Setelah sedikit 'memaksa' dengan alasan agar efisien dan agar dia tidak terlambat, akhirnya aku berhasil mandi bersama dengan Shania. Ya tentunya aku juga berhasil melakukan 1 ronde di kamar mandi. Hehe.
"Nafsuan banget sih, jadi cowok. Sebel" omel Shania yang sedang kubonceng dalam perjalanan menuju rumah latihan.
Aku tidak ingin berdebat dengannya di jalan raya seperti sekarang. Jadi aku hanya mendiamkannya.
Puas-puasin aja sekarang lo ngomelin gue, Shan. Nanti sepulang lo latihan bakal gue bikin mulut lo gak ngeluarin omelan lagi, tapi desahan, batinku
Hehehe. Mungkin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Alesan apa lagi? Buat Update? Kok gak yang semalem aja yang di tulis? Capek ngetik? Berhenti nulis cerita aja, kok repot"
"Eh, Shan dialog itu harusnya lo ucapin kalo udah tau gue nulis cerita ena2. Di ceritanya lo belum tau. Jangan ubah-ubah alurnya dong, kasian yang baca jadi bingung nanti, lompat-lompat gini"
"BODO. Aku sebel sama kamu"
"Anggep aja percakapan yang barusan gak ada ya, pembaca"
PLAK!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sekitar 1 jam (lebih sedikit lah) kami sampai di rumah latihan. Dan ternyata tidak hanya ada senbatsu UZA saja tapi ada juga para member trainee disana. Tunggu dulu, jika ada para member trainee, berarti ada 'dia' disini.
"Tungguin ya, nanti anterin balik" pinta Shania padaku.
Lah, tadi katanya lagi sebel batinku. "Emang boleh?" tanyaku kemudian.
"Ya, boleh lah. Kenapa gak boleh coba? Sekalian kamu liat aku latian" kata Shania sambil melangkah masuk.
Ya gapapalah, liat mereka latihan. Siapa tau salah satunya bisa jadi oshi ku nantinya. Atau Shania saja yang kujadikan oshi?
Ah, gak deh. Nanti dia kepedean kalau kujadikan oshi lagipula dia kan team J, aku kan ingin cari suasana baru.
Eh, tunggu. Shania sekarang menggunakan 'Aku-Kamu' saat bicara denganku?
Kemarin malam dia menaikkan status kami dari teman jadi sahabat, tadi pagi dia menyiapkan aku sarapan.
Dari teman jadi sahabat, lalu dari 'Lo-Gue' jadi 'Aku-Kamu', menyiapkan sarapan.
Pola ini...
Jangan-jangan...
Ah enggak! Shania kan masih punya Bobby.
Didalam sudah cukup ramai. Shania tidak terlambat, hanya datang paling terakhir saja. (Contoh yang buruk sebagai kapten, siapa sih yang bikin dia seperti itu?).
Beberapa member yang memang mengenaliku menyapaku satu persatu, terutama member dari team J yang ada disana. Mereka tidak merasa heran melihatku datang bersama dengan Shania, hanya para 'anak baru' yang sedikit heran kemudian mulai berbisik dan saling tanya satu sama lain.
Kacau, senior ditubirin.
Bodo amat lah, palingan nanti dijelasin Kinal.
.
.
.
.
.
.
.
Melihat para gadis yang bergoyang-goyang ria, si adik tidak bisa diajak kompromi alias berontak minta pelampiasan. Padahal tadi pagi udah keluar 2 kali. Bodo lah, pokoknya hari ini aku harus menyetubuhi salah satu dari mereka. Beruntung Shania tadi minta diantar pulang setelah latihan, mungkin nanti aku bisa menyetubuhinya lagi dirumahnya sebelum orang tua nya pulang.
Masalah perubahan sikap Shania? Bodo lah, yang penting ena2 dulu.
Tapi untuk sekarang aku harus menahannya dulu. Aku pun berjalan ke teras belakang rumah guna menghindari pemandangan indah tersebut dan meredam nafsuku.
.
.
.
.
.
Sesampainya di teras belakang rumah, ternyata sudah ada orang lain yang berada disana duluan. Itu adalah si 'dia'.
Siapa yang kumaksud dengan dia? Dia adalah Manda. Bukan! bukan ular milik orochimaru. Lagipula Manda yang itu sudah mati, dihipnotis Sasuke untuk melindunginya dari bom Deidara. Curang ya Sasuke nya pake hipnotis-hipnotis segala, kan kasihan Manda jadi mati. Ini bahas apa sih? Mana mungkin ada ular orochimaru disini. (Percayalah, ini hanyalah strategi penulis agar tulisannya terlihat lebih banyak saja).
