Bab 2 | Tidak Mau Rugi

2006 Kata
Kana memilih pergi sebentar ke kafe. Dia harus melakukan satu hal untuk menghancurkan reputasi adiknya walau dia tau berita itu tidak akan bertahan lama. Dia membuka laptopnya, mengirimkan foto-foto dan video miliknya dengan akun anonim ke beberapa wartawan yang sering mengganggunya untuk mendapatkan berita eksklusif tentang Riana. Semua orang tau dirinya dan Wira telah bertunangan dan telah merencanakan pernikahan, tentu Riana akan menerima banyak hujatan karena dianggap sebagai pelakor, terutama itu adalah tunangan kakaknya sendiri. Tepat setelah mengirim semua foto dan video dengan sedikit kata sambutan untuk para wartawan, Kana memilih take away coffee dan muffin-nya dan segera pulang ke apartementnya. Dirinya begitu lelah setelah perjalanan jauh lalu harus menerima kabar menyakitkan ini, rasanya dia tidak memiliki tenaga dan yang tersisa hanyalah dendam yang membara untuk Wira dan Riana. Bohong jika dirinya baik-baik saja, kini dia bahkan tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya. Wira adalah cinta terbaiknya, yang selama ini selalu membelanya dan menguatkannya dari keterpurukannya atas perlakuan keluarganya. Wira adalah satu-satunya orang yang dia percayai dan tempatnya mencurahkan segala cinta dan kesahnya, namun pada akhirnya dia juga mendapatkan pengkhianatan dari pria itu dan pria itu kini justru bersatu dengan keluarganya untuk mengacaukan hidupnya. Kana memasuki apartement dengan langkah yang lunglai, langsung merebahkan tubuhnya di sofa dengan air mata yang kembali menetes. Semua tujuan dan rencana hidupnya dengan Wira hancur lebur, dia hilang arah dan tidak tau apa tujuan hidupnya kini, dia memiliki keluarga namun keluarga yang tidak layak disebut keluarga karena mereka selalu mengacaukan hidupnya. Pelan-pelan dirinya terlelap dengan air mata yang masih membekas di wajahnya dan d**a yang terasa sesak. Entah sudah berapa lama dirinya terlelap, sebuah panggilan masuk yang membuatnya terkejut dan terjaga dari tidurnya membuatnya linglung seketika. Dia langsung mengambil ponselnya. Panggilan dari neneknya dan membuatnya menelan ludah susah payah dan menarik napas sebelum mengangkatnya. “Ya..Oma…” lirih Kana dengan menahan napas dan tepat detik selanjutnya dia mendengar teriakan melengking yang memekakkan telinganya. -Anak setan! Apa yang kau lakukan pada Riana, hah?! Pulang sekarang atau aku akan membuatmu menjadi gelandangan dan menghancurkan karirmu!- Tanpa menunggu jawaban dari Kana, sang nenek -Ajeng- langsung mematikan sambungan teleponnya, membuat Kana mendesah panjang dan berusaha mempersiapkan diri untuk menghadapi amukan keluarganya. Dia mengecek ponselnya, mengecek semua sosial media yang kini semua berita trendingnya adalah tentang Riana yang menjadi pelakor kakaknya sendiri. Begitu banyak hujatan di kolom komentar media sosialnya, dia lalu mengecek beberapa brand yang bekerja sama dengan Riana dan tersenyum senang saat delapan dari sepuluh brand itu telah menghapus postingan produk mereka dengan wajah Riana. Lalu dia juga mengecek harga saham milik Bimantara Group dan beberapa anak perusahaannya dan senyumnya semakin mengembang saat harga saham mereka meroket tajam ke bawah. Setidaknya ada dua hal yang menghiburnya dengan Walau Kana enggan untuk datang ke sana, tapi dia tetap harus datang karena Ajeng akan mewujudkan apa yang telah diucapkannya. Kana bergegas menuju ke kamarnya dan membersihkan diri. Semenjak bekerja, dia memilih untuk keluar dari rumahnya dan mengambil kredit apartement yang kini di tempatinya. Walau setiap bulan dia harus tercekik dengan biaya cicilan apartement, itu lebih baik baginya dari pada harus tinggal lebih lama di rumah yang lebih mirip seperti neraka itu. Dia memasuki rumah mewah itu dan disambut dengan hangat oleh para pelayan. Jantungnya berdegup cepat semakin dia memasuki rumah. Kepala pelayan menuntunnya untuk menuju ruang makan, lalu saat melihat ada siapa saja di sana. Dia merasa badannya panas dingin dengan air mata yang berusaha di tahannya. Ada keluarga Bimantara dan keluarganya yang sudah duduk di sana seolah sedang menunggu untuk menyidang dirinya. Begitu mereka semua menyadari kehadirannya, Ajeng langsung berdiri dan memberikan tamparan padanya, hingga suasana berubah hening. Kana menyentuh pipinya yang terasa perih dengan jantung yang berdebar cepat karena rasa sakit dan amarah. Dia lalu menyunggingkan senyumnya melihat satu per satu wajah yang kini ada di depannya. Melihat wajah Wira yang masih lebam akibat pukulannya membuat senyumnya semakin sinis. “Kenapa Oma? Aku bahkan belum menampar cucu Oma,” Ucap Kana dengan santai, dia akan menekan rasa sedihnya hingga ke dasar dan menunjukkan jika dirinya baik-baik saja. “Ah apa kalian berkumpul di sini untuk merayakan keberhasilan pengkhianatan yang dilakukan oleh masing-masing anak kalian. Sungguh mengharukan.” Kana memberikan tepuk tangannya lagi, kini ibu tirinya yang berdiri dan menatapnya dengan tatapan prihatin namun Kana benar-benar jijik dengannya. “Mama, tahan emosimu, kita bisa menyelesaikan ini dengan baik, aku yakin bukan Kana yang menyebarkan berita itu untuk menghancurkan karir Riana.” Citra menuntun Ajeng untuk kembali ke tempat duduknya. “Duduk, Kana!” Kini Panji, ayahnya yang berteriak dengan keras membuat Kana mendesah malas dan akhirnya duduk. “Kakak … Aku … Aku minta maaf … Aku sungguh …. “ Kini Riana yang berbicara dengan berlinang air mata. “Aku sungguh tidak bermaksud membuatmu terluka dengan mengkhianatimu …” Riana menunjukkan raut bersalahnya. “Orang buta saja tau kau sengaja melakukannya. Semua orang sudah tau aku dan Wira bertunangan, lalu kau bilang tidak bermaksud? Tidak sengaja? Bodoh sekali alasanmu.” Kana meliriknya malas saat Riana justru semakin keras dengan isak tangisnya. “Jangan berteriak padanya, Kana!” Tanpa disangka Wira menyuarakan pembelaannya, dia merangkul Riana dan menenangkannya yang membuat Kana semakin jengah juga muak. “Kakak … Aku sungguh minta maaf … Awalnya … awalnya aku dan Wira hanya bermain dan tidak melibatkan perasaan, namun semua terjadi begitu saja dan … dan kini aku hamil anaknya, jadi kau … kau harus mengalah dan melepaskan Wira.” “What?! Hamil?! Gosh …. Kau benar-benar p*****r murahan.” Ucap Kana dengan tatapan membelalak tidak percaya, belum selesai dengan keterkejutannya, dia kembali mendapatkan tamparan mengejutkan dari Panji hingga bibirnya berdarah. “Ayah!” Kana menatapnya dengan kecewa, bagaimana bisa Panji menamparnya padahal dia yang paling terluka dengan hal ini. “Mulutmu benar-benar kotor, Kana! Bagaimana kau tega menyebut adikmu seperti itu?!” Panji masih berusaha menahan emosinya. “Mulut kotorku lebih baik dari pada tubuh dia yang kotor. Lagipula aku berbicara fakta, dia