"Cassandra Eliana," gumam pria berwajah tampan dan tubuh semampai berbalut jubah mandi handuk putih pada ponselnya dan benda interaktif itu segera membuka akun selebgram seorang gadis cantik bernama Cassandra Eliana, pelukis beraliran naturalis yang setiap keping karyanya mampu terjual hingga jutaan rupiah.
Aaron meletakkan ponselnya di slot alat treadmill dan menjalankan mesin lari itu pada mode jogging 30 menit. Aaron membuka jubah mandi dan melemparnya ke sudut ruangan. Pria itu bertelanjang da.da dan berlari di atas jalur treadmill.
"Hai, guys, selamat pagi!" Suara wanita menyapa para penonton dari siaran ceritanya. sekitar 200.000 - an orang menonton siarannya.
"Pagi juga!" sahut Aaron seolah bercakap dengan gadis jelita di dalam ponselnya. Aaron rutin memantau aktivitas Cassandra karena pelukis itu adalah target kencan yang berikutnya. Ia tidak mengenalnya secara pribadi, tetapi dengan menjadi follower setia artis itu ia bisa mengenal personal traits - nya sedikit demi sedikit.
Cassandra Eliana, dalam balutan dress hijau tua bermotif shabby chic duduk di pantri sebuah dapur bernuansa vintage dengan perabotan didominasi warna krem, alur kayu serta tanaman hias dalam pot-pot kecil. Di depannya tersaji secangkir cappuccino ala kafe dengan art berbentuk hati, masih mengepul panas. Wanita cantik berusia 24 tahun itu tersenyum manis sambil mengibaskan rambut panjang bergelombangnya.
"Mau mengingatkan kalian lagi hari ini jangan lupa hadir di pameran lukisan aku yang kedua, yaa...," kata Cassandra. "Ajak juga anggota keluarga kalian ...." Seekor kucing ras Persia berbulu tebal warna abu-abu melompat ke pangkuannya dan berdiri mencium bibir Cassandra. "Um ... uh, Momo, hentikan ...," rengek Cassandra sambil berusaha menjauhkan kucing jantan berusia 3 tahun itu. Kucing yang gemuk, berat, agak susah diturunkan.
Kucing itu tetap berdiri dengan 2 kaki depan bertumpu ke selangka Cassandra dan berusaha menyapukan wajahnya ke bibir Mommy-nya. "Moses, hentikan!" Cassandra setengah membentak piaraannya. Suara lembut Cassandra membuat bentakan itu terdengar seperti rengekan manja.
Aaron tertawa kecil menyaksikan hal itu. Tingkah si jelita yang kerepotan dengan ulah kucing manjanya membuat para penonton merasa ter-uwu-kan. Banyak yang memberi respon suka dan cinta. Setelah beberapa saat jadi cameo, kucing bernama lengkap Moses itu melompat turun, menyingkir dari sorot kamera.
Cassandra tampak membenahi gaunnya lalu duduk manis menatap kamera. "Duh, maaf gangguannya, ya .... Moses lagi iseng ...." Terdengar suara teriakan kucing dan Cassandra langsung melongok dengan mata melotot. Mata dengan netra cokelat di bawah naungan bulu mata panjang dan tebal terlihat berbinar indah. Bibir merah ranum sedikit terbuka seakan mendesah sen.sual. Ekspresi marahnya bahkan terlihat sangat anggun.
"Moses, jangan ganggu Anais!" tegur Cassandra. "Moses!!"
Terdengar meongan nyaring kucing marah, disusul bunyi kaca pecah, dan meongan nyaring lagi. Cassandra menoleh ke sampingnya lalu menjauh dari kamera. Terdengar suaranya berteriak, "Moses! Anais!"
Di layar ponsel yang menampilkan salah satu sudut dapur sekaligus ruang makan sebuah apartemen yang tertata apik, tampak seekor kucing berbulu kekuningan melintas cepat, disusul si Moses yang tambun. Moses kucing obesitas, tetapi mampu berlari gesit mengejar kucing betina bernama Anais tadi.
Di belakang Moses, menyusul Mommy para kucing itu. Cassandra tampak memikat dalam dress motif bunga-bunga, berlari kecil mengejar kucing- kucingnya sambil memanggil mereka. "Moses! Anais!" Lalu gambar stagnan karena mereka berada di ruangan lain. Hanya suara-suara gaduh terdengar, yang tidak lama menjadi hening.
Cassandra muncul lagi di kamera ponselnya, duduk di kursi pantri sambil membenahi rambut panjangnya yang sedikit berantakan. Sedikit terengah dan wajahnya bersemu rona segar, sedikit berkeringat sehabis menangkap kedua kucingnya dan memasukkan mereka ke kandang. "Aduh, maaf yah... Momo lagi ingin kawin, tapi Anais- nya lagi tidak ingin, makanya... jadi repot deh!" ujarnya dengan kedua tangan mengipasi wajah.
Aaron pun mulai memanas dan berkeringat. Bulir-bulir bening meluncur di lekukan da.da bidang, melintasi petak-petak di perut, dan meresap di pinggang celana spandek yang melekap erat membentuk lekukan anatomi bagian panggulnya. Melihat Cassandra, sama-sama berkeringat, Aaron jadi membayangkan bagaimana jika Cassandra berkeringat dalam dekapannya. Pemikiran demikian sudah membuatnya mengerang.
Cassandra kembali duduk dengan manis, tangan bertangkup di meja pantri, dan bicara dengan ramah, "Ehm, Oh, ya, kembali tadi ke pameran lukisan aku yang berjudul Primo Amore, hari ini jam 10 pagi, tiketnya sudah sold out, ya guys. Pastikan kalian yang sudah beli tiket scan QR code saat memasuki galeri karena kami menyediakan banyak doorprize, suvenir, serta merchandise yang bisa kalian dapatkan dengan harga khusus."
"Tentu, Babe, aku tidak akan lupa. Untukmu, aku tidak akan lupa," sahut Aaron, berbalas senyum manis Cassandra di layar ponsel.
"Seluruh keuntungan pada acara ini akan disumbangkan ke Eveready Foundation, yayasan internasional yang menangani anak berkebutuhan khusus. Saya harap kalian semua hadir dan... sampai jumpa di Primo Amore, bye!" Cassandra melambaikan tangan sebelum mengakhiri siaran.
Aaron pun mengalihkan pandangannya dari ponsel. Menatap lurus ke depan pada dinding kaca membentang luas pemandangan puncak gedung- gedung pencakar langit di Jakarta. Sambil berlari, bibir Aaron mengulas senyum penuh ambisi. Akhirnya tiba kesempatannya bertemu langsung dengan Cassandra Eliana.
Aaron akan memastikan pertemuan mereka kali ini menjadi pertemuan yang meninggalkan kesan mendalam.
***
Setelah sarapan tanpa karbohidrat, Aaron bersiap pergi ke luar. Ia akan ke Pameran Primo Amore. Mengenakkan setelan jas warna biru tua yang terlihat elegan di tubuhnya, Aaron menuju pelataran gedung apartemen. Di sana, Gabriel sudah menanti di balik kemudi sedan mewah berwarna hitam.
Aaron masuk ke kompartemen penumpang dan duduk santai sambil menghela napas lega. Aaron membenahi jam tangannya yang menunjuk jam 9 lewat 15 menit.
"Jadi, serius incaranmu hari ini Cassandra Eliana?" tanya Gabriel, melirik Aaron melalui cermin pantul. Ia ingin memastikan lagi rencana sohib sekaligus bosnya itu sebelum memacu mobil menuju atrium Ventura tempat pameran lukisan.
"Hm," sahut Aaron singkat, Ialu memandang keluar Jendela di sisinya sebagai tanda ia enggan bicara lebih lanjut.
Gabriel pun menjalankan mobil keluar dari kawasan Imaginary Land. Gabriel tidak bertanya lebih lanjut. Ia tahu Aaron sudah jauh-jauh hari mem-booking tiket demi mencari peluang bertemu dengan Cassandra Eliana. Terus terang saja, ia memegang daftar jadwal pertemuan Aaron, ada banyak janji temu dengan pebisnis lain, serta banyak titipan pesan dari wanita berbagai kalangan. Namun Aaron memilih menghadiri pameran seni demi mengincar Cassandra.
Cassandra termasuk publik figur yang menarik karena karyanya. Dia tidak mengumbar kehidupan pribadi di sosial media. Dia hanya mem-posting gambar lukisan karyanya yang bernuansa keindahan alam. Tema utamanya aneka bunga serta gadis cantik berpose bersama bunga, entah menutupi wajah dengan buket atau duduk, rebahan di padang bunga.
Banyak yang kagum dengan karyanya karena detail yang sangat halus menyerupai foto dengan kamera resolusi tinggi dan karya digital. Namun karya Cassandra adalah asli buatan tangan dan goresan kuas di kanvas. Karya itulah yang mengawali Cassandra mengadakan pameran perdana yang bertajuk Il Fiore sekitar setahun yang lalu.
Aaron bukanlah tipe peminat seni. Ia hadir ke sana karena ajakan teman. Ia cukup terpesona dengan lukisan Cassandra dan setelah melihat seniman aslinya, Aaron dibuat terkagum-kagum oleh kecantikan Cassandra. Wajah jelita berbibir tebal dan mata besar yang menyorot tajam bermanik kecoklatan. Rambut tebal megar bergelombang. Tubuh bermanuver drastis dari lekukan da.da dan p****t serupa gitar Spanyol. Cassandra adalah sosok peranakan dewa Yunani dan penari tango. Dia sen.sual bagai model Latin.
Dari pertemuan pertama itu, Cassandra tampaknya tidak terkesan dengan Aaron. Mereka berjabat tangan, menyebut nama, ketika Aaron ingin berbincang lebih lanjut, Cassandra mengucapkan selamat tinggal. Gadis itu satu-satunya yang menanggapi dingin salam perkenalan Aaron. Gadis itu memilih menemani pria tua yang menjadi kliennya, membeli 3 buah lukisan Cassandra dengan harga fantastis. Aaron juga membeli, tetapi tanggapan Cassandra datar saja, membuat Aaron merasa tidak dihargai.
Setelah malam pameran itu, mereka tidak ada kontak lagi, kecuali Aaron yang memantau aktivitas Cassandra melalui sosial media dan parahnya, pesan pribadi dari Aaron tidak pernah dibalas. Gabriel akan mengatakan bahwa sikap Cassandra sangat kurang ajar, tetapi rupanya sikap itu membuat Aaron tertantang.
Tampaknya Aaron adalah tipe pria yang tidak menerima kata tidak sebagai jawaban. Dasar, Aaron Casanova, ia tidak akan berhenti mengejar sampai ia berhasil menaklukkan Cassandra.
***
Bersambung ....