MLA 3 - Tidur Bersama

1128 Kata
            Rangga menggeram panjang menikmati pelepasannya. Hari pertama di rumah dan ia sudah dibuat klimaks sebanyak tiga kali hanya karena melihat perubahan bentuk tubuh keponakannya. Sejak kedatangan Amira, Rangga sudah menahan gairahnya agar tidak meledak. Ia tak menyangka perubahan fisik keponakannya itu bisa membuatnya meledak-ledak seperti ini.             Saat tengah mengobrol di ruang keluarga, Rangga merasa sudah tak tahan lagi. Untuk itulah ia memilih pergi ke kamar dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Rangga menatap cairan putih kental yang keluar dari lubang kencingnya, tersapu oleh shower terbuang percuma ke dalam saluran air.             Harusnya cairan putih itu bersarang di rahim Amira dan berkembang menjadi sebuah  embrio yang akan membentuk sosok mungil perpaduan antara dirinya dan Amira. Proses perpaduan sosok mungil itu akan segera terjadi setelah ia berhasil memiliki Amira seutuhnya. Untuk saat ini ia harus masih bersabar dengan gadis kecilnya itu.             Setelah puas pria itu segera membersihkan tubuhnya lalu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya. Tubuhnya terlihat jauh lebih fresh apalagi setelah tiga kali klimaks. Ia berjalan menuju wardrobe dan segera mengenakan pakaiannya.             Pria itu membaringkan tubuhnya yang lelah di atas ranjang. Hanya dengan melihat saja, gadis itu sudah berhasil membuat tubuhnya selelah ini. Apalagi jika mereka benar-benar bercinta akan selelah apa nantinya. Perlahan matanya terpejam membawanya menuju mimpi yang indah.             ***             Amira baru selesai mandi. Ia segera turun membantu mamanya memasak menu makan malam. "Mom, Daddy kapan pulang?" tanya Amira sambil mengiris bawang bombay.             "Kayaknya akhir bulan ini deh. Kenapa?"             "Ya kangenlah. Masih tanya kenapa." ucap Amira sebal. Syena tertawa. "Dasar anak Daddy. Kamu telpon gih minta Daddy mu cepetan pulang. Mommy juga kangen berat."             "Kenapa Mommy ngga minta sendiri sih. Aneh."             "Mommy udah minta tapi Daddy kamu cuek banget. Iya iya doank. Kamu gih yang minta Daddy mu pulang. Kalo soal kamu mah si Daddy pasti gercep dek."             "Iya deh nanti Mira telpon Daddy biar cepet pulang." Ibu dan anak itu mempercepat memasaknya. Syena memanggil sang Mama untuk bergabung makan malam. Ketiganya makan malam bersama dan melupakan satu orang lagi yang sedang tertidur pulas di kamarnya.             "Loh Rangga mana Syen?" tanya Oma Ratna mencari si bungsu. Syena menepuk jidatnya. Ia hampir melupakan si bungsu karena kebisaan makan malam bertiga.             "Ya ampun sampe lupa sama itu bocah. Dek tolong bangunin Om kamu gih. Dia masih tidur kayaknya." Amira tersedak mendengar ibunya menyuruh membangunkan Rangga.             "Pelan-pelan dong dek makannya. Ngga usah buru-buru makannya jadi keselek kan." Oma Ratna menepuk punggung Amira lalu memberinya segelas air putih.             "Dek tolong bangunin Uncle Rangga gih. Kasihan dia pasti kelaperan." ucap Syena meminta putrinya untuk membangunkan Rangga.             "Sama Mommy aja. Aku lagi makan. Mommy kan belum mulai makan." tolak Amira menutupi kegugupannya.             "Eh ini anak ya kalo di suruh orang tua. Udah buruan panggilin Om kamu." ucap Syena tak mau di bantah. Dengan kesal Amira pun naik ke lantai dua sambil menggerutu ke kamar Rangga yang bersebelahan dengan kamarnya.             ***             Sesampainya di depan pintu kamar Rangga, Amira terlihat menelan ludahnya sendiri saking groginya. Entah mengapa ia sangat takut bertemu dengan Rangga. Ia merasa sesuatu yang jelek akan terjadi kepadanya jika berdekatan dengan Rangga.             Belum lagi postur tubuh sang Paman sangat berubah drastis membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengetuk pintu kamar tersebut tapi tak ada suara apapun dari dalam.             Tok... Tok... Tok...             "Uncle Rangga... Bangun. Ayo makan malam bareng." ucap Amira memanggil. Tapi tak ada sahutan juga. Dengan penasaran ia membuka pintu kamar yang tampak remang-remang.             Karena tak begitu kelihatan, Amira pun melangkah masuk. Ia berjalan mendekati ranjang dimana seorang pria yang bertelanjang d**a tengah tidur tengkurap. Amira menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tubuh Pamannya terlalu seksi untuk di lihat. Baru punggungnya yang terekspos membuat jantunganya berjulimpatan, apalagi bagian tubuhnya yang lain.             Amira memberanikan diri mengguncang tubuh Rangga tapi tak juga bergerak. "Uncle ayo bangun. Udah ditunggu untuk makan malam. Uncle bangun donk."             Karena tak berhasil membangunkan Pamannya, ia memilih keluar dari sana. Baru saja membalikkan tubuhnya, sebuah tarikan kuat membuat tubuhnya oleng dan terjatuh menabrak d**a bidang Rangga.             Amira saling bertatapan dengan Rangga. Senyum menyeringai terlihat di wajah Rangga. Amira mencoba untuk bangun tapi kedua lengan kekar itu sudah memeluk pinggang rampingnya dengan erat.             "Uncle lepas..." Amira mendorong tubuh Rangga agar tidak terlalu dekat dengannya. "Mau kemana sayang." bisik Rangga kini sudah menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Amira.             Gadis itu menahan nafasnya. Tubuhnya merinding merasakan hembusan nafas Rangga di lehernya. "Uncle... lepas." Amira mendorong tubuh Rangga tapi malah kini Rangga berada tepat diatas tubuhnya.             Amira terlihat ketakutan dan hampir menangis di buatnya. Rangga tertawa. Ia merebahkan tubuhnya di samping Amira setelah mendaratkan ciuman di dahi Amira untuk menenangkan gadis itu. "Maaf. Maaf bikin kamu ketakutan, Clara." ucap Rangga.             Gadis itu langsung berlari keluar dari kamarnya. Rangga pun segera bangkit untuk mencuci muka lalu turun ke ruang makan bergabung dengan keluarganya.             ***             Kejadian di kamar Rangga membuat Amira semakin waspada. Feelingnya benar, Rangga berniat jahat kepadanya. Ia harus sangat berhati-hati terhadap Rangga. Amira tak konsen dengan tugas kampusnya. Otaknya mendadak beku mengingat kejadian tadi. Ia menutup leptopnya dan memilih membaringkan tubuhnya di ranjang. Sepertinya malam ini ia tak bisa begadang. Tidur lebih awal tampaknya lebih baik.             Mata indah itu perlahan terpejam. Amira mulai berjelajah ke alam mimpi. Sementara itu Rangga tengah berkutat di depan leptop. Ia tetap memantau kondisi perusahaannya di London melalui laptopnya.             Tak terasa sudah tengah malam. Ia baru menyadarinya saat keluar kamar untuk mengambil minum di dapur, semua lampu di matikan. Hanya lampu dapur yang di biarkan menyala. Setelah mengisi botol air minum sampai penuh Rangga pun kembali ke kamarnya.             Langkahnya terhenti di depan kamar gadis yang sejak tadi mencuri perhatiannya. Ia membuka pintu kamar dan beruntungnya tidak di kunci. Rangga pun masuk ke dalam kamar yang di design minimalis.             Ia melihat wanitanya meringkuk di atas ranjang seperti kedinginan. Selimutnya tercecer di lantai. Rangga tersenyum melihatnya. Ia meraih selimut itu lalu membaringkan tubuhnya di samping Amira. Ia membawa Amira masuk ke dalam pelukannya. Tanpa sadar gadis itu memeluk tubuhnya dan menyamankan diri membuat tidurnya semakin lelap. Rangga membalas pelukan tak kalah erat. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka. Rangga tersenyum. Ia mengecupi puncak kepala Amira saking senangnya.             "I love you, Clara. I love you." bisik Rangga. Amira yang sudah lelap sangat dalam tak sadar kalau Rangga mencuri ciuman pertamanya. Bahkan Rangga membuat mulut Amira terbuka. Ia menggeram menikmati ciumannya dengan Amira.             Gairahnya mulai bangkit. Ia hampir saja meniduri keponakannya itu. Rangga memilih tidur sambil memeluk Amira meski ia harus mati2an menahan gairahnya. Tak lama ia pun terlelap.             Keesokan paginya, Rangga di kagetkan dengan suara teriakan Amira. Amira menjerit kaget melihat sang paman berada di atas tempat tidurnya. Posisi mereka sangat intim. Bahkan Amira tak sadar kalau dirinya semalaman tidur memeluk tubuh kelar Rangga. "Duh apaan sih berisik banget pagi-pagi." ucap Rangga dengan suara seraknya.             "NGAPAIN UNCLE TIDUR DI KAMAR KU!!" teriak Amira sambil memukulnya dengan bantal. *** TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN