Chapter | 2.3 [FERMENTED GLASS]

2899 Kata
     Gerald menatap penuh gairah, ia tersenyum kecil melihat Nessa terdiam dan mendongakkan kepala. Meraba pelan bagian leher yang berkeringat dan Gerald melepaskan satu persatu buah baju kemejanya, membiarkan bentuk perut kuatnya terlihat dan menenggak cairan hasil fermentasi gandum hingga beberapa kali,      "Kau harus se nakal mungkin, Honey." f**k! Jemari lentik itu memijit pelan perut dan membelai lembut tengkuk.      Gerald mendekati wajah dengan mata terpejam menikmati tubuh yang tengah berfantasi, ia mendekatkan bibirnya untuk sekedar meniup udara pelan di leher Nessa,      "Let's play, little wife." Nessa menatap tajam mata yang indah dan berbinar, berkedip pelan menyerupai belaian di punggungnya.      Antara kesadaran yang berusaha menghindar, Nessa mematung ketika Gerald mengecup leher. Pinggulnya berkelok seakan mengelak sentuhan namun tertantang mendalami rasa penasaran. Siap menerima terjangan tangan besar yang menagihkan sensasi. Nessa menggeleng pelan ketika Gerald memutar arah pada kecupan dan menyesap kulit lembut lehernya, memeluk tubuh Gerald dengan upaya tak dapat dipahami, dan ia menenggak minuman beralkohol tinggi ketika Gerald menuangkan kedalam mulutnya untuk kedua kali,      "Eemmhh..." Nessa menggigit bibirnya ketika hembusan nafas panjang terasa memanas, serta lelehan vodka mengenai leher dan dadanya.      Puncak arus yang mengaliri darah telah diujung kepala, namun Gerald menginginkan tarian energik istri kecilnya ketika ia mulai meraba paha mulus nampak mengejek, "kau sangat seksi dan cantik, Honey." Gerald merelakan rambut coklatnya terenggut tangan Nessa, meremas hingga membuatnya berambisi.      Sesekali Nessa menatap wajah yang nampak menjijikkan namun entah asal paparan virus berhasil menguasai otaknya, ia menikmati keindahan foreplay pria monster yang menggelitik,      "Eenngghh..." s**t! Gerald menahan diri ketika menemukan d**a sintal istrinya melekat pada tubuh yang bersuhu meningkat drastis.      Terpaut tinggi yang jauh berbeda kini Gerald membuat Nessa terhuyung, memegang kendali dengan satu tangan untuk menjilat sisa minuman tak merelakan hilang akan rasa nikmat tertinggal di sela belahan d**a. Pandangan Nessa mengabut dengan rasa pening untuk menerbangkan angan-angan, kini Nessa membelai rahang terdapat bulu tebal Gerald. Menyodorkan d**a ketika rasa hangat lidah itu terasa begitu nyata, "aahhh..," puncaknya terasah dengan sempurna dan menggigil saat Gerald menyesapnya, "eengghhh..." Lirih! Namun mampu mengontrol emosi Gerald mengeratkan pelukan.      Gerald melempar sisa minuman yang mengandung kadar alkohol tinggi, mampu membuat gadis kecil miliknya berpasrah diri, "bukan ini yang aku inginkan, Honey! Tapi kau harus bertanggung jawab atas kegilaan ku!" Gerald melepaskan satu ikatan gaun tidur yang mengait pada pundak Nessa.      Pori lembutnya begitu mampu mengalahkan pemandangan alam terindah yang menetap di belahan bumi. Berujar untuk dipuja tanpa kata, tercecer bulir bening untuk melambai pada degup kencang mengendapkan hasrat. Gerald memainkan sidik jari meneliti kehalusan kulit Nessa, mengindahkan aturan untuk memanjakan, menyanding kenikmatan kala tubuh itu menggelombang,      "Tidak ada wanita yang sepertimu, Honey! Bukan hanya cantik, mengagumkan untuk aku cumbui. Kau karya seni terindah." Gerald memburu bibir mungil Nessa, mengangkat satu kaki untuk bertumpu pada pahanya.      Katupan kelopak menyimpulkan isi coklat tua yang membanggakan kini tersenyum lirih ketika Gerald meremasi pangkal paha mulus Nessa, membuka untuk meneliti, menyentuh agar memuaskan serta dalam membangun rangsangan kuat. Nessa menggeleng untuk meratakan tiap sentuhan yang akan menghadiri,      "Seberapa keras kau akan menjerit hari ini hm?" Getaran hebat pada gertakan itu terasa berat dalam batin, Gerald menerka rumus bahkan teori di otaknya. Sulit! Yang ia pahami gadis dalam genggamannya begitu munafik untuk di pungkiri keelokan parasnya.      Tetiba perhatian serius pada bentuk yang tengah melakukan tarian indah terhenti, Gerald memperhatikan jemari lentik meraih kedua bahunya. Memeluk untuk mempertahankan rengkuhan, mencakup sekedar pelampiasan hawa panas.      Ketika tak mampu melihat lebih lama dengan kejelasan kaidah nya, Gerald mengubah seluruh rangkuman fantasinya. Membelokkan arah pada pantulan cermin, ia mengangkat satu kaki Nessa serta menjerumuskan jemari kedalaman celana dalam istrinya. Membelai kemudian menekan pelan.      Keseksian tubuh ketika menggeliat seakan menyaingi kelenturan benda terbuat dari pohon para, "kenapa kau sangat cantik, Honey! Kenapa kau membuatku berdebar kencang?" Telinga Gerald menangkap gelombang dahsyat pada suara rintihan Nessa, melenguh nakal kemudian meraih tengkuknya dari depan badannya.      Entah ke mana udara berlari enggan terhirup oleh hidung mancungnya, Gerald merasakan sensasi berbeda ketika tubuh yang tengah berada di bawah kuasanya menggeliat. Menahan nafas panjang dan membuka mata.      Nessa menatap arah berlawanan dan memperlihatkan tangan besar merenggut tubuh dan isinya. Mengeksplor kehalusan bagian dalam dengan jari-jari tangan yang genit, "aaaahhh..."      Nessa mengeratkan genggaman pada tengkuk Gerald, ternganga sulit memahami serta menghindari. Efek dari lilitan serta kadar minuman keras dipikiran, Nessa menyandarkan kepala pada d**a Gerald. Melenguh kencang ketika jari tangan itu mengumbar miliknya, membuat terlihat hingga menghilangkan rasa normal pada moralnya.      Sungguh cermin milik penyihir mahir telah membuat Gerald menerjang leher Nessa, menjulurkan lidah agar setara dengan nafsunya. Menekan kuat-kuat untuk mengoreksi kehangatan di bawah kegiatan permulaan,      "Aaahhh... Uuugghhh..." Semakin besar Gerald meluapkan rasa bangganya, terus mengoral untuk membuat kulit itu terbiasa.      Persetan dengan penolakan atau tanpa menyebut dirinya, Gerald berpuas hati kala d**a itu menegangkan gerakan memantul untuk memantau kondisi gairah yang berbahaya,      "Ooohhh... Geli." f**k! Iblis yang menggoda imannya telah tertancap mendalami hati Gerald.      Gerald mendorong tubuh indah Nessa keatas sofa ruang tengah, ia menerjang bentuk tertutup celana dalam dan melepaskan kain tipis yang membalut kemolekan Nessa. Punggung gadis mungil miliknya begitu menggoda dalam posisi menelungkup, menahan diri dengan kedua tangan dan Gerald mengerang ketika Nessa menjerit parau saat ia menjilati seluruh celah yang telah basah,      "Good girl!" Aroma khas yang membutakan mata, serta surga yang siap ia huni hingga hari menyambut pagi.      Teriakan yang tertahan menarik gelombang dahsyat nafsu Nessa, seakan teraliri tegangan elektromagnetik seketika membuatnya menegang dan bergetar, "aaaahhh... Uungghh..." Nessa meremas semua yang dapat terjangkau, menengadah kemudian memperhatikan wajah nampak geram dengan miliknya.      