• Kunjungan
“Nona muda! Ada kabar mengejutkan!” mengucapkannya sambil menunduk.
“Oh? Apa yang membuatmu terkejut?” seorang gadis mengatakannya tanpa melihat lawan bicaranya.
“Ini... Ini soal geng Tiger Claws.”
“Apa mereka minum dan merokok lagi? Bukankah itu hal biasa?”
“Bukan Nona muda, sebenarnya... Tiger Claws baru saja di hancurkan.”
“dihancurkan?!!!” Seorang gadis yang memiliki status tinggi itu berbalik memasang wajah terkejut.
“saya berpapasan dengan beberapa anggota kecil mereka di koridor di dekat tangga menuju atap. Ada belasan orang turun dari sana, beberapa dari mereka mengalami luka pukulan. Setelah saya berdiam beberapa saat, saya melihat ada delapan orang mengangkat seorang pria besar yang tidak lain merupakan senior Nandong. Sepertinya kedua kakinya telah patah.”
“Patah?!! Apa ada seseorang di akademi yang berani bertindak seperti itu? Bahkan jika itu kakak tertuaku, melawan senior Nandong dia tidak akan mampu mematahkan satu kakinya. Selain itu di akademi ini, siapa yang berani menyinggung orang itu? Apa ini diakibatkan konflik internal dalam kelompok Tiger Claws?”
“Saya juga kurang yakin Nona muda, tapi... Sebelum saya melihat sekumpulan Tiger Claws menuruni tangga, saya juga sempat berpapasan dengan nona muda keluarga Wu dan beberapa orang dari kelas satu.”
“Nona muda keluarga Wu? Wu Shuan?”
“Umm.... Tapi... Jumlah mereka terlalu sedikit jika kita berpikir mereka yang menghancurkan Tiger Claws.”
“Tidak perlu berpikir. Undang saja Wu Shuan kemari, lalu kita pastikan apa yang terjadi. Lagipula ibunya adalah sepupu dari ayahku, kita masih kerabat.”
“Baik nona muda!”
“Sebuah wajah yang kurasa pernah melihatnya di suatu tempat juga terlihat bersama nona muda keluarga Wu. Wajah ini membuatku terus berpikir, apa sebenarnya kehancuran kelompok Tiger Claws disebabkan olehnya? Karna aku tidak akan percaya kalau kelompok Zhiqing dan kawannya mampu mengalahkan senior Nandong sedemikian rupa.” dalam hati.
****
Suara telpon berdering menggetarkan meja.
“Heh... Akhirnya datang sebuah kabar, sepertinya Nandong berhasil membereskan bocah Su itu.”
Li Yifei mengangkat telponnya.
“Ketua Li, aku... Aku... Aku telah dikalahkan.” Nandong gugup mengatakan itu.
“Apaaa!!!” Li Yifei marah hingga memukul meja.
“Ketua... Dia bukan hanya berhasil mengalahkanku, bahkan, bahkan, bahkan Li Saoqi dia dibuat babak belur oleh bocah itu, sekarang Li Saoqi sedang pingsan. Dia di kediamanku.”
“Apa kau tidak bisa mengurus satu bocah ingusan yang bahkan lebih kecil darimu?!!!” Li Yifei geram.
“Ketua Li, anak ini tidak sederhana.”
Li Yifei langsung membanting handponenya ke lantai.
“Bacot!!! Aku sudah mempercayakan masalah ini padanya karna kukira dia bisa mengatasinya, tapi bocah Su Mingzhi ini malah mengalahkannya. Siapa Su Mingzhi ini?” kata Li Yifei.
Li Yifei meraih gagang telpon.
“Hubungkan aku dengan seseorang, kirim seseorang untuk menyelidiki bocah bernama Su Mingzhi. Suruh dia mengikutinya, aku ingin tau darimana asalnya bocah ini. Sekarang!!!” Li Yifei langsung menutup telponya dengan kasar.
****
Ada empat mobil sedan yang berhenti di sekitar taman Jinling. Tampak empat belas orang pria berusia sekitar antara 24 sampai 32 tahun, masing-masing mereka bersembunyi di berbagai tempat di sekitar rumah Mingzhi. Ada empat orang yang merupakan supir mobil yang tetap menunggu di dalam mobil.
“Ketua Li, kami sudah berada di tempat dimana seorang mata-matamu telah memberikan lokasi ini sebagai tempat kediaman target kita.”
“Bagus! Lanjutkan!” jawab Li Yifei dari telpon.
“Tapi ketua Li, rasanya agak aneh. Menurut anda anak ini memiliki sebuah latar belakang yang tidak sederhana.”
“Benar! Apa kau menemukan sesuatu disana?”
