Catatan No. VIII : “Bantuan”

1631 Kata
Celine mengerutkan alis, “Apa yang membuatnya sulit?” “Kau tahu.. itu hanya rumor. Jadi tak ada jaminan kalau hal itu akan berhasil,” jawab Arby. “Yah... Kami tiba di sini akibat terlempar dari lubang penghubung antar dimensi. Wormhole itu juga terbentuk secara acak di tempat antah berantah di dunia kami. Jika tempat bernama Segitiga Bermuda tadi adalah semacam tempat misterius, bukankah ada kemungkinan jika hal yang sama juga akan terjadi? Mungkin saja kami bisa kembali ke Exiastgardsun dengan cara yang sama.” “Gak ngerti,” Orchid merinding. Pembicaraan Yuki begitu panjang dan berbelit. Mulutnya meracau terlalu cepat, orang lain tidak bisa mengerti apa yang ia bicarakan. “Jadi maksudmu, di Segitiga Bermuda itu ada lubang cacing lainnya? Dan portal itu bisa membawa kita kembali ke Exiastgardsun?” tanya Nida meyakinkan. “Sebenarnya para ilmuwan juga sedang meneliti fenomena itu. Mereka mendapati gejala misterius itu muncul hanya setiap 20 tahun sekali. Setelah melewati berbagai perhitungan dan menganalisis pola kenaikan energi tahunan, mereka memperkirakan ada semacam fase puncak yang terjadi setiap 5.120 tahun sekali. Di sana terdapat semacam gelombang Elektromagnetik dalam jumlah melimpah. Energi itu diyakini sebagai salah satu bahan bakar terbentuknya Wormhole menuju dunia lain.” Wajah Nida dan kawan-kawan terlihat berseri-seri. “Tapi kalian tidak bisa begitu saja mengambil risiko memasuki Wormhole..” sela Maria. “Kenapa..?” “Kalian tidak bisa mengeset tujuan tempat dan waktu. Kalian bisa saja terlempar ke masa lalu, masa depan. Atau bahkan ke dimensi lain selain dari Exiastgardsun.” Arby menunjukkan nada pesimis. “Jika kalian mengandalkan keberuntungan, kalian sudah tentu akan gagal. Kemungkinannya bisa berbanding satu banding semiliar untuk bisa tiba ke tujuan yang benar,” sambung Tyan. Semua orang kembali terdiam. Harapan yang baru muncul seolah sirna begitu saja. “Ilmuwanku sebenarnya sudah menemukan cara terbaik untuk menciptakan lubang cacing buatan. Saat ini kami ada dalam fajar teknologi penjelajahan angkasa luar.” Maria kembali memberikan harapan. Celine sedikit menahan napas. Ia terkesima akan betapa majunya teknologi di dunia ini. “Lalu dengan adanya terobosan di bidang fisika—Bersatunya teori fisika umum dan kuantum—kami juga benar mengkonfirmasi bahwa memang terdapat dimensi lain dari ruang tempat kita berada. Kami menamainya dengan sebutan Multiverse.” Tyan kemudian menambahkan, “Dan keberadaan kalian merupakan bukti tak terbantahkan atas teori tersebut.” “Beri kami sedikit waktu. Dengan mempelajari teknologi milik dunia kalian, kita mungkin bisa mencapai suatu hal yang baru.” Sorot mata Maria terlihat berseri-seri. Nida merasa asing pada gadis itu. Tunangan yang ia kenal dulu adalah seorang bebal yang tidak menyukai sains dan keilmuan rumit. Orchid mengacungkan jarinya, “Aku yang membuat Excaliber, nanti sama aku aja yah.” Maria mengangguk, “Dengan portal buatan, mungkin kalian bisa mengeset waktu dan tempat tujuan. Jadi, meskipun kalian gagal dalam loncatan antar dimensi, kalian bisa mencoba dan mencoba lagi hingga menemukan tujuan yang cocok.” Wajah semua orang kembali berseri-seri. Mereka dengan saksama mendengar setiap kata yang meluncur dari penjelasan Maria. “Namun masih terkendala satu hal.” “Apa..?” “Sumber energi,” jawab Maria seraya menyandarkan tubuhnya pada kursi, “Energi berupa pancaran gelombang misterius yang dihasilkan oleh inti bumi. Hanya ada di Segitiga Bermuda. Sayang sekali, aku belum bisa menemukan sumber lainnya selain energi itu.” “Manna,” ucap Yuki. Arby dan Tyan saling melempar pandang, seakan menunjukkan keterkejutan tentang apa yang hendak Yuki ucapkan. “Pesawat kami menggunakan energi bernama Manna. Sayangnya, udara di dunia ini mengandung sedikit sekali Manna yang bisa dikonversi menjadi sumber energi.” “Seperti kandungan oksigen dalam udara?” tanya Arby. Yuki mengangguk, “Biar kutebak, dari lokasi kita sat ini, tempat bernama Segitiga Bermuda itu tepat berada di sisi lain dari planet ini? Sekitar delapan belas ribu kilometer tepatnya.” Arby dan Tyan terperangah, “Bagaimana bisa..?” Celine memberikan anggukan setelah saling bertukar pandang. Sama seperti Yuki, sebagai penyihir, Celine cukup sensitif untuk bisa mengendus sumber Manna di udara. Dalam pertarungan, fungsi tersebut lebih kepada kepentingan mengintai musuh dan menentukan lokasi pasukan musuh. Konsepnya persis seperti mesin pendeteksi gelombang radio. “Kami belum merasakan keberadaan penyihir lain selain Fia, akan tetapi memang terdapat aliran Manna misterius yang dominan berasal dari arah utara.” Mereka berdua seperti burung merpati yang bisa merasakan gelombang magnetik bumi demi menentukan arah mata angin. “Di dunia kami, kandungan Manna dalam udara bersifat statis dan melimpah seakan tak terbatas.” Celine memulai penjelasan, “Sementara di sini, kandungannya tipis, lalu terdapat semacam aliran yang berasal dari satu sumber saja.” “Seperti kondisi Bumi dan Planet Mars?” Arby bertopang dagu, “Atmosfer bumi tebal dan mengandung berbagai gas—Salah satunya oksigen—sementara di planet merah, udaranya tipis dan tidak bisa digunakan untuk bernapas.” “Sama halnya dengan penduduk Bumi yang tinggal di planet yang kau sebut Mars,” potong Celine, “Kemampuan sihir kami, menjadi terbatas karena kurangnya persediaan energi yang bisa kami gunakan.” “Termasuk pesawat kami,” tambah Yuki. “Gabungan keluaran Manna dari kami berempat bahkan tidak akan cukup sekadar untuk menyalakan mesin.” “Tunggu dulu,” potong Nida, “Bukannya kalian sebut Fia sebagai satu-satunya penyihir kuat di sini?” Yuki dengan cepat menangkap maksud pertanyaan Nida, “Sama halnya dengan hukum kekekalan energi dalam ilmu fisika, sihir yang kami ketahui sejatinya menggunakan Manna sebagai bahan bakar, untuk kemudian diubah menjadi bentuk energi lain.” “Lalu seperti sudah tadi dijelaskan. Kandungan Manna di planet ini tipis. Aku dan Yuki bahkan kehabisan Manna pertarungan sebelumnya.” Celine menjelaskan rinci ketika melawan satu pasukan bersenjata lengkap saat pertama kali tiba di Bumi. Lantas apa yang membuat Maria begitu hebat? Gadis itu bahkan dianggap sebagai juru penyelamat. Maria menggaruk dagu yang tak terasa gatal, bingung harus memulai penjelasan dari mana, “Anggap saja sirkuit sihir—inti kemampuan sihir—kalian adalah sebuah mesin, lalu bahan bakar kalian adalah bensin. Dalam kasusku, energi yang kugunakan adalah solar.” Pikiran Yuki kembali berputar cepat untuk mengambil kesimpulan, “Jadi ada sumber energi lain di tempat ini yang kami belum pahami?” Maria menjawab dengan sebuah anggukan. “Tapi mohon maaf, aku tidak akan bisa mengajari kalian. Aku sendiri bahkan tidak paham bagaimana cara sihir ini bekerja. Merasakan Manna pun aku tak bisa.” “Saya tidak akan meminta lebih,” tukas Yuki menegaskan. Celine kemudian menyambung ucapan Yuki, “Terima kasih karena Anda sudah begitu berbaik hati untuk menyelamatkan kami semua.” “Berarti kesimpulannya,” Nida hendak menyudahi pembicaraan, “Satu-satunya kesempatan kita kembali Exiastgardsun adalah dengan mendatangi segitiga bermuda pada fase puncaknya.” “Terjadi setiap lima ribu tahun sekali,” tambah Arby. “Betul.” “Kapan itu terjadi?” tanya Nida kembali. “Sekitar tanggal 21 Desember tahun ini— tiga bulan dari sekarang.” Celine menggumam pelan, “Berarti kami harus tinggal di sini dan menunggu selama itu... Terus, selama tiga bulan ini kita mau ngapain?” ia menoleh kepada Nida. Nida menjawab dengan mengangkat kedua tangannya, “Mungkin kita bisa kerja dulu dan cari tempat tinggal.” Pria itu berdiri, hendak keluar ruangan dan mengakhiri diskusi. “Kita bukan siapa-siapa di sini.” “Tunggu dulu!” Orchid menyela, “Bukannya pesawat kita juga memiliki teknologi warp—pelengkungan ruang dan waktu?” Nida pun menghentikan langkahnya. “Betul juga.” “Jadi?” Celine menoleh pada Maria. “Soal itu aku sudah tahu. Ketika kalian tak sadarkan diri, tim sains negaraku berbondong-bondong meneliti isi pesawat kalian. Aku tahu kalau Excaliber memiliki teknologi Warp. Bahkan lebih canggih dari prototipe milik kami.” “Terus?” “Seperti yang kubilang, butuh energi dalam skala besar untuk bisa menciptakan lubang cacing buatan. Lagi pula, pesawat kalian menggunakan sumber energi bernama Manna yang belum kami pahami.” Pembicaraan ini terasa hendak kembali berputar menuju awal. “Ilmuwanku saat ini sibuk mempelajari teknologi kalian. Setelah reverse engineering berhasil, semoga mereka bisa membuat pesawat kalian lebih canggih. Bisa menampung jumlah Manna lebih banyak, lalu dilengkapi dengan teknologi pengatur Warp. Tentu aku akan menggabungkan teknologi bumi dan dunia kalian, siapa tahu kita bisa mendapatkan hasil yang lebih signifikan.” Yuki menatap Maria dengan mata dingin, “Kenapa kau begitu baik pada kami?” “Hey!”  Nida tersinggung, kata-kata Yuki tadi sangat tidak sopan. Maria terdiam sejenak, matanya sesekali mencuri pandang pada Nida, “Aku melakukannya karena aku ingin.” Jemarinya saling menganyam, menunjukkan semacam rasa sungkan, “Di samping itu, anggap saja ini sebagai balas budi karena telah menolongku di Teheran.” Yuki diam membisu. Pikirannya selalu berasumsi akan segala hal yang dianggap janggal, ia memang memiliki bakat alami sebagai detektif. “Sudahlah, yang penting kita punya tujuan,” ucap Celine berusaha bijak. “Kita emang gak punya pilihan lain.” Nida menjawab dengan nada ketus. Kemudian berlalu dari ruang tamu. “Kalo gitu kita tinggal di mana?” tanya Orchid. “Terkait itu…” Tyan memotong pembicaraan. Semua orang memberikan perhatian. “Kalian bukanlah manusia normal. Aksi di Tehran jelas membuktikan kemampuan kalian dalam hal pertempuran. Kalian terbiasa dengan bau darah, bahkan mungkin tidak asing dengan situasi hidup dan mati. Apabila tak keberatan, kalian bisa kurekrut sebagai bagian dari ajudan untuk kepentingan pengamanan presidensial— melindungi Maria.” “Secret service?” tanya Orchid. Tyan mengangguk, “Bagaimana?” ucapnya meminta jawaban. “Deal,” jawab Nida cepat. Keduanya sontak berjabat tangan. Arby mengucap menambahkan, “Kalian tak perlu dilatih ulang dalam standar militer kami. Cukuplah berada dekat dengan Maria, sebagai warga sipil biasa.” “Besok Maria harus menghadiri acara kenegaraan, menyambut tamu delegasi dari Tiongkok.” Tyan langsung memberi misi pertama. “Acara itu harus berjalan lancar. Ini adalah kunjungan damai pertama sejak konflik bersenjata tiga tahun lalu.” Semua orang lantas membubarkan diri. Sejenak Yuki berhasil memergoki ekspresi sendu di wajah Tyan. Sorot matanya terarah pada Nida, entah sedang memikirkan apa. Mulut pria itu kemudian menggumam pelan dengan suara nyaris tak terdengar, ”21 Desember ya….” Yuki sontak bereaksi, “Ada sesuatu di tanggal 21 Desember?”, seperti biasa naluri detektifnya kembali aktif. “Bukan urusanmu,” sanggah Tyan ketus, agak terkejut setelah menyadari Yuki memperhatikan gerak-geriknya. ”.........”  Hening mengikuti, Yuki tak berkomentar lebih jauh. Nida berbaring di lantai teras. Sementara yang lainnya masih asyik dengan kegiatan masing-masing. Yuki dan Celine diantar oleh Arby menuju lokasi tempat pesawat Excaliber berada. Orchid sibuk menghabiskan kue camilan. Sementara Tyan dan Maria sibuk menyiapkan makan siang di dapur rumah. Sambil berbaring, Nida menatap langit di kejauhan. Awan menggumpal seperti kapas beterbangan. Pikirannya kembali kosong— berkelana tanpa arah. Membayangkan serta mengingat segala hal yang sudah terjadi. Walau terlihat tenang dari luar, Nida terkadang menjadi penakut dan mudah emosi. Sering kali ia melamun akan kejadian dalam hidupnya. Membuatnya tambah ragu seraya bertanya, “Apakah ini semua memang benar-benar terjadi..?” Dia masih belum percaya bahwa dirinya bertemu kembali dengan Fia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN