Tawa Mahesa terhenti setelah terbatuk sebentar. Kini matanya menyipit menatap Athalia, sambil melipat kedua tangannya di depan d**a. “Siapa yang menganggapmu badut? Maaf, aku tidak tahu kalau ternyata kau mudah tersinggung.” Athalia memutar bola matanya malas. Rasanya ia ingin segera pergi dari hadapan Mahesa, tetapi lelaki itu menghalangi jalan keluarnya saat ini. “Tadi kau bertanya soal Jessy, bukan? Kau mengira kalau Jessy adalah kekasihku?” tanya Mahesa. Athalia terdiam, enggan menjawab. Hanya menunggu setiap rangkaian kalimat yang terdengar dari mulut lelaki itu. “Jessy itu bukan siapa-siapaku, Athalia. Dia hanya wanita yang bersedia kuperalat untuk membuat cemburu seseorang … “ dengan sengaja Mahesa menggantung ucapannya. Athalia segera menoleh, ada sorot menyelidik dari tata