasteran asia-eropa.” kata Gou Meilin.
Gou Meilin adalah nama Nyonya Wu Meilin sebelum dia menikah, benar... Kita kembali ke masa dimana awal mula Su Rongzhen bertemu dengan orang yang berhasil membuat Su Mingzhi berkeringat dingin, Zhao Mingde.
“Mei memang lebih suka dengan penampilan seorang pria daripada apa yang dimiliki pria itu,” ketus Chu Liam, teman Su Rongzhen dan juga Wu Meilin saat mereka masih berkuliah.
“Ho... Yang dimiliki seorang pria? Gadis berkacamata dengan wajah polos ini berani mengatakan hal jorok semacam itu, ya?” kata Gou Meilin dengan nada menggoda khas milik Wu Shian.
“Bukan! Aisshhh... Apa sih yang kau pikirkan, yang kumaksud itu adalah bakat dan kemampuannya. Seorang dengan bakat dan kemampuan yang bagus pasti bisa mendapatkan masa depan yang gemilang.”
“Kau ingin berhubungan dengan pria tampan dan menghabiskan satu malam dengannya, lalu kau merasa puas? Kepuasan semacam itu apa gunanya? Aku ingin pria yang mempunyai masa depan gemilang, pria yang bisa membawaku sepanjang jalan menuju masa depannya, bukankah lebih puas jika pria itu bisa menemanimu setiap malam,” sambung Chu Liam.
“Huaaa... Rencana masa depan yang hebat, karna itulah kau masih perawan sampai sekarang.”
“Be beraninya kau!”
Disela keributan yang dibuat oleh kedua sahabatnya, Su Rongzhen tidak melakukan apapun selain memandangi ponselnya dan menunggu sebuah email, dia sama sekali tidak menggubris kedua temannya yang sangat berisik itu, seakan-akan Su Rongzhen memang tidak merasakan adanya keributan apapun.
“Rongzhen! Bukankah yang ku katakan itu benar?!” kejut Chu Liam.
“Hmmm! Wanita polos berlindung di balik punggung wanita polos yang lainnya, lucu sekali!” kata Gou Meilin sambil membuang wajahnya.
“Eh? Apa yang kalian bicarakan?” tanya Su Rongzhen dengan wajah kebingungannya yang polos.
“Kita sedang membicarakan seorang pria.”
“Pria?”
“Ya! Aku bilang aku suka karena dia berparas rupawan, dengan tubuh tinggi dan wajah yang seperti blasteran cina-eropa.”
“Dan aku bilang aku suka pria yang bertalenta dan mempunyai bakat yang gemilang.”
“Su Rongzhen! Kau suka yang mana?!!” ucap Meilin dan Chu Liam bersamaan.
“Eh? Aku tidak mengerti, memangnya siapa yang kalian bicarakan?”
“Zhao Mingde!!!” seru Meilin dan Chu liam dengan kompak, tubuh mereka kedepan sampai wajah mereka dekat dengan Su Rongzhen yang tengah duduk itu, badan keduanya tertahan oleh meja bulat yang memisahkan mereka.
“Eeeeeehhhhh????” kedua gadis yang berseru itu saling menatap dengan wajah yang kebingungan.
Meilin dan Chu Liam duduk kembali ke kursi mereka dan saling memalingkan wajah satu sama lain.
“Jadi... Kita menyukai orang yang sama?”
“Aku mana tau kalau orang yang kita bicarakan itu sama, yang ku tau dia adalah orang yang pintar, dia juga berbakat dan sikapnya yang begitu sopan serta kemampuannya dalam berinteraksi, aku yakin suatu hari masa depannya akan cerah.”
“Begitu kah? Aku hanya tau kalau dia adalah pria yang sangat keren dan tampan, dia juga popoler di kalangan para gadis dan para gadis ingin menjadi pacarnya kalau bisa. Aku tidak tau kalau dia juga pintar dan juga berbakat, sepertinya Zhao Mingde itu pria yang diberkati oleh surga.”
“Ah... Dia benar-benar sempurna,” kata Chu Liam dan Meilin bersamaan.
“Zhao Mingde yang kalian bicarakan itu... Apakah dia yang dari jurusan Kardiovaskuler? Spesialis jantung dan pembuluh darah?” kata Su Rongzhen.
“Em... Aku tak tau pastinya tapi... Aku memang pernah mendengar kalau Zhao Mingde itu mahasiswa kedokteran penyakit dalam.”
“Rongzhen, kau benar... Zhao Mingde yang kita bicarakan memang yang dari jurusan Kardiovaskuler, lagipula siapa lagi di Universitas Tian Yun yang mempunyai nama Mingde selain dia?”
“Aku ragu mendengar itu dari perawan sepertimu yang tidak terlalu banyak berkenalan dengan orang.”
“Gao Meilinnnnnnn!!!!” dengan geram dan tangan yang di kepal mengarah pada Meilin, Chu Liam mengatakannya.
“Su Rongzhen... Apa kau memang tau si Zhao Mingde ini?”
“Teman-teman.... Sebenarnya... Itu... Dengar, aku... Aku dan Zhao mingde itu sebenarnya... Kami baru saja berpacaran.”
Chu Liam dan Gao Meilin melihat melihat pada Su Rongzhen dengan tatapan seperti ikan mati.
****
Tak lama setelah itu berita tentang hubungan Zhao Mingde dan Su Rongzhen menyebar dari mulut ke mulut, banyak orang yang menyayangkannya. Para pria merasa sangat patah hati begitu pula para wanita, tapi mau bagaimanapun juga mereka harus bisa menerimanya. Zhao Mingde dan Su Rongzhen adalah pasangan yang sama-sama cocok.
Su Rongzhen yang dikenal sebagai dewi kecantikan nomer satu di seluruh provinsi, dan Zhao Mingde pria dengan wajah paling rupawan yang tidak ada bandingnya. Keduanya seperti pasangan yang ditakdirkan oleh surga untuk bersama.
Hubungan Zhao Mingde dan Su Rongzhen sangatlah romantis, mereka saling mencintai satu sama lain, bahkan sangat sulit memisahkan mereka. Mau seperti apapun halangan yang mereka alami, Zhao Mingde akan selalu menggenggam tangan Su Rongzhen dengat erat, begitu pula sebaliknya.
Bahkan suatu hari saat cobaan terberat dalam hubungan mereka harus di hadapi, tangan keduanya masih saling menggenggam dan tidak mau terlepas sedikitpun. Cobaan terbesar saat itu adalah meminta restu dari keluarga Su.
Keluarga Su adalah Keluarga paling besar yang menduduki provinsi Chenzou, pengaruhnya kurang lebih sama seperti dengan pengaruh milik keluarga Zhuge di Sanming. Keluarga Su sangat kaya, dan setiap orang yang berasal dari keluarga Su itu rupawan, dengan kata lain setiap keturunan yang berasal dari keluarga Su itu tampan dan juga cantik.
Zhao Mingde hanya lulus di kriteria tampang saja, sedangkan kualifikasi untuk melamar seseorang dari keluarga Su masih ada yang harus di penuhi, seperti pengaruh keluarga dan juga kekayaan, intinya adalah Keluarga Su menginginkan menantu dengan status yang bisa di sejajarkan dengan Status keluarga mereka.
Zhao Mingde hanyalah seorang lelaki dari Keluarga Kelas Satu yang terbawah, stastunya si ambang batas Kelas Satu dan Kelas Dua, karna itu Keluarga Su sangat menentang lamarannya. Terlebih, Su Rongzhen merupakan seorang ahli waris, kemampuannya telah diakui oleh seluruh keluarga, sangat tidak mungkin menyerahkan Su Rongzhen pada seorang pria yang tidak mempunyai kualifikasi.
Suatu hari Su Rongzhen memutuskan sebuah keputusan yang sangat besar.
“Kakak Zhao... Aku... Aku akan memutus hubunganku dengan keluarga Su.”
“Apa? Apa kau serius? Kau akan sangat menyesal jika kau melakukan sampai sejauh itu. Adik Su, dengar! Mungkin yang terbaik kalau kita menyerah saja.”
Su Rongzhen menampar Zhao Mingde dengan keras, air mata Su Rongzhen tidak terbendung.
“Kau ingin mengakhirinya begitu?” ucap Su Rongzhen.
