Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Vania saat dia berniat menyongsong kedatangan Mirna. Berbeda dengan biasanya, tatapan wanita itu tajam dan penuh kebencian. Rasa sayang Mirna pada Vania seakan hilang seluruhnya seperti debu yang tertiup angin kencang. Setitikpun tak ada sisa. "Ma-mami, kenapa Mami menamparku?" tanya Vania terbata, air mata yang baru saja kering kini kembali menitik. Dia tahu kalau dirinya memang salah, tetapi dia tidak menyangka kalau sisi lembut dalam diri Mirna akan hilang seluruhnya dan berubah menjadi benci. Semuanya terlihat jelas dari bagaimana cara wanita itu menatap ke arah dia sekarang. "Kamu masih berani tanya kenapa aku menamparmu? Apa kamu pikir ini setimpal dengan apa yang dialami oleh Aby? Dimana kamu saat hujan terjadi? Dimana! Kalau bukan