Kana ingin melupakan semuanya sejenak dan memilih untuk ke pergi ke pub, mungkin dance and wine bisa membuatnya melupakan semua kesialan bertubi-tubi yang menimpanya saat ini.
Dia bukan gadis yang hobi party, hanya sesekali saja jika kondisinya benar-benar buruk dan membuatnya frustasi. Dia adalah ahli gizi dan tau alkohol bukanlah hal yang baik untuk tubuh, namun ada saatnya dia melupakan itu semua dan melakukan apapun yang dia inginkan tanpa memikirkan dampaknya pada tubuh.
Dia memasuki bar dengan mata yang masih sembab dan wajah yang sedikit bengkak, menarik napasnya panjang dan menekan dadanya yang terasa masih sesak.
Dia lalu menuju meja bar dan memesan segelas wine sambil melihat-lihat ke dance floor, dia ingin bergabung namun masih terlalu malas, hingga memutuskan untuk menikmati wine saja.
Satu gelas pertama, dua gelas hingga dia lupa gelas ke berapa yang telah dia habiskan. Kepalanya sudah terasa pusing dan dia merasa melayang, namun perasaanya terasa begitu ringan, dia menambah lagi gelas winenya dan meminumnya kembali beberapa gelas lagi. Rasanya semua terasa semakin ringan.
Seorang p****************g mendekatinya dan membelai wajahnya, membuat mata Kana langsung membelalak walau wajahnya sudah teler, dia langsung menggenggam tangan pria itu dan memelintirnya dengan kuat membuat sang pria langsung berteriak.
“Pergi. Jangan menggangguku.” Teriak Kana yang sudah mabuk. Dia lalu bergerak menuju dance floor dengan tubuh sempoyongan. Menari, meliukkan tubuhnya mengikuti alunan musik, lagi-lagi beberapa pria mendekatinya dan berusaha menempel ke tubuhnya, membuat Kana mengerang dan mendorong mereka dengan keras, jangan lupa dia memiliki kemampuan bela diri yang mumpuni, empat tahun menjadi bagian dari anggota martial arts di kampusnya.
Kana merasa kesal dan memilih pulang saja, dia masih berusaha menjaga kesadarannya untuk bisa sampai apartementnya walau jalannya sudah sempoyongan.
Begitu tiba di luar bar ternyata hujan besar, perasaannya entah kenapa menjadi lebih tenang walau air mata kembali membasahi wajahnya.
Alih-alih memesan taksi, dia justru menerbos hujan itu dan membiarkan tubuhnya basah kuyup terkena air hujan. Dia merentangkan kedua tangannya dan berputar-putar dengan isak tangis yang teredam oleh suara air hujan, dia meraung kencang lalu tertawa setelahnya seperti orang gila, kepalanya semakin berdenyut namun perasaannya semakin ringan, dia tidak tau lagi jalan ke mana yang harus dia tuju untuk pulang.
Hingga dia mendengar suara klakson dan sinar yang waktunya terasa begitu cepat, hingga akhirnya tubuhnya terjatuh saat bersentuhan dengan body mobil seseorang dan kegelapan langsung melandanya untuk sementara.
Mahesa baru saja pulang dari rumah sakit dan semua berjalan lancar hingga dia harus mengerem mendadak saat mendapati seseorang menyebrang sembarangan ditambah dengan hujan yang sedang deras-derasnya.
“Sial!” Umpatnya yang melihat tubuh itu sudah terkulai lemas di lantai. Beruntung di belakang tidak ada mobil yang mungkin akan menyebabkan kecelakaan beruntun.
Mahesa langsung keluar dari mobil dan air hujan langsung menyambutnya. Beberapa orang langsung mengerubungi mereka. Mahesa langsung mengeceknya dan matanya sedikit terbelalak terkejut melihat siapa wanita itu, tapi dia bersyukur wanita itu hanya lecet di lulut kaki dan siku tangannya.
“Saya akan membawanya ke rumah sakit, saya juga seorang dokter dan akan bertanggung jawab sepenuhnya.” Ucap Mahesa kepada semua orang yang mengerubungi mereka, mereka akhirnya pelan-pelan mundur dan membiarkan Mahesa membawa Kana ke mobilnya.
Saat dalam perjalanan ke rumah sakit dia mendengar Kana mengerang tidak jelas dan pelan-pelan sadar, membuatnya memelankan laju mobilnya dan terus memperhatikan dari kaca spion.
“Enghhh…” Kana menggigil kedinginan dan mengerang karena kepalanya terasa berputar. Pelan-pelan wanita itu bangun dan perutnya bergejolak hingga muntah begitu saja di mobil mahal Mahesa.
“Oh Tuhan…Apa yang kau lakukan, Young Lady? Mabuk, menabrakkan diri dan sekarang muntah sembarangan? Shit.” Mahesa menggeram kesal, namun Kana justru tertawa dan tubuhnya maju ke depan, seketika dia mencium parfum Mahesa yang begitu wangi dan membuatnya kembali tersenyum aneh, wajahnya tepat di bawah wajah Mahesa dan tersenyum hingga giginya kelihatan semua, tanpa ragu dia menghirup lebih dalam aroma Mahesa dengan mencium baju pria itu.
Mahesa langsung mendorong kepala Kana dan menyuruhnya untuk kembali duduk, namun yang terjadi wanita itu justru kembali muntah dan sebagian mengenai baju Mahesa.
“Double s**t!” Mahesa menggeram dan memilih kembali melajukan mobilnya menuju ke apartementnya. Dia tidak ingin membawa Kana ke rumah sakit karena itu hanya akan menimbulkan keributan dan berita menggemparkan baik di rumah sakit atau media masa besok. Dia akan mengobati Kana sendiri di rumahnya..
Dia mengencangkan laju kemudinya dan membuat Kana mengerang di belakang dan berpegangan erat pada sabuk pengamannya dengan perut yang kembali bergejolak lalu dia muntah untuk yang ketiga kalinya tepat saat Mahesa menghentikan mobil di rumahnya.
Dia melepas kemejanya yang sudah terkena muntahan Kana dan hanya menyisakan kaus V-neck nya saja, lalu melihat ke belakang yang terlihat begitu kacau. Dia lalu menutupi tubuh Kana dengan mantelnya, yang hanya mengenakan kemeja putih transparan ditambah basah karena air hujan.
Dia membawa Kana masuk ke kamar tau dan menurunkannya di ranjang dengan sedikit kasar hingga dia bisa mendengar Kana kembali mengerang. Mantel yang digunakan untuk menutupi tubuh wanita itu sudah jatuh, tersisa kemeja putih Kana yang sudah terkena noda muntahan dan basah kuyup hingga mencetak dengan jelas tubuh wanita itu.
Mahesa kembali mendecak, dia mengecek siku Kana, kemejanya sudah robek dengan siku yang tergores. Lalu melihat Kana yang menggigil dan menggumam tidak jelas.
Mahesa lalu melepaskan kemeja wanita itu, dia seorang dokter dan seharusnya sudah biasa melihat tubuh pasien baik wanita atau pun pria, namun tetap saja dia seorang pria normal yang memiliki napsu dan semakin b*******h jika ada pemicunya.
Melihat leher jenjang Kana yang putih, wajahnya yang tirus dan innocent dalam ketidaksadarannya membuatnya menelan ludahnya susah payah. Dia lalu membungkukkan badannya dan mulai melepas satu persatu kancing kemeja Kana.
Bahu wanita itu yang seputih s**u dan ramping, dadanya yang naik turun, kembang kempis dengan teratur terlihat seksi, Mahesa berkali-kali menelan ludahnya dan memejamkan matanya untuk tetap menjaga kewarasannya, hingga saat semua kancing kemeja sudah terbuka dia bisa melihat tubuh bagian atas Kana yang terasa sempurna dalam genggamannya, membuatnya kembali menelan ludah dan mengatur napasnya kuat-kuat.
Dia berusaha mengangkat tubuh Kana untuk melepaskan kemeja itu namun tanpa diduga Kana membuka matanya dan memberikan senyum nakalnya, dia menarik leher Mahesa dan langsung mencium pria itu dengan menggebu-gebu, tangannya yang lain aktif mengusap d**a Mahesa hingga perut pria itu sebelum akhirnya tangan Kana masuk ke balik kaos V-neck pria itu dan membelai setiap inchi kulit Mahesa yang membuat pria itu tidak bisa lagi menahan apa yang sejak tadi dia tahan.
Mahesa mengerang dengan sentuhan Kana yang memabukkan, dia memperdalam ciumannya dan mengungkung Kana, terus mencumbu Kana dengan begitu candu, Kana ikut mengerang saat Mahesa juga menyentuhnya dari perut terus naik hingga ke dadanya, membuat dia merasakan sengatan listrik yang membuatnya terus melayang dan mengerang nikmat.
Mahesa seolah kehilangan akal sehatnya, dia menangkap umpan yang diberikan Kana dengan baik dan menikmatinya, menyentuh dengan mendamba setiap inchi tubuh Kana yang tadi membuatnya menelan ludah menahan napsunya, erangan Kana membuat gairahnya semakin naik, sentuhan Kana juga membuatnya semakin menggila, keduanya saling mengerang dan sudah menanggalkan pakaian atas mereka. Mahesa mencumbu leher Kana dan menggigit kecil hingga membuat Kana mengerang seksi, turun hingga ke p******a wanita itu dengan tangan Kana yang semakin aktif dan berusaha melepaskan celana Mahesa.