Keputusan Besar Nixie

682 Kata
Masa Kini … Keesokan paginya, Nixie mengumumkan keputusannya yang sudah bulat di meja makan saat sarapan. "Aku akan pergi dari dari rumah ini. Nenek Brunella telah meninggal kemarin dan aku mendapatkan warisan rumah peternakan darinya. Aku akan pindah ke sana secepatnya." Ibunya, Mariane, menatapnya dengan mata penuh kemarahan, sementara Alan, ayah tirinya, hanya menggelengkan kepala dengan ekspresi yang terkesan meremehkan. "Nixie, ini tidak masuk akal," kata Mariane dengan suara yang bergetar penuh emosi. "Kau tidak bisa meninggalkan kuliahmu dan pergi ke tempat yang kau tidak tahu apa-apa tentangnya. Kau bahkan tidak tahu bagaimana cara mengurus peternakan! Lebih baik kau jual saja peternakan itu." Nixie menelan ludah, berusaha menahan emosinya. "Mom, nenek meninggalkan peternakan itu untukku. Dia percaya bahwa aku bisa melakukannya. Aku harus menghormati keinginannya. Aku ingin keluar dari sini dan menemukan diriku sendiri." Alan mendengus dan menatap Nixie dengan tajam. "Ini adalah keputusan yang bodoh, Nixie. Kau tidak tahu apa yang kau hadapi. Peternakan itu adalah beban, bukan berkat." Nixie merasakan amarah membara dalam dirinya, tetapi ia menahannya. "Aku sudah memutuskan, Paman. Aku akan pergi." Ibunya menggelengkan kepala, kemarahan mulai menguasainya. "Nixie! Kau selalu saja bertindak gegabah. Kuliahmu tinggal satu tahun lagi dan Alan sudah membiayaimu sejauh ini!" Namun, tekad Nixie sudah bulat. Ia tidak bisa terus hidup di bawah bayang-bayang Tina dan Sebastian, atau di bawah kendali Alan dan ibunya lagi. Ini adalah kesempatan untuk memulai hidup baru, meskipun penuh dengan tantangan dan ketidakpastian. "Aku tetap akan pergi!" Nixie beranjak dari kursinya dan pergi ke kamarnya. "Kauu!!" Mariane tampak marah namun Alan menahan tangannya. "Sudahlah, dia tak akan lama di sana dan akan kembali kemari. Dia sudah terbiasa dengan fasilitas mewah dan dia tak akan terbiasa tinggal di tempat terpencil dan kotor itu." "Benar kata daddy, Mom. Dia tak akan betah di sana dan akan kembali kemari," timpal Tina. Mariane pun mengangguk dan berharap itu benar. Dia tak ingin Nixie menjadi orang tak berguna seperti ayahnya dulu. * * Dengan kemantapan hati, Nixie mulai mengemas barang-barangnya. Setiap langkah terasa berat, tetapi dia tahu bahwa ini adalah hal yang harus dilakukannya. Saat dia mengemasi pakaian dan barang-barang pentingnya ke dalam koper, dia merasakan sedikit kecemasan namun sekaligus harapan. Setelah itu dia pergi dan melewati ruang tengah. Dia tak melihat siapa pun di sana dan seakan semuanya tak peduli dengan kepergiannya. Lalu Nixie keluar dari rumah mewah yang telah ditinggalinya bertahun-tahun itu. Tak ada rasa berat sama sekali ketika dia meninggalkan rumah itu karena tak pernah ada kenangan indah di dalamnya baginya. Saat dia meninggalkan rumah, Nixie merasa seolah-olah meninggalkan sebagian dari dirinya di belakang. Ia melihat ke belakang untuk terakhir kalinya, mengingat segala kenangan pahit yang pernah dia alami di sana. Namun, dengan tekad yang kuat, ia memandang ke depan, siap menghadapi masa depannya yang baru di peternakan neneknya. * * Nixie menuju bandara dan membeli tiket langsung di sana menuju kota di mana peternakan neneknya berada. Setelah menempuh beberapa jam perjalanan, Nixie akhirnya sampai di bandara. Dan ternyata Paman George datang untuk menjemputnya di bandara. Ia adalah satu-satunya orang yang mendukung keputusan Nixie. "Halo, Nixie. Aku George, pengacara nenekmu. Aku akan mengantarmu ke ranch," katanya dengan senyum penuh keyakinan. Nixie tersenyum lemah. "Terima kasih, Paman George. Aku akan berusaha yang terbaik di sini." Perjalanan menuju rumah peternakan berada memakan waktu beberapa jam. Paman George mencoba menghibur Nixie dengan cerita-cerita lucu tentang Brunella. Mereka melewati ladang-ladang hijau, hutan lebat, dan desa-desa kecil yang tampak tenang dan damai. Suasana pedesaan yang tenang mulai memberi Nixie perasaan nyaman yang dia belum pernah rasakan sebelumnya. Saat mereka semakin mendekati tujuan, Paman George mulai memberi tahu lebih banyak tentang peternakan itu. "Peternakan nenekmu terletak di lembah yang indah. Ada banyak ruang terbuka, dan kau bisa melihat pegunungan di kejauhan. Ini adalah tempat yang tenang dan damai, sempurna untuk menemukan kedamaian dan ketenangan." Nixie merasa sedikit lebih tenang mendengar deskripsi itu. Ia mulai membayangkan hidup di tempat yang damai dan jauh dari hiruk pikuk kota. Namun, dia juga tahu bahwa ini bukan sekadar liburan. Ini adalah tantangan besar yang harus dihadapinya. Dia bahkan meninggalkan bangku kuliahnya yang memasuki semester akhir demi bisa mencari ketenangan dalam hidupnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN