Cinta pertama bagi seorang perempuan adalah keindahan berbunga- bunga, rasa beterbangan bagai kupu- kupu, mentari yang indah, sepasang kekasih berpegangan tangan, serta ciuman semanis gula. Tema itulah yang diusung Cassandra dalam lukisan yang dipajang di Pameran Primo Amore. Total ada 11 lukisan yang siap dilelang, 2 di antaranya sudah terjual seharga 10 juta rupiah dan 12 juta rupiah. Harga yang cukup fantastis untuk pelukis muda.
Sold out untuk pameran lukisan tidaklah seramai atau sesak seperti konser artis Kpop. Ruangan atrium Ventura lengang, musik akustik nuansa kafe Italia mengalun merdu. Pengunjung berjalan melihat-lihat lukisan sambil mengangkat gelas sampanye mereka, sementara untuk anak- anak atau di bawah umur disajikan jus jeruk. Anak- anak bermain di wahana permainan yang memang disediakan mengingat acara tersebut penggalangan dana untuk anak- anak berkebutuhan khusus. Mereka didampingi pengasuh dan tim pengawas berkostum boneka lucu agar anak- anak tidak mengacau pameran.
Cassandra menyapa pengunjung dan berbincang mengenai karyanya serta beramah tamah. Ia tampak kalem dan selalu tersenyum. Akan tetapi raut mukanya berubah dingin ketika mendengar suara- suara keramaian orang dewasa tertawa- tawa. Ia melihat seorang pria tampan dikelilingi wanita- wanita cantik. Pria yang pernah memperkenalkan dirinya sebagai Aaron Sebastian.
Ada dua hal yang harus dijauhi wanita, yaitu gula dan pria bernama Sebastian. Sebatas teman tidur tanpa kepastian. Mungkin karena nama itu penyebab Cassandra tidak menyukai Aaron. Sudah jelas menggambarkan sifatnya. Tanpa segan menggandeng perempuan, merayu mereka di tengah publik dan bersenda gurau tidak tahu tempat. Suara candaan mereka seperti suara meongan sekelompok kucing di musim kawin. Tidak lama lagi akan muncul pejantan lain yang membuat keributan dengan Aaron.
Mata tajam Cassandra mendelik pada panitia acaranya. Benar saja dugaan Cassandra. Seorang pria bergegas berjalan ke arah Aaron. Tangan terkepal dan muka merah padam. Seorang perempuan panitia event segera menghalau pria itu. "Tuan, silakan nikmati jamuan spesial kami di ruangan VIP. Kami akan menghubungi partner Anda secepatnya setelah Anda duduk di sana," ucap wanita berseragam setelan kerja serba hitam itu.
Pria itu menelan ludah, tanpa berkata apa- apa mematuhi arahan wanita itu. Ia dituntun ke ruangan bersantai di bagian lain Atrium Ventura. Perempuan yang dimaksud pria itu tidak lama kemudian menyusul. Cassandra lega satu masalah teratasi. Sekarang adalah mengenyahkan si pembawa masalah sebenarnya.
Aaron merasa salah satu perempuan yang menemaninya tadi menjauh karena arahan seseorang yang pasti adalah tuan rumah acara yang dihadirinya. Aaron tersenyum tipis. Senang ada kemungkinan besar Cassandra menaruh perhatian atas kehadirannya. Aaron pamit pada pengagum roti sobek di sekelilingnya. "Permisi, aku harus menyapa bintang acara ini. Aku ingin menyampaikan langsung pendapatku mengenai karyanya."
"Ouuh ...." Para wanita itu berseru kecewa. "Aku akan menghubungi kalian lagi nanti," hibur Aaron. Meski hanya bualan kosong, mereka dibuat berbunga- bunga.
Aaron meninggalkan mereka untuk mendekati Cassandra yang berdiri di sisi sebuah lukisan taburan bunga- bunga buttercup (ranunculus) aneka warna. Cassandra tengah berbincang dengan seorang perempuan pengunjung pameran. Aaron berdiri tegap di dekat perempuan itu, menatap lukisan bunga yang bermakna pesona tersebut. Sekilas ia memperhatikan lekuk tubuh Cassandra menegang walaupun pembicaraannya dengan pengunjung tetap tertata.
Aaron bergumam sendiri. "Menurut legenda Persia, ada seorang pangeran jatuh cinta pada seorang nimfa yang jelita sehingga bernyanyi untuknya siang dan malam, hingga nimfa itu bosan dan menolak cinta sang pangeran. Pangeran itu meninggal karena patah hati dan muncul bunga ranunculus raksasa dari jasadnya." Ucapan Aaron membuat perempuan di sebelahnya terpesona. Mereka bertatapan. "Sungguh sebuah kisah yang tragis dari sebuah keindahan," lanjut Aaron.