Zhao Mingde lalu memegang kedua lengan Su Rongzhen, Zhao Mingde menatap Su Rongzhen begitu dalam.
“Membuatmu berpisah dengan keluargamu bukanlah hal yang kuinginkan, bukankah banyak orang yang kau kasihi di dalam rumah besar itu? Kau pikir bagaimana sedihnya dirimu nanti jika berpisah dengan mereka?”
“Tentu saja aku sangat sedih, Nenek dan yang lainnya juga... Aku... Aku tidak ingin berpisah dengan mereka...”
“... Kan?!” sela Zhao Mingde
“Tapi aku juga tidak ingin berpisah denganmu! Kau pikir seberapa beratnya beban yang harus ku tanggung untuk memilih antara dirimu dan keluargaku?!”
“Maafkan aku...”
“Maafkan aku kau bilang?!”
Su Rongzhen sambil menangis dengan air mata yang tidak mau berhenti mengalir itu terus memukuli d**a Zhao Mingde hingga pria itu harus sedikit mundur.
“Dia tidak pernah memukulku bahkan memarahiku, tapi saat aku ingin memisahkan dia dariku dia begitu marah... Ah... Apa yang aku lakukan? Bukankah sudah jelas kalau Su Rongzhen begitu mencintaiku, dan akupun sangat mencintainya,” dalam hati Zhao Mingde.
Zhaou Mingde mendekap Su Rongzhen dalam pelukannya, dan Su Rongzhen terus berusaha memukuli Zhao Mingde sampai akhirnya dia memeluk pria dengan perasaan hangat itu.
“Adik Su, tidak! Rongzhen... Pergilah bersamaku!” dengan tatapan yang begitu dalam, sambil memegang kedua pipi Su Rongzhen, Zhao Mingde mengatakannya.
Mereka berdua pun pergi dari Chenzou menuju Guangdong, disana Zhao Mingde dan Su Rongzhen menikah dan membangun rumah tangga mereka yang bahagia. Su Rongzhen menggunakan tabungannya beserta Zhao Mingde untuk membuat sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang kesehatan, perlahan klinik yang mereka bangun menjadi rumah sakit kecil yang diberi nama Rumah Sakit Mingzhi, hari pembukaan dan peresmian klinik menjadi rumah sakit bertepatan dengan lahirnya buah hati mereka Zhao Mingzhi.
Kebahagian Su Rongzhen dan Zhao Mingde semakin bertambah setiap tahunnnya, hingga suatu hari Mingzhi tumbuh besar.
Beban kerja Zhao Mingde sebagai dokter di rumah sakitnya sendiri terkadang membuat dia tertekan, suatu hari dia melihat foto putranya.
“Apakah aku seperti dia saat aku masih kecil? Tidak! Aku sudah menjadi lelaki yang tampan bahkan sejak aku masih anak-anak. Para tetangga sangat menyukaiku saat aku lewat di depan halaman mereka untuk bermain, bahkan mereka tidak jarang mencubit pipiku karena aku imut.”
“Lalu apa-apaan wajah anak ini? Bukankah Su Rongzhen itu wanita yang sangat cantik? Bagaiman aku dan Su Rongzhen bisa berakhir mempunyai anak seperti ini? Memalukan!”
Dengan tekanan yang terus menumpuk dan pikiran yang tidak bisa dikendalikan dari berburuk sangka membawa Zhao Mingde pada sebuah Kesimpulan.
“Apa Su Rongzhen selingkuh dengan pria lain? Dan Mingzhi itu bukanlah anakku?”
Perasaan itu mengakibatkan kehangatan yang selalu Zhao Mingde berikan kepada Su Rongzhen semakin berkurang dan sikapnya Zhao Mingde pada Su Rongzhen semakin dingin. Hingga pada waktunya Zhao Mingde melakukan apa yang dia pikir Istri kesayangannya itu pernah melakukannya. Benar! Zhao Mingde telah berselingkuh.
Zhao Mingde tidak pernah pulang larut malam namun sebulan terakhir Zhao Mingde selalu pulang terlambat, terkadang tercium bau alkohol dari pakaiannya, padahal Zhao Mingde bukanlah seorang pemabuk, dan kadang... Sebuah aroma wanita juga tercampur ke dalam pakaiannya.
“Apakah Suamiku telah....”