“Tidak, hanya saja... Jika anak ini memiliki latar belakang yang tidak sederhana, kenapa dia tinggal di rumah b****k, bahkan jika saya membandingkan toilet Tiger Jade Bar bahkan ukurannya lebih besar dari rumah ini.”
“Jadi dia bukan orang dari keluarga kaya?”
“Mustahil, ketua Li.”
“Hah? Lalu bagaimana anak ini menggerakkan karakter seperti keluarga Wu?” dalam hati Li Yifei.
“Kalau begitu kau tak perlu takut. Langsung bereskan saja anak ini!” ujar Li Yifei.
Preman itu menutup teleponnya.
“Ketua Li menyuruh kita berurusan dengan anak kecil, hah.... Aku tak habis pikir, kenapa seorang bos besar sepertinya malah berurusan dengan bocah ingusan. Terlebih dia menyuruh kita melakukan ini dengan membawa delapan belas orang. Haisss... Ini konyol sekali.” kata preman yang menelpon Li Saoqi.
“jika anak ini mendapat perhatian ketua Li sampai ke titik ini, mungkin dia benar-benar bukanlah orang yang sederhana.” jawab rekan yang ada disampingnya.
“Heh... Kau tak lihat apa? Latar belakang yang tidak sederhana bagaimana? Orang ini miskin, apa yang bisa dilakukan orang miskin kecuali memohon dan menjilat pada yang lebih kaya.”
“Menjadi miskin bukan berarti kau tidak bisa melawan. Apa kau tau? Ku dengar Nandong dihajar habis-habisan sampai kedua kakinya patah. Orang miskin biasa tidak akan berani bertindak segegabah itu. Bahkan setelah dia tau keterkaitan Nandong dengan geng Harimau giok kita, anak ini tetap saja menggila.”
“Kalau dia seberani itu dan bahkan bisa mengalahkan Nandong yang bahkan kita berdua sendiri tidak mampu mengalahkannya. Seharusnya anak ini bertubuh besar dengan berat 80kg dan tinggi lebih dari dua meter.”
“Itu masuk akal. Apa kita akan menyergapnya secara langsung?”
“Tunggu! Aku pikir anak ini tidak ada di rumahnya. Lampunya mati.”
Lampu rumah Mingzhi kemudian hidup.
“Tidak, itu baru saja hidup. Anak ini ada di dalam.”
Preman itu memberi aba-aba pada yang lainnya menggunakan isyarat tangan untuk bergerak dengan tenang.
Pria paruh baya berjalan memasuki rumah Mingzhi. Preman itu langsung memberi aba-aba untuk berhenti sejenak.
“Tch! Kenapa ada pria tua yang mampir kerumah ini, haaaa.... Aku tadinya tidak menginginkan adanya saksi mata.”
Pria paruh baya yang merupakan paman Hwan tiba-tiba terhenti dihalaman rumah Mingzhi sejenak. Lalu dia berjalan ke arah pintu dan mengetuk pintu rumah Mingzhi. Mingzhi segera ke arah pintu dan membukanya.
“Paman Hwan! Masuklah!” Mingzhi mempersilahkan paman Hwan masuk dengan wajah bahagia.
Paman Hwan memasang wajah misterius dengan menaruh jari telunjuknya di depan mulutnya.
“Paman?” wajah yang awalnya bahagia mendadak menjadi cemas.
“Keluarlah, ada empat belas orang yang memiliki niat buruk datang kerumahmu.” Paman Hwan mengatakannya dengan suara yang dia pelankan.
“Empat belas orang? Dimana?” dalam hati Mingzhi sambil melihat kesekitarnya.
“Aku tak melihat seorangpun. Apa paman Hwan menakutiku?” sambung Mingzhi dalam hati.
Sementara itu di balik tempat bersembunyi.
“Tsk! Sepertinya kita ketahuan. Kalau begitu kita keluar saja.” kata salah satu preman itu.
Empat belas orang dengan pakaian serba hitam dengan wajah yang sangar serta tangan mereka yang dipenuhi tato tampak berjalan mendekati rumah Mingzhi dengan memasang senyum intimidasi.
“Benar-benar ada orang yang datang ke sini dengan niat buruk, bagaimanapun jumlah yang dikatakan paman Hwan tepat, bagaimana paman Hwan bisa tau? Aku bahkan tidak bisa melihat siapapun.” pikir Mingzhi.
“Yo! Anak muda dan pak tua yang berdiri disana, selamat sore! Namaku Ah Xiong, aku salah satu anggota kelompok Harimau Giok, hehe... Apa kalian tau seberapa kuatnya kelompok itu?!” Ah Xiong mengatakannya dengan senyum intimidasi, ditemani beberapa rekannya semakin mendekat ke arah Mingzhi.