Nessa tak berdaya, melonjak untuk berlalu dan terdiam untuk menanti. Ia memijit pelan puncak kepala dan Nessa kembali mengeraskan nada tak bermusik. Nyanyian tanpa syair membentuk luapan emosi, terus menyadarkan diri namun benar pengaruh surga telah menempati posisi yang tertinggi pada gelora manusia. Gerald menyantap sajian ternikmati oleh gerigi dalam mulut dan lidah, mengerjakan suatu tugas harta yang telah di miliki. Merenggut gairah dan hak, serta dalam memberitahu tahap kepada biang keladi pencipta keganasannya,      "Yaaahh... Eeenggg... Ge...li...hh..." Sembari membenahi akan rasa, Nessa meremas-remas buah dadanya. Ia tak mengerti akan afek di dalam miliknya untuk berlanjut pada a**s.      Dengan rincian akan lidah yang menguasai dan terbenam, Gerald memperhatikan kenakalan tanpa kesadaran, memekik tertahan kala ia genit pada seluruh tubuh Nessa. Gemuruhnya meradang, disusul Gerald bangkit untuk meloloskan kain melindungi bentuk kekarnya, melepaskan ikatan pada celana panjang. Matanya tanpa lengah meneliti tiap tetes keringat pada punggung yang begitu indah, tak ada tanda melakukan summer yang sangat membanggakan. Gerald mengeratkan gigi ketika Nessa beringsut di atas sofa tidur, tersenyum lebar menerima efek melayang akan alkohol yang terkandung. Secara keseluruhan di mana Gerald tak mampu menahan, ia membuka lebar kedua kaki mulus istrinya. Mengecup semua pori dengan hawa panas berbahaya, meneliti bentuk halus dengan mata birunya,      "f**k! Tidak ada yang buruk dari tubuhmu, Honey." Nessa melenguh panjang ketika Gerald mencakup seluruh bentuk wanitanya.      Tatapannya sayu, berusaha menahan untuk mencari pertahanan dengan meremas rambut Gerald. d**a Nessa sesak, ia menahan diri dari pengaruh kodrat kemenangan akan dirinya. Air matanya bergulir namun rasa pening untuk membebaskan tubuh tak sepadan dengan niatnya,      "A... Aaa...ku tidak ingin me...ngandung anakmu pria berengsek, aaahh... Aaahhh..." Nessa menggeleng sembari tertawa kecil, mendesah nikmat mengiringi rancau nya.      Tak perduli cacian cantik itu keluar, Gerald menarik pinggang Nessa mendekat bidikan matanya, ia mengusap kepala terpenuhi keringat,      "Minggir kau pria monster mengerikan, pria sialan! K... Kau tidak pernah puas dengan tubuhku hah!" Gerald mengangkat sisi bibirnya, gelagat amarah itu begitu indah ketika bergeleng merasakan jari menusuk lebih dalam pada celah surgawi yang menjadi bagian hidupnya.      Benar-benar gila! Tubuh kecil yang molek tengah terkapar dengan sentuhan dan cairan bening dari vodka, membuat Gerald mendekam dalam rasa yang sulit ia terka,      "Mari bercinta dengan pria monster, little wife." Gerald melepaskan seluruh kain pada tubuhnya.      Bentuk yang terbelit oleh otot badan itu meronta, menegang ketika Nessa memukul lemah d**a dan berusaha menyingkirkan tangan Gerald ketika menelentangkan,      "Eeemmmhh... Eemmhhh..." Gerald melirik arah lensa kamera yang tengah merekam semua aktifitas mencari kenikmatan.      Nessa menjerit kecil ketika Gerald mengisi celah nikmatnya, gerakan pelan itu membuat Nessa menatap lekat pria di atas nya. Ia tak meludah atau mencaci seperti hari pernikahan, Nessa hanya mempererat pelukan secara terang,      "Gadis pintar, pelajari sifat agresif suamimu ini sayang karena aku buta ketika melihatmu." Sentakan keras dengan kekuatan itu mampu membuat Gerald terpana ketika tubuh Nessa terhentak hebat, ia menyeruput leher istrinya. Meninggalkan jejak nikmat berwarna bara.      Teriakan itu melengking tak pernah memadamkan api gairah Gerald, ia mengoral miliknya dengan kencang dan brutal menciptakan sebuah gerakan tak beraturan. Gerald memburu semua pori indah yang melekat pada d**a Nessa,      "Oouucchh... Katakan apa yang kau mau, Honey! Aku akan memberikan semuanya." Gerald memejamkan mata, mendongak untuk merasakan sensasi.      "S... Sakit... Aaahhh... Ge...rald... Aaaahhh..." Tetiba mata biru samudera itu terbuka, melihat untuk menentukan nyata ataukah ilusinya.      "Rileks, Honey! Turuti tubuhmu yang tak munafik." Entah radiasi apa yang tengah Nessa dapatkan, ia hanya memeluk untuk menerima hujaman keras Gerald.      Sungguh, rasa yang menyudutkan Gerald pada harga diri dan kesadaran. Namun kecantikan itu melunturkan tinggi hati yang tengah ia perankan,      "Eeenngghh... Gerald aaahh..." Tiap gerakan sela mulut tipis itu telah Gerald bedakan sejuknya. Ia tersenyum dengan mengecup kening Nessa.      "Kita sama-sama mabuk, Honey! Tapi aku mabuk bukan karena minuman itu. Kau yang terlalu memabukkan pikiran." Gerald mengerang ketika samar desah lembut itu menusuk telinga, semakin menjadi ketika Nessa tersengal.      Meski Gerald memahami ini sebuah ilusi sesaat akan pengaruh minuman, namun ia malas memperdulikan tiap kebohongan. Gerald terus mengoral miliknya brutal, menggigit bibir tebalnya dengan pandangan buram. Benar-benar menggiurkan,      "Aahh... Ini menggairahkan sayang, mmmhh... Lebih nikmat dari minuman apapun." Tak menahan rasa pelan, kini Gerald melepaskan gairahnya.      Ia bangkit dan memapah tubuh manusia sempurna itu dalam gendongannya, merasakan kehangatan punggung yang menyentuh d**a dan Gerald tersenyum bangga saat Nessa menatapnya tak mengerti,      "Ini tidak akan sakit, pegang lenganku dengan erat dan santai little wife." Sensasi bridal untuk meraih penetrasi ganda telah Gerald susun.      Ia merontokkan kain satin istrinya, Gerald merasakan kenikmatan tiada banding. Memanjakan tubuh seksi itu tanpa letih, memuja bahkan menyiapkan butiran kecil menerpa syarafnya. Apa ini? Cinta? Atau sebatas kebutuhan semata? Bullshit, pemilik blue eyes itu t***l dalam hal perasaan. Gerald hanya mengarahkan tubuh yang saling berhubungan tepat di depan lensa kamera. Sensasi yang menaklukkan Gerald membuahkan nada melengking pada jeritan Nessa, Gerald terkagum dengan ketetapan rasa yang membelit tubuhnya. Meski tubuh itu tak terasa berat dalam genggaman, sungguh sensasi ini mencapai seluruh otot Gerald menegang. Keringat dingin yang saling bertemu dan membunyikan desah nikmat untuk menyatukan keinginan.      Hawa dingin musim gugur di tengah-tengah batas kuasa langit akan keberadaan di gedung apartemen miliknya, Gerald menopang tubuh kecil Nessa dan mencapai tujuan hasrat yang memuaskan. Ia menyentak kuat ketika benih percintaan terlepas tanpa basa-basi,      "Uuggghhh... Aku sangat menantikan buah hati kita sayang." Tubuh tegapnya membungkuk untuk merenggut kelemahan Nessa, ia mematikan camcorder nya.      Gerald mendaratkan kedua tangan pada d**a yang masih bergerak, ia meremas gemas ketika miliknya setia tertanam, "semakin montok dan besar hm? Aku tidak pernah segila ini dengan tubuh seorang wanita." Pelan, Gerald masih menginginkan betinanya terus memanjakan miliknya pada waktu berkepanjangan.      "Sekali saja aku melihat kau dekat dengan laki-laki, maka hari itu juga nyawanya akan melayang." Nessa menengadah untuk memperjelas kecupan Gerald di lehernya.      Masih mengenai keinginan, Gerald menelungkup kan tubuh Nessa pada sudut ruangan. Menekan kuat miliknya dan ia membujuk hasrat lawannya dan menghendaki lumatan basah pada punggung Nessa.      Tak dapat dipisahkan dengan ketakutan, Nessa menahan diri agar tak terjatuh ketika Gerald menjamahnya. Meraih tingginya tingkat kenikmatan di luar nalar, Gerald tak henti menerapkan gaya bercintanya. Mengganti adegannya dengan spooning, membuka lebar satu paha Nessa untuk meluangkan sedikit tenaga agar istri kecilnya bersantai dengan gairah seksualnya yang selalu meningkat,      "Cukup! Aaahhhh... Perih... Aaawwhh..." Gerald meraih d**a yang terlihat seluruhnya, ia menggerakkan pinggulnya cepat.      "Jangan memintaku untuk berhenti, Honey. Karena aku tidak tahu bagaimana caranya." Kulit yang saling melekat, hasrat yang telah bersatu, serta dalam posisi berbaring dengan tubuh miring itu begitu indah.      Pengaruh alkohol yang masih membuat Nessa melambung tak terarah, hanya memasrahkan segala bentuk tubuh indahnya. Nessa menahan rasa sakit berkelanjutan dengan nyeri pada dinding rahim, ia terus menjerit ketika Gerald menyesap dengan giat payudaranya.      Saat lirih telah berubah meninggi pada desah panjang istrinya semakin sering, Gerald memainkan bentuk mungil puncak d**a Nessa dengan ujung lidah. Sengaja menatap tajam wajah yang terpejam, "a...aaa....hhhh..." Mata sayu menawarkan pemicu itu semakin cepat dalam bentuk keras yang tak tertampung di celah nikmat Nessa.      Gerald mengecup mesra pundak Nessa dan ia meraih puncaknya ketika celah nikmat wanita miliknya telah menerjang dengan cara o*****e mematikan.      Tubuh yang tak berdaya ia tempatkan duduk di atas sofa, memeluk tanpa memerlukan jarak pikiran. Gerald meneliti pejaman yang tak mengeluarkan air mata,      "Sebenarnya kau pantas untuk aku hina seperti ini, aku nikmati sepuasnya tanpa henti. Walau demikian hutang keluarga mu tidak akan terlunasi, karena semua yang aku miliki telah terenggut." Gerald memainkan bibir Nessa dengan ibu jari.      "Sekarang aku berhasil membuat kedua orang tuamu menangis di alam sana, gadis kecil mereka berada di tanganku." Gerald berkedip pelan, menyamarkan kemenangan pada mata yang tertidur.      "Tapi kenapa kau membuat semuanya berantakan, Honey? Kau...," Gerald menyentuh pipi istrinya, mengulum senyum menawan, "kau telah memberi degup keras di jantungku." Gerald merebahkan tubuh Nessa di dasar sofa tidur.      "Kau gadis kecil yang membuatku gila, kau harus bertanggung jawab terhadap rasaku ini Nessa." Gerald menutup katupan kelopak matanya, mencium bibir Nessa dengan lembut. Sangat pelan tanpa menggigit untuk membuat kepuasan. Memeluk pinggang yang lembab beserta usapan beruntun di puncak kepala gadis kecil miliknya. [...]      Jemari itu merayap untuk meratakan penderitaan, biru gelap pada iris yang berkilau. Seseorang dengan kuasa diatas rata-rata tak membuat kagum. Kekayaan melimpah hingga mampu membeli seluruh real estate kota London, nominal berbagai mata uang dunia tak dapat terhitung oleh alat apapun dari pria hampir setara trillionaire terkemuka. Bukan tak mengenal melainkan ia takkan mampu mengenang didalam rongga menyimpan jantung serta hati. Nessa membenam kan wajah pada tumpuan tangan di lekukan lututnya, melindungi tatapan serta pendengaran sejenak bahaya kemewahan diatas ranjang,      "Apa setelah ini kau akan menjualnya? Sebagai promosi jika aku adalah p*****r? La...kukan apa yang menjadi hak mu tuan Gerald yang terhormat." Gerald menarik tubuh Nessa mendekatinya, menyibak surai menghalangi punggung yang sangat halus.      Suara kotor itu terus berulang pada layar televisi di depan Nessa. Hasil rekaman video beberapa jam lalu membuat telinga dan batinnya frustasi,      "Jika aku berhasil mendapatkan uang seratus milyar rupiah, tolong bebaskan aku!" Gerald mengubah wajah cantik Nessa mendongak untuk mengeratkan pelukan, menilik bagian d**a yang terhalang oleh selimut.      Seperti berjalan di atas lapisan es yang tipis, pelan untuk berusaha mencari pegangan. Namun retakan dasarnya telah terbuka. Membuat Nessa terperosok ke dalam lautan, dingin. Warna biru pucat yang membuatnya beku,      "Tapi sayangnya aku tidak butuh uang itu lagi. Kau akan tetap menjadi milikku, karena aku masih menginginkan mu , Honey!" Gerald memainkan ujung mungil terasa menggemaskan di d**a Nessa.'Dan segala cara akan aku tempuh untuk membuatmu tetap terjerat dan menjadi milikku'  untuk apa berbelas kasih? Yang Gerald tahu, ialah memperlakukan orang dibawah kuasanya dengan keniatan adalah hak. Benar atau salah, ia tak ingin mengetahuinya.      Nessa gagal dalam membangkitkan tubuh, menghempaskan tangan yang merajai miliknya. Menusuk pelan dengan rasa gemas menjijikkan, "lepaskan aku!" Ragu untuk melihat layar atau di bawah yang tengah tertanam cakar kekejaman. Nessa menangis dalam kebisuan.      "Apa yang sedang kau sesali hm? Anggap saja aku telah membeli mu sayang." Nessa tergesa dalam menghirup udara. Ia menahan desahannya.      "Jadilah gadis kecil yang manis, jangan mengikuti pikiran munafik!" Gerald menjilat dagu Nessa.      "Le...passhh..." Nessa berontak namun membuat kain tebal itu memperlihatkan dadanya.      "Yakin tidak terasa nikmat hm?" Gerald memasukkan dua jarinya pada tubuh yang selalu tersimpan rapat dalam lindungan celana dalam.      "Aaaammhhh..." Haruskah Nessa menjahit mulutnya sendiri? Sungguh waktu yang merenggut sikap polosnya.      "A...pa k.. kau sering me...lakukan hal ini dengan semu...a wanita, meng...hinanya? Sekarang... Aahh... aku mengerti kenapa dosen itu berlalu begitu saja." Ya, usaha pertama yang membuat pria monster berhenti menjamah klitorisnya.      Nessa menjerit keras ketika Gerald membantingnya di dasar tempat tidur dan menindihnya, mencengkeram kuat kedua tangan beserta menetapkan tatapan tajam,      "Biasa atau tidak itu bukan urusanmu," Gerald menempatkan pelipisnya di sisi wajah Nessa, menyentuh bagian bibir merah menyerupai delima, "tugasmu hanya melayani semua kebutuhan ranjang ku, mengerti!"      "Kenapa kau sangat membenciku?" Masa seakan telah merenggut pita suaranya, Nessa tak berani menentang tatapan Gerald. Terlalu curam dan kejam.      "Karena kau pantas mendapatkannya, Vanessa." Gerald meraih remote control, membuka gorden kamar dan menerangkan wajah jelita yang tengah menatapnya dengan tangisan tersiram sinar matahari.      Gerald memukul ujung ranjang dengan kepalan tangan, meninggalkan jejak nyaring yang menggema dan ia tak perduli akan ketakutan Nessa,      "Jangan terlambat di meja makan!" Gerald beranjak dari tempat yang hampir menjerumuskan miliknya atau bahkan amukan yang tertantang.      Secepat ketika pernikahan itu terjadi, Nessa melihat arah tubuh yang sangat besar baginya melangkah angkuh untuk meraih piyama. Berlalu meninggalkan tempat menampung sampah sepertinya. Tak ada yang mampu melihat untuk sekedar mengerti perasaan, mungkin hidupnya takkan pernah terbebas dari sangkar mewah milik konglomerat muda kejam itu, tak ada manusia yang memiliki kekuatan untuk membebaskannya. Kemudian Nessa meraih gagang laci nakas, menarik agar dapat mengambil kertas tipis yang dapat melepaskan semua beban dalam benak yang telah remuk oleh pria monster mengerikan.      Where I can find the beautiful meaning as a perfect being? I have received pouring water in my glass, trying to hard feel the liquid absorbed by the body. Why does the word ' Honey' sounds soft and sweet? The glint beautiful eyes feel luxurious? I know, because he wants to tear my life away with a hateful      Nessa menatap sinar genit melewati celah jendela, ia memeluk tubuhnya dengan kedua tangan. Membenamkan wajah yang telah hina diatas tumpukan kertas berjilid.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN