Bab 1 | Pukulan Telak Sang Mantan
Kana berjalan menuju ruangan Wira Bimantara, sang kekasih yang telah bersamanya selama tujuh tahun ini, mereka baru saja tunangan dua bulan yang lalu.
Dia baru saja selesai dengan seminarnya di Singapura selama dua minggu, hari ini tepat anniversary mereka yang ke tujuh, dia sudah membawa blackforest cake dari salah satu cake shop favorite Wira.
Begitu tiba di depan ruangan Wira, pintunya sedikit terbuka dan dia mendengar erangan menjijikan dari sana, membuatnya maju lebih dekat dan detik itu juga dia merasa dunianya hancur, dia melihat Wira tengah b******u dengan seorang wanita di meja kerja pria itu, bahkan dia bisa melihat bahu wanita itu telah terekspos dengan tali bra yang telah turun ke pundaknya.
Tubuhnya sedikit bergetar dengan wajah yang pucat, rasa sesak perlahan naik ke permukaan dan membuatnya sulit untuk bernapas, terlebih saat mereka merubah posisi hingga dia bisa melihat dengan jelas siapa wanita yang berada di bawah kungkungan kekasihnya itu. Adik tirinya, Riana Danendra!
Dia menarik napasnya panjang dan detik berikutnya menyeringai. Mengambil ponsel di sling bag-nya masih dengan tangan kanannya yang memegang cake.
Dia lalu mengambil beberapa foto dan video yang bisa memperlihatkan dengan jelas wajah keduanya. Setelah puas dengan hasil jepretan gambarnya, dia mendorong pintu itu dengan kasar hingga terdengar suara dobrakan yang keras, membuat kedua sejoli yang tengah memadu kasih itu langsung terperanjat dan sama-sama membetulkan pakaian mereka yang berantakan.
Wira, sang tunangan yang sebentar lagi akan menjadi mantannya terlihat terkejut dan juga panik, wajah tampannya kini terlihat sangat jelek dan menyebalkan di mata Kana.
Riana yang melihat kedatangan kakak tirinya itu tersenyum dengan rasa terkejut dan ketakutan yang dibuat-buat. Dia lalu mengalungkan tangannya pada lengan Wira.
“Ka..Kakak …. Ini … Ini …. Aku … Aku tidak bermaksud menyakitimu, tapi … tapi … aku dan Wira saling mencintai.” Ucap Riana dengan nada penuh rasa bersalahnya, namun Kana hanya bisa mendecih dan menatap benci pada keduanya.
Lalu Riana melihat pada cake yang di bawa oleh Kana dan semakin menyunggingkan senyumnya saat membaca tulisan Happy 7th Anniversary.
“Ya Tuhan … Dia langsung menggenggam tangan Kana dengan raut yang semakin bersalah bahkan sudah meneteskan air mata. “Aku tidak tau jika hari ini adalah anniversary kalian. Sungguh, Kak. Aku minta maaf, aku … aku … Wira bilang kalian … kalian …” Riana tidak bisa melanjutkan ucapannya karena sudah menangis.
Kana masih diam, menyaksikan drama dua orang di depannya dengan hati yang semakin mendidih. Dia menunggu kata yang akan keluar dari mulut Wira. Tapi tidak disangka dia justru merangkul Riana dan menenangkan Riana yang sudah terisak. What a bastard man! Kana sudah tidak tahan dengan semua ini.
“Aku tidak bermaksud jatuh cinta pada Wira, Kak. Tapi … semua terjadi begitu saja … dan … dan Wira menyambut cintaku.” Riana menambahkan.
“Ah begitu?” Akhirnya Kana bersuara. “Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kau dan ibumu sama-sama memiliki selera yang rendah, menyukai milik orang. Sepertinya selama tujuh tahun ini aku menjadi buta dengan mencintai pria murahan sepertinya yang mengobral cinta dan tidak bisa menjaga komitmen. Kalian sangat cocok! Jadi kapan kalian jadian?” Tanya Kana dengan senyum meremehkannya.
“Kana! Bukan Riana yang salah, aku yang salah! Aku yang tidak jujur tentang perasaanku padamu yang telah berubah. Aku terlalu takut menyakitimu untuk mengatakan yang sebenarnya.” Akhirnya Wira bersuara, dan itu membuat Kana tertawa keras.
“Ya Tuhan, ternyata selama ini aku berkencan dengan seorang pengecut yang bahkan takut untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya! Bagaimana bisa dia menjadi sosok suami yang aku inginkan! Memimpin dirinya sendiri saja tidak mampu!” Ucap Kana dengan nada merendahkan.
Kana lalu melihat lagi cake di tangannya, bibirnya kembali menyeringai.
“Baiklah, kupikir aku tetap harus memberi kalian selamat. Dari pada cake ini sia-sia, aku akan menghadiahkannya untukmu, adikku tersayang.” Kana memberikan senyum terbaiknya, hal itu membuat Riana justru terlihat semakin bersalah, namun detik berikutnya dia langsung menjerit, saat Kana mengayunkan cake itu dengan kuat dan menghantam wajah Riana sepenuhnya.
“Selamat atas hubungan kalian.” Ucapnya dengan tepuk tangan yang kuat.
“Kana! Jahat sekali dirimu!” Teriak Wira dengan emosi geramnya.
“Oh ada penjahat bin pengecut yang meneriakiku jahat.” Kana tertawa lagi, “Jika ini jahat juga tidak?” Kana memberikan pukulannya tepat di wajah Wira, dia memiliki kemampuan bela diri yang mumpuni, terbukti Wira langsung terhuyung dengan hidung yang berdarah.
“Ups, kupikir itu sangat jahat. Tapi itu adalah hadiah terindah yang pernah kuberikan untuk penjahat bin pengecut sepertimu. Anw, aku harus mengabadikan moment ini dan memasangnya sebagai wallpaper ponselku.” Ucap Kana lalu memotret Riana dengan wajah berlumur cake dan wajah Wira yang lebam dengan hidung berdarah, posisi mereka yang berdiri berdampingan membuat angle foto yang diambil Kana terlihat lebih bagus.
“Oh, sangat indah. Aku pikir ini cocok untuk koleksi foto pre-wedding kalian.” Kana tersenyum puas dengan hasil fotonya.
“Cukup Kana! Keluar sekarang atau aku akan memanggil security, dan …” Ucapan Wira terpotong karena Kana langsung melanjutkannya, dia tidak ingin Wira yang memutuskan hubungan mereka, hanya dia yang boleh mengakhiri hubungan mereka.
“Kita putus. Aku tidak sudi menyerahkan hidupku untuk bersama laki-laki menjijikan sepertimu. Oh Tuhan, terima kasih telah menyelamatkanku dari laki-laki biadab sepertinya.” Ucap Kana dengan tegas membuat Wira kehilangan kata-katanya.
“Well, Wira Bimantara, aku pikir aku harus memberikan hadiah perpisahan juga, kau pasti terluka karena aku mengakhiri hubungan tujuh tahun kita dengan begitu jahat karena aku sudah tidak menginginkanmu. Ini hadiahku, sayang.” Kana mendekat dan menarik kerah baju Wira, dengan gerakan yang lincah dia kembali memberikan pukulan dengan tangannya pada wajah Wira diikuti tendangan di kakinya pada s**********n Wira, membuat pria itu jatuh terjerembab.
Tepat setelahnya dia keluar dari sana dengan langkah yang anggun dan tatapan yang tajam ke depan, tidak lagi menoleh ke kanan dan ke kiri.
Namun, begitu memasuki lift, tubuhnya langsung jatuh ke lantai lift yang dingin, isakannya perlahan terdengar dengan tubuh yang bergetar. Dadanya yang sejak tadi terasa sesak hingga dia kesulitan bernapas langsung dia pukul-pukul untuk meredakan tangis juga sesak yang semakin mennyiksanya.
“b******k! Apa yang aku perjuangkan selama ini?! Arghh! Wira sialan!” Kana berteriak dan menumpahkan semua emosinya.
***
Seorang pria yang memiliki janji meeting dengan Wira Bimantara untuk membahas kerjasama bisnis farmasi Bimantara Group dengan rumah sakit miliknya datang dengan langkah yang angkuh didamping oleh sekertarisnya juga sekertaris Wira Bimantara.
Pria itu adalah Raden Mahesa Wangsadinata, dokter bedah terbaik dengan segala prestasinya dan juga merupakan pewaris tunggal Wangsadinata Group, keluarganya adalah konglomerat di Indonesia yang memiliki bisnis di bidang kesehatan juga memiliki beberapa rumah sakit swasta terbaik yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Selain menjadi dokter bedah, dirinya kini menjabat sebagai direktur rumah sakit pusat Wangsadinata di Jakarta.
Dia hanya berniat menyelesaikan meeting ini dengan cepat namun yang dia dapatkan adalah sebuah drama picisan tentang perselingkuhan yang telah membuang waktu berharganya. Namun entah kenapa dia justru penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh sang wanita yang diselingkuhi itu.
Hingga dia memilih menghentikan sekertaris Wira yang akan memberitahukan kedatangannya, menatap si sekertaris itu tajam dan menggelengkan kepalanya tanda menahannya untuk bungkam.
Mahesa sangat menikmatinya, ternyata bukan drama picisan yang sudah bisa ia tebak alur ceritanya, dia tersenyum bangga melihat balasan sang wanita dan pukulan telak untuk pria brengseknya itu. Well, dia menarik ucapannya yang harus menyia-nyiakan waktu untuk menonton drama live di depannya. Dia menikmatinya dan itu menghibur, waktunya tetap berharga. Dia sangat penasaran dengan wanita itu.
Hingga saat wanita itu membalikkan badannya dengan tatapan angkuh dan cara jalan yang begitu tegas, Mahesa tau wanita itu sangat elegan dan berkelas untuk menghadapi rasa sakitnya, dia masih bisa melihat sorot terluka dan penuh dendam di matanya.
“Kau mengenalnya, Mario?” Tanya Mahesa pada sang sekertaris yang juga merupakan teman baiknya.
“Ya, dia Kana Denandra. Calon Mahasiswa Magister di Wangsadinata University yang mendapat nilai terbaik di angkatan tahun ini, karenanya dia menerima beasiswa fully funded Wangsadinata University. Dia akan mulai bekerja minggu depan di Wangsadinata Centre Hospital minggu depan sebagai Senior Nutritionist. Akan menjadi salah satu dari jajaran anak buahmu di rumah sakit, Dokter Mahesa.” Bisik Mario dengan senyum penuh arti.
“Cantik dan berkelas. Idamanku. Bodohnya si Wira mencampakkan dia.” Tambah Mario lagi membuat Mahesa langsung mendesis menyuruh pria itu untuk tutup mulut.
“Wanita itu adalah adik tirinya, model terkenal Riana Denandra. Kana pasti akan mengirimkan video dan foto tadi kepada para wartawan. Smart girl.” Mario berkomentar lagi membuat Mahesa langsung menoleh dan memberikan tatapan tajamnya agar Mario berhenti mengoceh.