• Mereka Akan Bertemu
Bagaimanapun kecurigaan Su Rongzhen sudah tak dapat terelak lagi, ingin dia mengutarakan kekecewaannya itu pada Zhao Mingde namun rasa cintanya yang besar takut membuat Zhao Mingde malah meninggalkan dirinya.
“Bisa jadi itu hanya bau teman wanita milik rekan kerjanya yang tidak sengaja tercampur pada pakaian suamiku.”
Su Rongzhen terus berpikiran positif, dia tau betapa cintanya Zhao Mingde terhadap dirinya, jadi tidak mungkin suaminya akan serong di belakangnya. Namun prasangka itu terus berlanjut sebab bukan satu dua kali Zhao Mingde pulang dengan keadaan yang serupa.
Su Rongzhen memutuskan untuk diam.
“Mingzhi masihlah seorang anak kecil, dia membutuhkan kedua orang tuanya untuk bisa tumbuh dengan baik. Aku harus bersabar untuk anakku.”
Di sela-sela pikiran semacam itu terlintas kemungkinan jika suatu saat Zhao Mingde harus meninggalkan Su Rongzhen dan Mingzhi Kecil. Jadi tanpa sepengetahuan Zhao Mingde, Su Rongzhen memindahkan sebagian aset berharganya kedalam sebuah rekening baru atas nama Su Mingzhi.
Tak lama setelah itu, apa yang di khawatirkan oleh Su Rongzhen menjadi kenyataan.
Du ruang keluarga, Su Rongzhen dan Mingzhi kecil sedang menggambar di sebuah buku gambar dengan krayon pastel berwarna-warni.
“Mingzhi... Bisakah kau pergi dulu ke kamarmu? Bawalah buku gambarnya, lanjutkan saja menggambar disana... Aku... Ingin bicara dengan ibumu.”
“Baik ayah!” anak kecil berusia lima tahun itu dengan polosnya mengiyakan permintaan dari ayahnya.
Mingzhi masuk meninggalkan ibunya yang saat itu raut wajahnya sudah berubah sejak Zhao Mingde datang. Seluruh bagian lengan, pundak sampai leher menjadi dingin dan menjadi kaku, sedangkan jantung berdegup kencang.
Dengan tangan yang mengepal di d**a Su Rongzhen menyiapkan jantungnya agar tidak terhenti ketika mendengar perkataan pahit dari suami tercintanya.
“Su Rongzhen... Aku ingin kita bercerai.”
Walaupun kalimat itu sudah bisa di tebak, walaupun hati sudah siap menerimanya tapi tetap saja, sebagai orang normal pastilah shock mengetahui kenyataan tersebut. Su Rongzhen terdiam dengan wajah tertunduknya untuk beberapa saat sebelum dia mampu mengatakan sesuatu.
“Kau ingin cerai? Katakan apa alasanmu menginginkan perceraian itu? Apa ini karena wanita yang selalu bersamamu setiap malam itu?”
“Kau tau aku menemui seorang wanita setiap malam? Apa kau membuntutiku?”
“Zhao Mingde kau lupa kalau aku adalah istrimu, kau pikir siapa yang selama ini melayanimu, aku sudah bekerja sebagai ibu rumah tangga bertahun-tahun dan aku orang yang selalu mencuci pakaianmu, apa kau pikir hal sekecil itu akan terlewat dari pengawasanku? Aroma alkohol, aroma wanita bahkan beberapa noda kosmetik, kau pikir aku melewatkannya begitu saja?”
“Jangan mengatakannya seolah aku yang selingkuh darimu, kau dululah orang yang menyelingkuhiku, Su Rongzhen!”
“Hah? Darimana omong kosong itu berasal?! Bagaimana kau bisa mengatakan hal itu?!”
“Bagaimana? Kau pikir bagaimana? Lihatlah anakmu! Bahkan orang lain juga bisa sadar kalau dia bukan anak yang berasal dari hubungan kita. Apa kau pikir anak itu mirip denganku? Atau apa bahkan kau berpikir anak itu mirip denganmu? Tidak! Dia pasti anak yang kau dapatkan dengan hubunganmu bersama orang lain.”
Su Rongzhen berhenti menangis setelah mendengar itu, seperti semuanya menjadi hitam, tak ada apapun selain kegelapan dalam kepalanya, tatapan Su Rongzhen sepenuhnya kosong.
“Zhao Mingde... Apa yang membuatmu berakhir seperti ini, kau ingin menceraikanku bahkan itu sudah tidak masuk akal, dan sekarang kau mengatakan kalau Mingzhi bukanlah anakmu? Kau benar-benar sudah gila. Hanya karena dia berbeda denganmu dan kau melupakan bahwa dia anakmu?”
“Berhenti mengatakan bahwa dia adalah anakku! tak perlu menjalani test apapun untuk membuktikannya, bahkan orang lainpun dapat melihat kalau dia bukanlah darah dagingku.”
“Baiklah.... Kita akan bercerai. Mari tanda tangani surat perceraian kita secepatnya. Aku sudah tidak tahan jika kau berani menghina Mingzhi ku.”
Surat perceraian sudah ditandatangani, Su Rongzhen dan Zhao Mingde akhirnya resmi berpisah. Su Rongzhen memutuskan untuk pergi dari rumah uang yang ia bangun bersama suaminya. Jauh... Jauh sekali sampai keluarganya dan Zhao Mingde tidak bisa menemukan keberadaannya. Begitulah Su Rongzhen berakhir di Fuzhou di pinggiran kota kumuh yang jauh dari orang-orang kalangan atas yang bahkan mereka tak sudi kesana. Tempat yang paling sempurna untuk bersembunyi.
Setelah berpisah dari Zhao Mingde, Su Rongzhen bekerja sebagai pengajar di sebuah TK di pagi hari sampai siangnya. Malamnya... Dia akan berada di dalam kamar dan menangis sepanjang waktu. Mingzhi yang saat itu masih kecil hanya duduk bersandar pada ibunya tanpa bisa mengatakan apapun.
Tiap malam Su Rongzhen menangis sambil mengelus rambut Mingzhi yang terkadang sampai tertidur pulas di pangkuannya. Sampai suatu hari kesehatan Su Rongzhen benar-benar memprihatinkan dan dia harus terbaring di tempat tidur selama sisa hidupnya.
Mingzhi kecil yang saat itu tidak bisa apa-apa bekerja menggantikan ibunya sebagai seorang pemulung, dan pada akhirnya hasil jerih payahnya tak mampu membawa Su Rongzhen dan mengantarkannya pada tidur panjangnya.
****
Su Mingzhi akhirnya dapat melihat orang yang telah membuat sisa hidup Ibunya begitu pahit di hadapannya sendiri. Wajah yang tidak berubah bahkan setelah termakan usia, hanya bertambah sedikit kumis dan juga janggut, juga beberapa kantung mata. Tapi Mingzhi tau dengan pasti kalau dia adalah...
“Zhao Mingde! Orang yang telah membuat ibuku menangis setiap malam, orang yang telah merenggut senyum manisnya, orang yang telah menghapus kehangatan dirinya, orang yang telah membuat Ibuku terbaring di atas kasur selama sisa hidupnya.”
Kemarahan Mingzhi begitu memuncak, jantungnya memompa dua kali, tidak! Bahkan tiga kali lebih cepat. Setelah berpapasan dengan orang itu, Mingzhi merasa dunia seoalah berputar begitu cepat, pandangannya kabur dan dia merasakan pusing kunang-kunang yang sangat hebat.
Mingzhi memegang perutnya seolah apa yang ada didalamnya memaksa untuk keluar.
“Kakak Su?! Apa kau baik-baik saja?”
“Qi Qiu Wei... Antarkan... Antarkan aku ke kamar mandi!”
Qi Qiu Wei nampak panik, dia segera melihat sekeliling dan dengan cepat memanggil seorang pelayan ke tempatnya.
“Pelayan! Bisa kau katakan dimana letak kamar mandinya?!” ujar Qi Qiu Wei dengan wajah cemasnya, sambil merangkul Mingzhi yang seperti kehilangan tenaganya.
Wu Shuan langsung merangkulkan tangan satunya lagi ke bahunya. Kedua gadis itu membawa Mingzhi ke kamar mandi.
Mingzhi melihat pada cermin setelah muntah beberapa kali.
“Memulai proses pemulihan secara Otomatis! Lima puluh Point Emosi akan digunakan! Memperbaiki gejala mental pada Host! Memulai ulang pemulihan! Proses pemulihan akan selesai dalam tiga, dua, satu! Proses pemulihan berhasil. Kondisi Host prima seperti biasanya.”
Mingzhi langsung mencuci mukanya sambil menghadap cermin. Dia dapat melihat dengan jelas wajahnya, jantungnya tak lagi berdebar-debar, mual yang dia rasakan juga sudah tidak ada. Mingzhi telah pulih sepenuhnya.
Di sisi lain yaitu di luar kamar mandi, kedua gadis itu menunggu dengan wajah cemas.
“Apa Kakak Su baik-baik saja? Aku tidak tau dia bisa sampai ke titik dia menjadi orang selemah itu, tubuhnya sepenuhnya pucat dan menjadi lemas. Apa yang terjadi padanya?” sambil berjalan cepat mengelilingi tempat yang sama, dan menggigit jarinya, Qi Qiu Wei mengatakannya.
“Bertahun-tahun tidak bertemu, dan ayahnya berdiri dihadapannya... Su Mingzhi pasti sangat tertekan dan dia pasti shock. Saat di restoran dulu wajahnya terlihat kesal mendengar nama ayahnya di sebutkan. Pasti Su Mingzhi memiliki kebencian yang mendalam pada ayahnya itu.” dalam hati Wu Shuan sambil melihat Qi Qiu Wei mondar-mandir dengan cemas.
Pintu terbuka, Mingzhi keluar dengan wajah yang bersinar seperti biasa. Senyumnya terpancar indah seakan-akan hal yang barusan menimpanya tidak pernah terjadi.
“Qi Qiu Wei... Wu Shuan... Terimakasih.”
Qi Qiu Wei langsung mendekati Mingzhi, sambil berjinjit Qi Qiu Wei meraih dahi Mingzhi dengan tangannya.
“Apa kau sakit Kakak, Su? Apa terjadi sesuatu padamu? Katakan padaku jika kau merasa tidak enak badan!”
Wu Shuan melihat betape mesranya Qi Qiu Wei dan Su Mingzhi.
“Ehem!”
Mingzhi langsung melihat ke arah Wu Shuan yang wajahnya sedikit memerah.
“Jika Su Mingzhi sudab baik-baik saja maka aku akan kembali ke tempat keluargaku! Sodari Qi, Mingzhi... Aku duluan ya.”
“Terimakasih Sodari Wu.”
“Wu Shuan, terimakasih dan maaf aku merepotkanmu.”
“Um!” Wu Shuan menjawabnya sambil berjalan ke arah Pesta.
Qi Qiu Wei mengulurkan tangannya pada Mingzhi. Mingzhi melihat tangan mungil itu. Qi Qiu Wei menggoyang tangannya itu berusaha agar Su Mingzhi mengerti maksudnya. Mingzhi melihat pada wajah Qi Qiu Wei, wajahnya memerah seperti dia sedang mengharapkan sesuatu. Qi Qiu Wei memalingkan wajahnya dari Mingzhi, lalu Mingzhi menggenggam tangan Qi Qiu Wei.
Qi Qiu Wei tersenyum lebar dan langsung menarik Mingzhi keluar. Sambil memperlihatkan punggungnya yang ramping, gadis itu juga menunjukkan senyum lebarnya pada Mingzhi.
Di sisi lain di dalam Aula Pesta Bintang, di tempat Keluarga Lin berkumpul Zhao Mingde berdiri dengan istrinya Lin Chu Xiao, salah seorang putri dari Lima Keluarga Besar, Keluarga Lin.
“Sayang... Apa kau melihat anak muda dengan jaket dan celana training itu?” tanya Lin Chu Xiao
“Oh... Anak muda dengan pakaian yang tidak sopan itu, ya aku sekilas melihatnya. Itu sedikit mengganguku karena dia bersikap tidak sopan dengan memakai pakaian seperti itu di acara formal seperti Pesta Bintang ini. Apa kau juga tidak menyukainya?”
“Tidak, bukan begitu.... Aku hanya... Aku hanya merasa kalau wajahnya itu sekilas mirip denganmu.”
“Hahahah... Bagaimana mungkin, sayang? Bukankah kau yang bilang sendiri kalau suamimu adalah orang tertampan di dunia? Bagaimana ada seseorang yang bisa menyainginya?”
“Berhenti bercanda, aku serius... Bahkan setelah aku melihat lagi untuk memastikannya... Pemuda itu memang tampak mirip seperti dirimu! Posturnya, tingginya, bahkan wajah kalian hampir serupa.”
“Benarkah? Aku tidak terlalu memperhatikan wajahnya, kalau kau benar mengatakan ada seseorang yang mampu menyaingi ketampanan suamimu ini, maka suamimu ini akan melihatnya dengan mata kepalanya sendiri dan memastikannya.”
“Sekarang... Dimana pemuda yang kau bicarakan itu?”
“Kau akan membayar setiap tetes air mata yang jatuh dari Ibuku dengan penderitaanmu!”