“Lagi-lagi Li Yifei! B*jingan itu kelihatannya tidak mau melepasku kecuali aku bungkam dirinya sendiri.” dalam hati Mingzhi, Mingzhi menunjukkan kemarahan sambil mengepal erat tangannya.
Mingzhi melihat ke arah Paman Hwan.
“Sial! Disini ada paman Hwan, kalau dia sampai dilibatkan dan orang-orang itu mengincarnya juga, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri. Li Yifei dan kelompok anjingnya ini... Secepatnya akan kuhancurkan!” dalam hati Mingzhi.
“Apa benar kau yang bernama Su Mingzhi? Kau tidak seperti yang kupikirkan, apa benar Nandong kalah dengan orang sepertimu?” kata Ah Wei rekan Ah Xiong.
“Nak! Orang-orang ini memiliki niat buruk, apa yang kau lakukan hingga menyinggung mereka?” tanya Paman Hwan.
“Aku mengalahkan salah satu anggota mereka, tampaknya mereka ingin balas dendam paman?” jawab Mingzhi.
“Mengalahkan? Mereka itu berandalan, meskipun mereka tidak berlatih seni beladiri dan hanya mengerti cara tarung jalanan, mereka masihlah bukan lawan orang biasa sepertimu? Bagaimana kau bisa mengalahkan salah satu dari mereka? Apa kau belajar bela diri belakangan ini?”
“Hehe... Sedikit.”
“Gawat! Kelihatannya kelompok harimau giok bukanlah kelompok yang berpikiran logis, bahkan pemimpinnya saja ingin berurusan dengan anak sma dengan sebegitu ganasnya, mengirim empat belas preman untuk memberikan bocah pelajaran? Bagaimana dengan orang tua seperti paman Hwan? Mereka pasti tidak akan terlalu memikirkannya, sial!” pikir Mingzhi.
“Paman! Masuklah ke dalam rumah, lalu pergilah menyelinap dari pintu belakang.” ujar Mingzhi dengan memelankan suaranya.
“Apa kau mencoba mengatasi mereka sendirian?” tanya paman Hwan.
“Mau bagaimana lagi? Aku harus melakukannya.”
“Hahahaha... Bagus! Kalau begitu aku ingin melihat bagaimana kau melakukannya.” Paman Hwan tertawa.
Mingzhi menunjukkan wajah terkejutnya, dia tidak habis pikir paman Hwan malah terlihat senang dengan situasi yang dia alami.
“Paman!”
“Sial! Paman Hwan malah lebih tidak logis lagi, di situasi terdesak seperti ini, bukan hanya dia dapat menjaga ketenangannya, malahan orang ini malah terlihat senang. Tsk! Apa pak tua ini sebenarnya masokis?!!” pikir Mingzhi.
“Hei hei hei! Kalian berdebat apa? Kasih tau kita dong. Kalian ini aneh, di dalam situasi seperti ini kebanyakan orang memilih lari, tapi untuk opsi amannya... Kebanyakan orang memilih lari dan bersujud di depan kaki kami dan memohon seperti anjing.” kata Ah Xiong.
“Pak tua! Apa yang kau pikirkan! Kau senyam-senyum seperti sedang meremehkan kami, apa kau tidak tau seberapa mengerikan geng Harimau Giok itu?! Bersujudlah dan panggil aku kakek tiga kali! Mungkin aku akan bermurah hati melepasmu.” ujar Ah Wei.
Paman Hwan tersenyum dan mengambil rokok di sakunya lalu menyalakannya. Paman Hwan merokok dengan santai, Mingzhi dan para berandalan Harimau Giok dibuat kebingungan dengan sikap acuh tak acuhnya itu.
“Anak muda tidak tau caranya menghormati orang yang lebih tua, apakah moral bangsa kita sudah semerosot ini?” kata paman Hwan dengan santai.
Tampak Ah Wei merasa geram dengan perkataan paman Hwan dan dia secara cepat maju ke depan untuk menghajar paman Hwan.
“Pak tua! Sesali saja ucapanmu karna sudah membuat tuan ini marah! Hyaaaaaaa!”
Paman Hwan menyedot rokoknya, lalu dia dengan jarinya menyentil rokok itu ke arah Ah Wei, putung rokok itu dilempar tepat mengenai wajah Ah Wei. Matanya yang perih karena api dari putung rokok yang mengenainya membuatnya berhenti berlari.
“Aghhhhh! Pak tua sialan! Beraninya kau pada tuan ini.”
Paman Hwan maju dan dengan cepat memukul wajah Ah Wei hingga dia terlempar ke belakang.
“Ah Wei!!!”
“Paman Hwan!!!”
Pria tua itu tersenyum.