"Waah, Anda tahu sampai sejarah asal usul bunga. Luar biasa," puji wanita itu.
Aaron tersenyum tipis. "Saya pemuja keindahan. Segala yang indah akan selalu menarik minat saya karena itu saya datang kemari, walaupun keindahan yang saya lihat tidak sesuai ekspektasi saya."
Cassandra tidak suka ada orang bicara omong kosong di hadapannya. "Di mana yang tidak sesuai ekspektasi Anda, Tuan?" sahut Cassandra.
"Banyak, terutama sikap tuan rumah yang pilih kasih pada penggemarnya. Anda bukan dewi di sini, Nona Cassandra. Anda adalah seorang sales dan tentu Anda harus menyanjung pelang.gan Anda meskipun nilai pembeliannya tidak sebesar penggemar fanatik Anda. Bisa jadi pembeli tersebut adalah penggemar yang sejati."
Pengunjung pameran di dekat Aaron merasa pembicaraan itu menjurus ke arah pribadi. Ia pun menjauh tanpa basa- basi. Aaron dan Cassandra saling tatap menyelidik dan mengintimidasi.
Cassandra balas menudingnya. "Apa maksud Anda, Tuan Aaron? Ini adalah pameran seni, bukan jualan obat. Jangan samakan penjualan karya seni yang terbatas dengan obat yang seperti kacang goreng."
"Aah, Anda tahu nama saya dan bidang pekerjaan saya rupanya," tukas Aaron.
Cassandra berkacak pinggang dan mencemoohnya. "Tentu saja. Anda yang hobi sekali mengirimi saya pesan dan tidak tahu waktu. Tingkah Anda sangat memuakkan ditambah foto- foto narsis Anda. Saya tahu jurus- jurus gladiator cinta seperti Anda, Tuan Aaron. Jangan dikira saya tidak tahu modus Anda datang kemari."
"Eh, jika tahu, kenapa tidak blok saya agar Anda tidak terganggu lagi? Hayoo .... Bilang saja, di-DM pria tampan pasti membuatmu besar kepala."
Lidah Cassandra kelu dan mendengkus beberapa kali memikirkan cara membalas Aaron. Cassandra menghela napas lalu menjawabnya dengan rahang terkatup. "Saya tidak punya kebiasaan memblokir orang, itu saja sebenarnya. Sekarang karena Anda menyebutkannya di hadapan saya langsung, baiklah ...." Cassandra mengeluarkan ponselnya, membuka instagramnya dan mengeklik blokir pada akun Aaron, lalu memperlihatkannya ke depan wajah pria itu. "Ini. Anda sudah saya blokir. Selamat tidak menikmati feed saya lagi, Tuan!"
Cassandra lalu berseloroh sendiri. Memandangi jempol di layar ponselnya dengan rasa bangga. "Oh, akhirnya aku memblokirnya juga. Oh, rasanya sangat melegakan. Seharusnya ini kulakukan sejak dulu." Cassandra mengecup jempolnya.
Aaron kesal sekali menyaksikan perayaan gadis itu. Bibirnya mencibir merasa terhina. Ia menunjuk- nunjuk kening Cassandra sambil menggerutu. "Kau, Nona Cassandra, telah mengecewakan penyumbang terbesar acara lelang hari ini."
Cassandra terbelalak. Aaron menudingnya lagi, kali ini dengan seringai angkuh. "Jangan khawatir, aku tidak akan menarik dana itu mengingat anak- anak yang membutuhkannya, tetapi kita lihat saja apa yang akan dilakukan pihak sponsor padamu."
Tubuh Cassandra mematung. Aaron merapikan untaian rambut ikal di pipinya. Cassandra tidak bisa mengelak. Pria itu mencondongkan wajah untuk mendesis padanya. "Kau berurusan dengan pria yang salah, Cassandra. Lihat saja, jika aku tidak bisa menyeretmu ke ranjangku, maka namaku bukan Aaron Sebastian sang Cassanova."
"Kau seorang bang.sat, Tuan Aaron, aku tidak akan tinggal diam jika kau melecehkanku!" geram Cassandra.
Aaron menarik diri seraya tertawa pendek. "Bukannya aku yang akan merayumu, Nona, tetapi kau sendiri yang akan memohon padaku agar membawamu."
Cassandra bersedekap dan membuang muka. "Itu tidak akan pernah terjadi."
Aaron berujar jenuh, menggosok permukaan kukunya ke jas lalu mengamati kilaunya. "Ooya, percayalah, kau akan melakukannya. Cepat atau lambat, tetapi lebih cepat lebih baik supaya kita bisa langsung ke adegan inti. Aku penasaran. Kadang kala keindahan di luar tidak sesuai dengan keindahan di dalam. Aku tidak tahu apakah kita kan cocok ...."
Cassandra mengambil segelas jus jeruk dari baki pelayan yang lewat di dekatnya lalu menyiramkan dengan keras ke wajah Aaron.
Byurr!
Orang- orang terpana kejut menyaksikan adegan klise biasanya pada pasangan kencan yang sedang berantem.
Aaron mematung terperangah dengan wajah basah kuyup kekuningan dan bertaburan pulpy jeruk. Jasnya turut basah dan kemejanya bernoda. Ia mengusap wajah lalu menyentak tangannya sehingga air jeruk terpercik ke wajah Cassandra. "Kurang ajar!” gerundel Aaron.
Puluhan pasang mata tertuju padanya. Aaron tidak suka terlihat je.lek di hadapan orang- orang. Ia mendelik pelaku penyiraman jus ke wajahnya. "Kau akan menerima balasannya, Nona. Ingat itu!”
Cassandra mengangkat dagu dengan angkuhnya. Ia tidak suka ancaman dan nasi sudah menjadi bubur, sekalian saja ia melampiaskannya pada pria itu.
Para panitia menenangkan para pengunjung dan mengarahkan mereka untuk menikmati kudapan serta lanjut memandangi lukisan. Mereka sibuk memberitahu orang- orang bahwa itu tadi reka adegan putus cinta dari cinta pertama. Jadi, jangan terlalu dipikirkan.
Aaron beranjak dari atrium itu dengan langkah melibas penuh amarah. Gabriel yang menonton dari kejauhan mengiringi selangkah di belakangnya. "Aaron, apa- apaan itu tadi?" cecarnya. "Kenapa kau lepas kendali dan mengancam-ancam segala?"
Aaron masuk ke dalam mobilnya dan Gabriel segera mengemudi meninggalkan halaman atrium. Di kursi penumpang, Aaron mencak- mencak sambil melonggarkan setelannya. "Perempuan sialan! Berani-beraninya dia mempermalukan aku. Awas saja, jika sudah jatuh cinta padaku akan kucampakkan dikala hamil. Aku akan bilang aku akan menikahi tunanganku dan dia tidak level bersanding denganku."
"Aaron, kau tidak punya tunangan," sela Gabriel.
"Aku tahu. Aku cuma mengarang, seperti sinetron," kelit Aaron.
"Ah iya. Aku lupa kau penggemar sinetron Simpul Tali Cancut."
Aaron mengempas bersandar sambil lanjut mengomel. "Pokoknya catat nama Cassandra Elliana sebagai Nenek Tapasha dalam daftar kencanku. Perempuan itu ... benar-benar menguji nyaliku. Jika pernah ada perempuan bernama Cassandra Elliana lagi dalam hidupku, maka aku akan menghancurkannya!"
Gabriel menyahut dengan dehaman ragu. "Hmmm ...." Ia menatap Aaron melalui cermin pantul.
"Apa? Apa? Ada yang mau kau sampaikan lagi, pembawa wahyu?" rutuk Aaron.
"Sebenarnya, ada satu lagi Cassandra Elliana yang aku ketahui," ujarnya membuat Aaron maju hendak melongoknya.
"Ah, masa? Yang benar? Serius?"
Gabriel mengangguk. "Iya, benar, seribu kali rius. Dia salah satu staff di bagian marketing perusahaanmu."
Aaron terbelalak. "Aappaaa?" Lalu ia senyum-senyum bersemangat. "Apa dia secantik Cassandra Elliana Nenek Tapasha?"
"Eh? Hmm, aku tidak bisa mengatakan .... Besok kau lihat saja sendiri. Dia akan hadir di rapat bulanan. Kau bisa melihatnya dan silakan nilai sendiri."
"Aasssaaaahhh ...." Aaron meresah kesal tidak sabaran menunggu hari esok. Bagaimana penampilan Cassandra Elliana pegawainya itu? Astaga ... sungguhan ada Cassandra yang lain. Bah, ini bisa jadi pemanasan balas dendamnya pada Cassandra Elliana Nenek Tapasha.
***
Bersambung ....