memang murahan. Menyerahkan tubuhnya untuk tunangan sang kakak. Tidak ada yang lebih menjijikan dari itu.” Ucap Kana dengan lantang membuat Riana semakin terisak. “Kau benar-benar jahat!” Citra menatapnya benci namun juga terluka dengan mata berkaca-kaca, membuat Kana semakin muak, ibu dan anak sama saja. “Cukup!” Kini Ajeng yang menggebrak meja membuat semua diam. Kana melirik pada mantan calon mertuanya yang masih bungkam dan melihat drama keluarga yang cukup menegangkan ini. “Kana, mungkin kau dan Wira memang belum berjodoh. Om mohon ikhlaskan Wira dan lanjutkan hidupmu. Om yakin kau akan menemukan pria yang lebih baik dari Wira.” Kini Abiyasa berbicara dengan bijak, namun sekali lagi Kana hanya mendesis. “Tentu saja, Om Abi. Aku juga tidak ingin berjodoh dengan pria b***t sepertinya, dan tentu aku akan melanjutkan hidupku dengan lebih baik tanpanya, dan tentu juga aku berjanji akan menemukan pria yang lebih baik dari Wira. Itu tujuan hidupku kini. Karena aku menyadari, aku terlalu berharga untuk putramu yang tidak ada harga dirinya.” Kana mengucapkannya dengan tegas dan senyum kepuasan. Seruni, Ibu Wira merasa emosi dengan penghinaan Kana. Padahal kemarin hubungan mereka masih baik, tapi kini semua berubah seratus delapan puluh derajat. “Apa kau yang menyebarkan berita hari ini?” Tanya Neneknya membuat Kana mengernyit namun detik berikutnya dia tersenyum bahagia dan mengangguk. Citra sudah akan melayangkan tamparannya namun Kana dengan mudah menangkisnya dan sedikit mendorongnya. “Bagaimana? Itu adalah hadiah terbaik yang bisa aku berikan atas hubungan kalian.” Kana memberikan senyum terbaiknya. “Kau! Benar-benar anak setan! Adikmu itu selebriti. Karena berita bodoh itu dia terancam kehilangan karirnya. Bagaimana dia akan menghadapi publik mulai saat ini? Semua orang mencacinya dan menghujatnya. Bagaimana kau bisa begitu kejam?! Apa kau tidak memikirkan akibat dari perbuaanmu, hah?!” Panji berteriak hingga membuat Kana bergetar hebat dengan setiap kata yang keluar dari bibir pria itu. “Hanya itu yang ayah pikirkan? Dia sendiri yang mengacaukan semuanya, aku hanya mengikuti permainannya! Apa Ayah pernah memikirkan perasaanku?! Apa ayah berpikir aku akan menerimanya begitu saja tanpa memberikan balasan?! Aku tidak sebaik itu ayah! Ayah pikir aku akan menerimanya dan mendoakan kebahagiaan untuk mereka?! Tentu tidak! Aku akan mengutuknya sampai kematianku.” Kana ikut berteriak dengan emosi yang menggebu-gebu. “Ayah bertanya apa aku berpikir saat mengirimkan berita itu? Tentu saja aku telah memikirkan dengan sangat baik dan matang.” Kana menyeka bibirnya yang terasa perih. “Rasa sakitku tentu harus mendapatkan obatnya, ayah tentu tau apa obatnya, kesetaraan, kehancuran dan kekacauan yang sama yang kalian lakukan ke hidupku. Aku harus mendapatkan hal lain atas pengkhianatan ini.” Kana menyunggingkan senyum sinisnya. “Kau pikir kau bisa lepas begitu saja dariku, Wira? Setelah tujuh tahun kita bersama dan berbagi semua hal bersama? Oh sayang, kau terlalu bodoh untuk melepaskanku begitu saja tanpa tau apa yang kumiliki.” Kana kini menatap Wira dengan tatapan nyalang penuh kepuasan. Semua orang terdiam seolah menunggu apa maksud ucapan wanita itu. Kana lalu mengeluarkan ponselnya. Menekan tombol play hingga terputar suara pengakuan Riana beberapa saat lalu yang mengatakan jika dirinya sudah hamil anak Wira. “Bagaimana, Riana? Berita hari ini hanya pengantar menuju kehancuran karirmu.” “Kenapa, Oma? Oma ingin menghancurkan ponselku? Tunggu, aku akan memberikannya dengan senang hati pada Oma setelah aku menunjukkan satu hadiah lagi untuk mantanku yang bodoh itu.” Kana lalu kembali menekan tombol play hingga sebuah video saat Wira tengah sakau dan memakai ganja terekam dengan jelas di sana, membuat pria itu pucat pasi pun dengan orang tuanya yang membelalak terkejut. “Om dan Tante pasti tidak tau kan jika anak kalian adalah pemakai? Dan bagaimana aku membantunya diam-diam untuk sembuh dari kecanduannya? Oh lima tahun yang penuh perjuangan.” Kana mematikan video tersebut. Dia menyimpan rahasia besar Wira selama bertahun-tahun, dia tau dirinya telah dibutakan oleh cinta karena dia menerima Wira walau tau pria itu adalah kriminal, dengan dalih atas nama cinta dan percaya Wira akan berubah, dia membantu pria itu keluar dari lingkaran setan yang menjerat hidupnya, hingga dua tahun lalu Wira akhirnya berhasil membuktikannya dan benar-benar berubah, itu membuat Kana semakin mencintai dan yakin jiak Wira dan dirinya memang berjodoh. Namun Tuhan selalu memiliki cara untuk menjungkirbalikkan semuanya. “Oma ingin menghancurkan ponselku? Biar aku membantumu.” Kana lalu menjatuhkan ponselnya pada gelas berisi air dengan senyum penuh arti. “Oma pikir aku bodoh seperti cucu Oma yang lain? Sayangnya, aku mewarisi kecerdasan ibuku, bukan sepertinya.” Kana menunjuk Citra dengan tatapan meremehkan. “Rekaman tadi sudah tersambung dan terkirim ke email pribadiku dan rekaman sakau Wira juga telah berada di tempat yang aman dan siap diekspos kapan saja.” Kana mengatakannya dengan tenang. “Coba kalian pikirkan, jika diketahui ternyata Riana hamil diluar nikah, lalu ternyata Wira adalah pemakai, bagaimana dahsyatnya berita tersebut. Saham Bimantara dan Danendra grup akan langsung jatuh dan redup, karir mereka berdua akan mati.” “Apa yang kau inginkan?” Tanya Abiyasa to the point membuat Kana tersenyum senang, pria itu begitu mudah memahami keinginannya. “Kompensasi.” Satu kata dari Kana membuat mereka semua membelalak. “Kompensasi dari keluarga Bimantara dan Danendra.” “Aku ingin 40% saham dari Best Pharmacy Company milik Bimantara Group dan juga dua villa milik Bimantara Group yang ada di Bali, dan untuk ayahku tersayang, aku ingin satu unit apartemen di Davinci, aku ingin mobil dan tentu saja aku menginginkan saham Denandra Group sebesar 40%. Aku ingin dalam tiga hari semua sudah selesai dan aku akan dengan senang hati memberikan seluruh senjata yang kumiliki.” “Bagaimana kita bisa percaya jika kau sudah menyerahkan semua bukti itu kepada kita?” Tanya Ajeng membuat Kana menyunggingkan senyumnya tipis. “Aku orang yang memegang teguh apa yang kukatakan karena aku bukan pengkhianat. Well, keputusan ada di tangan kalian, jika dalam tiga hari aku tidak mendapatkan apa yang aku inginkan, maka bersiaplah untuk kejutan terbaik yang pernah kuberikan seumur hidupku.” Kana lalu beranjak dan pergi dari sana dengan langkah yang angkuh. “Hamil? b******k!” Tanpa seorang pun yang tau, hatinya sudah berdarah-darah karena kabar yang baru saja dia tau, rasanya dia mendapatkan pengkhianatan ganda. Bagaimana mereka bisa sejauh itu? Kana akan membayar setiap rasa sakit yang dia rasakan kini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN