Bab 6 | Trending Topic Di Rumah Sakit

1189 Kata
Seperti dinding yang bisa mendengar dan berbicara. Kejadian Kana dan Mahesa barusan langsung menjadi trending topic satu rumah sakit. Karena selama ini, Mahesa tidak pernah terlibat dengan obrolan yang bersifat pribadi dengan dokter wanita ataupun staf rumah sakit jika itu bukan masalah pekerjaan. Semua orang juga bisa menafsirkan jika obrolan Mahesa dan Kana jelas bukan membahas pekerjaan mengingat mereka tidak memiliki hubungan secara langsung dalam pekerjaan mereka. Mahesa juga bukan orang yang ramah yang mau memberikan nasihat dan semangat yang baik untuk staf baru rumah sakit. Lalu, bagaimana Mahesa menyelamatkan Kana dengan memeluk pinggang wanita itu agar tidak jatuh juga menjadi hal lain yang sangat ramai diperbincangkan. Itu persis seperti adegan pangeran yang menyelamatkan nyawa sang putri. Begitulah gosip yang selalu dilebih-lebihkan. Mahesa tidak mau ambil pusing, karena hampir sepanjang hidupnya dia selalu menjadi bahan utama gosip-gosip di sekitarnya. Dia menjatuhkan tubuhnya di kursi kerjanya. Hari ini tidak begitu padat tapi bertemu dengan wanita itu lagi rasanya menguras tenaganya. Mahesa menyentuh lehernya dan bulu kuduknya kembali meremang, suara Kana di telinganya dan embusan napas wanita itu membuatnya frustasi. Kenapa dia harus terganggu dengan wanita yang hanya mendekatinya karena pamor dan kekayaannya? Sebelumnya dia tidak pernah seperti ini, tidak pernah terganggu dengan jenis godaan apapun. Tapi dengan Kana, dia benar-benar penasaran bahkan sejak pertemuan pertama mereka. *** -Kana!! Apa yang terjadi?!! Kau menjadi trending topic di kantor bersama Dokter Mahesa. Bagaimana mungkin?! Jawab teleponku!!- Sebuah pesan masuk dari Maya membuat Kana yang baru saja selesai memasak untuk makan malam sedikit terkejut. Dia lalu menelpon Maya untuk mendengar cerita lebih lanjut mengenai berita dirinya. Rasanya seperti semesta mendukungnya. Dia baru saja berpikir bagaimana cara mendekati Mahesa, jika benar kejadian tadi sore menjadi trending di kantor, tentu itu akan memudahkan dirinya untuk bisa mendekati Mahesa. Satu jam dia menghabiskan waktu untuk bergosip dengan Maya, banyak hal yang dia pikirkan terutama tentang karakter Mahesa yang sangat berbeda dengan yang diceritakan Maya. Jika pria itu acuh tak acuh dan bahkan tidak pernah melikir wanita-wanita yang menempel padanya selama ini, kenapa pria itu peduli dan menolongnya untuk yang kedua kali. Bahkan Maya juga mengatakan jika Mahesa tidak pernah terlibat obrolan dengan wanita jika bukan masalah pekerjaan, apalagi melakukan skinship. Tapi pria itu dengan mudah melakukannya padanya, bahkan mereka sempat berargumen. Dia juga sangat penasaran dan ingin mengonfirmasi apa yang terjadi malam itu, dia yakin sesuatu terjadi. Kissmark dan bajunya yang berganti adalah dua bukti kuat sesuatu terjadi malam itu. Dia harus mendapatkan jawabannya dari Mahesa besok. Itu akan menjadi misi pertamanya! Kana menikmati makan malamnya dengan hati yang bersemangat dan memikirkan pendekatan seperti apa yang ingin dia lakukan untuk melakukan pendekatan pada seorang Mahesa. *** Sekali lagi, semesta seolah memberikan jalan yang begitu mudah untuk Kana. Dia berniat pergi ke ruangan Mahesa, dan kebetulan sekali di sana tidak ada suster yang berjaga di depan ruangan Mahesa seperti biasanya. Dia mengetuk pintu ruangan pria itu tiga kali, dan sebuah suara menyahut mempersilahkannya masuk, membuat Kana tersenyum sumringah dan menekan handle pintu itu hingga pintu itu terbuka. “Selamat sore, Dokter Mahesa.” Sapa Kana membuat Mahesa sedikit terperanjat namun berusaha untuk tetap tenang. “Apa yang kau lakukan di sini? Urusan kita sudah selesai, Kana.” Tegas Mahesa membuat Kana tersenyum dan menggeleng. “Saya bukan orang yang tidak membalas kebaikan orang yang telah menyelamatkan saya, Dokter. Lagi pula ada sesuatu yang perlu kita selesaikan. Aku harus mengembalikan ini padamu, karena kupikir itu bukan milikku.” Kana menyerahkan sebuah paperbag yang berisi kemeja. Mahesa langsung mengambilnya dan membukanya, sekali lagi sedikit terkejut, namun rautnya tetap dijaga setenang mungkin. “Ini baju milikmu, jangan membuat drama yang memuakkan, Kana. Kau melewati batasmu.” Mahesa menatapnya tajam, namun Kana tetap terlihat tenang. “Saya tau mana baju saya, Dokter. Jelas itu bukan milik saya. Saya adalah orang yang tidak akan ingat sama sekali ketika saya mabuk, dan saya yakin sesuatu terjadi. Saya kehilangan baju saya dan ada kissmark di tubuh saya. Bisa anda jelaskan itu, Dokter?” Tanya Kana to the point, Mahesa sekali lagi tersentak. “Satu. Aku tidak tertarik dengan drama yang akan kau buat. Dua. Kau mabuk dan tentu saja kissmark di tubuhmu kau dapatkan dari lelaki hidung belang di clubnight itu. Bukankah untuk hal itu kau ke sana? Tiga. Itu bajumu dan jangan membual.” Mahesa menahan amarahnya, namun Kana sekali lagi tersenyum dan menggeleng. Maju selangkah dengan tangan yang dilipat di d**a. “Ini adalah baju saya dengan bordir bunga tulip yang saya buat di bagian kerah, dan baju itu tidak memiliki bordir di sana. Dengan kau berbohong seperti ini, saya yakin sesuatu terjadi malam itu, termasuk kissmark yang ada di tubuh saya. Yang saya lupakan adalah kejadiaan sesaat sebelum saya hampir menabrak mobil anda. Kejadian di bar, saya mengingat sepenuhnya.” Ucap Kana dengan pembelaannya, kini Mahesa yang mendecak dengan senyum miring. “Kau pikir aku akan percaya dengan cerita picisan yang kau buat, Kana? Siapa yang peduli jika kau mengarang semua itu. Aku telah bertemu dengan banyak wanita sepertimu dengan cara yang sama. Sekarang keluar dari ruanganku.” Usir Mahesa namun membuat Kana menggeleng. “Untuk apa kau berbohong tentang baju itu jika malam itu tidak terjadi sesuatu di antara kita? Kita berdua tau persis siapa yang berbohong di sini. Kau terlalu mencurigakan, Dokter.” Tandas Kana namun membuat Mahesa lagi-lagi tersenyum miring. “Kau berharap sesuatu terjadi malam itu dan memintaku bertanggung jawab, huh? Mimpimu terlalu jauh, Kana.” Bisik Mahesa di telinga Kana, membuat Kana tersenyum dan melakukan yang sama. “Tujuan saya lebih jauh dari itu, Dokter. Dan yang perlu anda tau, saya adalah seorang yang pantang menyerah sebelum tujuan saya tercapai.” Bisik Kana dengan begitu lirih di leher Mahesa, karena wanita itu tidak bisa mencapai telinga Mahesa. “Aku ingin melihat sejauh apa kau berusaha dan sebesar apa tujuanmu itu.” Mahesa kembali membalas. “Dengan senang hati saya akan menunjukkannya pada Anda, Dokter. Sebagai langkah awal, akan lebih baik jika saya menggunakan bahasa informal seperti yang anda lakukan. Untuk mengakrabkan kita.” Bisik Kana dengan nada seduktif dan hembusan napas yang terasa di leher Mahesa, detik berikutnya wanita itu menjauhkan tubuhnya dari tubuh Mahesa. “Aku akan mengambil kembali baju ini karena kau enggan mengakuinya. Akan kuanggap ini hadiah pertama darimu di pertemuan pertama kita. Kau memberiku kemeja ini karena kau merasa begitu beruntung bertemu dengan gadis sepertiku.” Ucap Kana dengan nada genit dan mata yang mengerling manja. “Wanita gila.” Desis Mahesa dengan raut jijik namun Kana tidak terganggu dengan itu. “Aku bisa mentraktirmu makan siang nanti, Dokter. Aku cukup kaya jika kau ingin makan di hotel berbintang. Aku pikir ucapan terima kasih saja tidak cukup atas semua yang telah kau lakukan untukku. Bagaimana?” Kana kembali memberikan tawarannya dengan alis yang naik turun. “Keluar dari ruanganku sekarang, sebelum aku memanggil security untuk mengusirmu, Kana!” Teriak Mahesa membuat Kana sedikit terperanjat. “Baiklah, aku anggap kau memang tidak suka masakan restoran. Aku akan membayar dengan hal lain nanti. Jangan lupa, aku orang yang pantang menyerah! Sampai bertemu nanti, Dokter Mahesa.” Kana tersenyum manis dan keluar dari ruangan Mahesa. Meninggalkan Mahesa yang perasaannya kembali dibuat campur aduk oleh Kana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN