• Hari penuh Rona
Su Mingzhi melepaskan pelukan Wu Shian dari dirinya, Su Mingzhi berbalik ke arah Pak Tua Qi dengan memberikan tatapan tajam.
Pak Tua Qi membalas tatapan Su Mingzhi dengan tatapan yang serupa, tak tampak Su Mingzhi berkedip sedikitpun setelah beberapa detik mereka saling menatap.
Semua orang yang ada di pihak Pak Tua Qi mulai ingin kembali menyerang Mingzhi, saat salah satu dari mereka mulai melangkah, pak tua Qi mengisyaratkan mereka untuk berhenti dengan sebelah tangannya.
Pak Tua Qi mulai tertawa dan dia berbalik arah menuju pintu keluar Aula Naga dan semua Master dan Murid Paviliun Aula Naga Keluarga Qi mengikutinya dari belakang.
“Penatua! Mohon maaf apabila saya lancang, tapi... Setelah mendengar Adik Su mengatakan perkataan yang tidak sopan seperti itu kenapa Penatua malah membiarkannya?” ucap salah satu Master Aula Naga.
“Kupikir aku dapat menekan anak kecil itu dengan kuasaku, nampaknya aku salah. Bagaimanapun juga aku hanyalah orang tua biasa, dan anak itu adalah seekor naga, meskipun dia baru terlahir... Naga tetaplah naga,” Pak Tua Qi tersenyum.
“Dia akan menjadi orang yang dikenal di Lima Provinsi besar nantinya, ketika dia dewasa dia akan mencapai ketinggian yang belum pernah Orangtua ini rasakan di masa mudanya. Haha... Menjadikannya sebagai menantu, walau hanya sekedar status, Keluarga Qi ku pasti akan mendapatkan keberuntungan di masa depan,” sambung Pak Tua Qi.
****
Semua mata mengarah pada Mingzhi, di hari ujian semesternya yang sudah memasuki hari ke tiga. Zhiqing, Liurong, Xia Baili, dan Tian Fan, bahkan sendok berisi makanan yang mereka pegang belum sampai sama sekali ke mulut mereka.
Qi Qiu Wei duduk disamping Mingzhi sambil membawa nampan yang berisi makan siangnya, wajahnya tegas namun agak tertunduk dan terlihat sedikit rona di wajahnya. Han Suyan berdiri sambil memegang buku tepat di samping Qi Qiu Wei.
“Mereka bertunangan,” Celetuk Wuzi yang membuat semua orang terkejut.
“Haaa?! Bertunangan? Kapan? Bukannya kemarin Sodara Su dan Senior Qi seperti orang yang tidak saling kenal?”
“Bagaimana mereka bertunangan? Apa ini benar-benar terjadi?”
“Sodara Su?! Katakan sesuatu!” desak Liurong.
“Ya... Itu terjadi begitu saja,” jawab Mingzhi dengan singkat.
Liurong menghirup nafas dalam-dalam sampai dia mengeluarkan suara aneh, saking terkejutnya dia sampai melakukan itu.
“Jadi sekarang hubungan kalian seperti pacaran?” tanya Zhiqing.
Mingzhi dan Qi Qiu Wei saling menatap satu sama lain, Qi Qiu Wei melihat Mingzhi dengan malu-malu.
“Pacaran? Bahkan dulu aku tidak pernah terpikir akan merasakan hubungan seperti itu. Sekarang memiliki banyak teman saja sudah membuat hidupku semakin menyenangkan, apa yang tak ada dariku telah diberikan oleh System satu persatu. Kehidupan yang baru dengan dikelilingi teman yang bisa diajak tertawa bersama, dikagumi oleh orang lain, dihormati dan dimanusiakan. Sekarang... Apa aku bisa mendapat seorang pacar?” pikir Mingzhi.
“Kurasa tidak, kami tidak berpacaran. Yah! Kau tau... Pacaran itu seperti dilakukan oleh kedua orang yang saling mencintai, hubungan kami tidak seperti itu,” sambil menoleh ke arah teman-temannya Mingzhi mengatakan hal itu.
“Mereka bertunangan karena suatu sebab, asal kalian tau saja... Kemarin...”
Belum Wuzi menyelesaikan percakapannya, Qi Qiu Wei dan Han Suyan sudah menatapnya dengan tatapan yang penuh akan kemarahan. Wuzi langsung menutup mulutnya dengan makan dan minum.
Melihat semua itu Zhiqing dan yang lainnya berhenti bertanya dan memilih segera mengakhiri percakapan dan melanjutkan makan siang mereka.
Saat semua sudah selesai dengan makan siang mereka, mereka segera pergi dari kantin. Qi Qiu Wei memegang lengan baju Mingzhi yang panjang dan menahan Mingzhi untuk pergi. Zhiqing yang melihat itu mendorong Wuzi dan yang lainnya agar segera meninggalkan Mingzhi dan Qi Qiu Wei.
“Semua orang mulai tertarik pada Su Mingzhi, dia dulunya hanya seorang pria kerdil yang dibenci oleh semua orang. Sekarang semua orang ingin dekat dengannya, bahkan Keluarga Besar Qi berani menganggap dia sebagai menantu dan memberikan cucu kesayangan Keluarga Qi mereka pada Mingzhi. Dia tampan dan juga ahli dalam seni beladiri, tapi bagiku dia tetaplah orang miskin. Kenapa sodari Qi kelihatan menerima keputusan sepihak dari kakeknya itu? Kenapa tak dia tolak saja?”
Sambil memikirkan hal itu Wu Shuan berjalan meninggalkan Mingzhi dan Qi Qiu Wei.
“Kenapa aku merasa kesal? Apa karena sodari Qi tidak menolak pertunangannya? Atau karena aku ingin Su Mingzhi tidak bertunangan? Ah... Mana mungkin itu!” dalam hati Wu Shuan, Wu Shuan menggenggam tangannya kuat kuat dan meletakkannya di d**a, dia bahkan berjalan dengan cepat untuk menjauh dari kantin.
“Kakak Tsu!” kata Qi Qiu Wei dengan mendadak dan cepat, bahkan lidahnya sampai tergigit.
“It te te te... Aw!” seru Qi Qiu Wei.
“Nona Muda malah menggigit lidahnya sendiri, padahal sudah semalam lamanya dia mencoba berlatih memanggil Su Mingzhi dengan sebutan Kakak Su. Nona Muda! Semangat!” dengan tangan yang mengisyaratkan semangat, Han Suyan mengatakannya dalam hati sambil memperhatikan Qi Qiu Wei.
Melihat Asisten Qi Qiu Wei yang berkacamata itu bersemangat, Su Mingzhi langsung menyuruhnya duduk.
“Wakil Ketua Osis? apa kau mau berdiri saja disana? Duduklah! Kau juga belum makan, jam istirahat masih panjang, bukankah sebaiknya kau memesan sesuatu untuk dimakan?” ujar Mingzhi.
“Aku tidak bisa makan sebelum Nona Muda menyelesaikan makannya. Jadi...”
“Oh! Begitu ya! Duduklah! Biar kupesankan kau sebuah makanan.”
Mingzhi berdiri dari kursinya.
“Tidak perlu! Aku sudah membawa sebungkus roti.”
“Roti? Kau pikir kau akan kenyang hanya dengan sebungkus roti? Makanlah nasi, kau butuh banyak nutrisi, kalau tidak kau tidak akan pernah tumbuh loh!”
Su Mingzhi langsung pergi untuk memesan makanan untuk Han Suyan.
Han Suyan merona, wajahnya mulai memerah dengan mata yang melihat pada dadanya sendiri.
“Yanyan! Duduklah! Bukankah Su Mingzhi sudah menyuruhmu untuk duduk,” ucap Qi Qiu Wei.
“Ba, baiklah Nona Muda!” jawab Han Suyan.
Qi Qiu Wei mendekati wajah Han Suyan yang tampak memerah itu.
“Yanyan!” kejut Qi Qiu Wei.
“N... No... Nona Muda!” dengan gugup Han Suyan menjawabnya.
“Apa aku sudah melakukannya dengan benar? Ah... Aku malu sekali, aku tak pernah merasa segugup ini sebelumnya. Padahal aku sudah mencoba memanggilnya Kakak berulang kali, kenapa aku malah menggigit lidahku dan membuat kesalahan yang memalukan seperti itu,” Qi Qiu Wei membenamkan wajahnya pada tangannya yang ia letakkan pada meja.
“Nona Muda, membuat kesalahan seperti itu seperti memberitahunya kalau Nona Muda suka padanya, jika nona muda terus-terusan gugup di dekatnya sudah pasti dia akan mengira Nona Muda memilii rasa untuknya.”
“Benarkah? Kalau begitu aku tidak boleh terlihat gugup!” Qi Qiu Wei bangun dan menampar kedua pipinya dengan tangannya.
Tak lama setelah itu Mingzhi kembali dengan nampan yang penuh dengan makanan.
“Wakil Ketua Osis! Kau harus makan dengan benar!”
“Saat aku di b*lly oleh Saoqi dan yang lainnya, aku pernah merasakan lapar yang parah karena tidak mampu membeli makan bahkan untuk sebungkus roti. Sedikit uang yang aku kumpulkan dari bekerja di pabrik semen semuanya di ambil oleh Saoqi. Aku tak ingin kelaparan lagi dan tidak akan membiarkan orang yang berada disekitarku mereasakan hal itu,” dalam hati Mingzhi.
“Kenapa kau belum memakannya?” tanya Mingzhi.
“Aku sudah bilang... Aku tidak bisa makan sebelum Nona Muda menyelesaikan makannya, piring Nona Muda masih tersisih separuh.
Mingzhi memegang sendok yang ada di nampan Qi Qiu Wei. Mingzhi mengambil sesendok makanan yang lalu dia suapkan ke mulut Qi Qiu Wei tanpa bertanya.
Qi Qiu Wei mengunyah makanannya perlahan, wajahnya cukup memerah dan jantungnya berdebar kencang, Qi Qiu Wei bahkan tidak mampu menolak apa yang dilakukan Mingzhi padanya.
“Aku selalu melihat dia ada di dekatmu, saat kau disekolah, bahkan saat dia dirumahmu kemarin. Dia selalu mengenakan seragam yang sama denganmu, baik saat di sekolah, maupun di paviliun, aku mengerti... Sepertinya hubungan kalian sudah terjalin sejak kecil. Kalau kau menganggapnya sebagai temanmu, kau tidak boleh memperlakukan dia seperti ini, dan jangan biarkan dia merasa seperti itu.”
Qi Qiu Wei terus mengunyah makanannya sambil matanya tertuju pada Mingzhi, dia mendengarkan setiap ucapan Mingzhi, sekalinya dia ingin bicara, Mingzhi menyuapinya dengan sesendok nasi.
“Senior Qi! Mencari teman yang selalu ada itu sulit, sekali kau menemukannya, kau harua tau cara untuk menghargai dia,” sambung Mingzhi.
Han Suyan melototi adegan mesra yang ditunjukan Mingzhi pada Qi Qiu Wei secara tidak disengaja, rona di wajah kedua gadis itu muncul karena adegan yang tak disengaja.
Mingzhi melihat pada Han Suyan.
“Apa kau ingin aku menyuapimu juga agar kau mau memakan makananmu, Wakil Ketua Osis?” desak Mingzhi.
“Ti, tidak! Aku akan makan aku akan makan,” sahut Han Suyan.
Mereka menghabiskan makanan mereka setelah itu.
“Ehem! Ano... Kakak Su!”
“Yes! Aku berhasil memangggil namanya dengan benar!” pikir Qi Qiu Wei.
“Ya!” sahut Mingzhi dengan cepat.
“Itu... Kakek bilang... Kakek bilang akan mengumumkan pertunangan kita ke publik. Jadi... Aku disuruh bertanya langsung padamu. Kira-kira... Apa kau akan menyetujuinya atau tidak? Kau tau, ini hanyalah pertunangan yang digagas karena kejadian tidak disengaja... Jadi... Aku takutnya... Kau akan merasa tidak enak dengan hal itu.”
“Eh? Jadi Senior Qi ingin bilang itu? Kupikir dia tidak menyetujui ditunangkan denganku, dan dia kemari untuk memintaku tidak usah bertanggung jawab dengan menerima pertunangan ini. Itu artinya...”
“Apa dia suka padaku?” sambung Mingzhi dalam hatinya.
Mingzhi membuang muka sambil menutup mulutnya, wajahnya merona dan ada sedikit keringat muncul setelah dia berpikir demikian.
“Tidak! Mana mungkin itu terjadi, mungkin dia hanya menuruti permintaan Pak Tua Qi, bagaimanapun setelah mengetahui aku memiliki bakat yang tak terduga, Pak Tua itu seperti melihat sebuah kesempatan. Tapi apa dia benar-benar akan memberikan cucu kesayangannya itu demi keuntungan pribadinya?” pikir Mingzhi.
“Kakak Su, bagaimana? Apa kau setuju untuk mengumumkan pertunangan ini?”
“Ah... Dia terus memanggilku Kakak Su, yah! Meskipun itu adalah salahnya karena kalah taruhan di pertandingan kemarin jadi apa boleh buat. Tapi di panggil Kakak oleh seorang gadis untuk pertama kalinya... Ah... Ini membuatku sedikit canggung,” dalam hati Mingzhi, dia sambil menggaruk kepalanya.
“Senior Qi!” dengan nada tegas Su Mingzhi mengatakannya.
Tangan Qi Qiu Wei menempel rapat dengan tubuhnya, sorot matanya melihat kebawah dengan wajah yang sedikit menunduk dan menoleh kesamping.
“Ka... Karena aku sudah memanggilmu Kakak, maka.. Maka kau tidak boleh memanggilku senior lagi,” dengan nada rendah suara Qi Qiu Wei terdengar lembut.
Melihat betapa imutnya Qi Qiu Wei membuat Mingzhi menelan ludah.
“Qi Qiu Wei! Jika kau setuju mengumumkan pertunangannya, maukah kau berpacaran denganku?”