Nama lengkapnya Amanda Dwi Arista, mungkin kalian mengenalnya dengan panggilan 'Manda' tapi kalau aku, menyebutnya 'Mantan'.
Ya aku pernah pacaran dengannya. Tolong dicatat ya, 'pernah' jadi jangan nubirin Manda lagi.
Itu juga alasanku pernah bilang kalau member JKT punya pasangan itu tidak apa-apa. Yah,.. karena aku pernah berpacaran dengan salah satunya.
Ngapain aja waktu pacaran? Banyak lah, biar itu menjadi rahasia kami berdua. Ya kusebutkan salah satunya saja, di update sebelumnya (sebelumnya lagi, sih) aku pernah mengungkapkan kalau pernah mandi dengan mantan ku, ya dialah Manda.
Manda yang menyadari kehadiranku langsung ingin memelukku, tapi langsung ku menghentikan niatnya itu dengan menggelengkan kepalaku.
"Apa kabar?" tanyanya sekedar basa-basi.
"Baik. Kam... lo sendiri?" kataku.
"Baik juga. Gimana? Udah dapet pengganti aku?" tanyanya sambil tersenyum.
Senyumannya yang sekarang agak sedikit berbeda, seperti dipaksakan. Seperti senyum palsu. Entahlah, mungkin hanya perasaanku saja.
"Hampir" kataku sedikit berbohong.
"Oh ya, siapa? Member juga?" tanyanya berusaha menyelidik.
"Udahlah, gak perlu tau" balasku berusaha menghentikan topik pembicaraan ini.
"Ngomong-ngomong.. aku masih inget lho, kata-kata kamu waktu itu" katanya mengalihkan topik pembicaraan ke arah yang semakin tidak kusukai.
"Trus?" balasku.
"Kata-kata kamu mengena banget lho dihati aku" kata Manda yang langsung membuatku mematung dan tiba-tiba flashback ke malam itu, malam perpisahan kami.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
*Flashback
Malam ini aku berada di kamarku merenungi kesalahanku. Kesalahanku? Sebenarnya itu kesalahan orang yang merekam kejadian itu dan menyebarkannya hingga Manda dan Okta jadi korban tubir, dan akhirnya diturunkan statusnya menjadi trainee.
Tapi,.. tetap saja aku merasa bersalah, secara aku yang mengajak Manda (lalu Manda mengajak Okta yang kebetulan sedang ada bersamanya) untuk sekedar hangout bersama karena aku diajak temanku yang merupakan pacarnya Chika.
Sebenarnya jika skandalnya hanyalah masalah mereka pergi dengan cowok, itu sudah biasa. Tapi, karena minuman yang ada di meja makan tersebutlah yang membuat semuanya menjadi semakin rumit.
Dan, dari kejadian itu membuatku berfikir jika hubungan ku dengan Manda diketahui para VVOTA bagaimana?
Dia sekarang sudah jadi trainee, mau diturunkan jadi apa lagi nanti dia? Petugas ticketing? Satpam theater? Cleaning service? Yang benar saja.
Mungkin aku harus mengakhiri hubungan ini. Ya, aku akan mengakhirinya. Aku harus.
Besok aku akan membicarakan dengan Manda. Sebenarnya sangat berat bagiku untuk melepaskan Manda, karna dia adalah gadis yang special bagiku. Maksudku, dialah gadis 'licik' yang berhasil mencuri keperjakaanku, sekaligus juga gadis 'bodoh' yang rela menyerahkan virgin-nya untukku, hanya untukku. Aku sendiri masih belum percaya waktu itu dia masih perawan.
Ditengah kegalauan yang tengah melanda diriku ini, aku mendengar suara ketukan di pintu kamarku. Segeralah aku bangkit dari duduk dan langsung membuka pintu, dan terlihatlah sosok yang dari tadi aku pikirkan.
Ya, Manda berdiri di depan kamarku dengan senyumannya yang selalu mampu mengalihkan dunia ku. Tanpa pikir panjang aku segera memeluknya dengan sangat erat yang langsung dibalas olehnya dengan tak kalah eratnya, aku merasa mungkin ini merupakan pelukan terakhir kami. Ditengah pelukan itu aku berfikir apa mungkin sekarang saja aku mengatakannya.
Setelah pelukan kami terlepas aku mengajaknya duduk dan mengutarakan niat ku untuk pisah dengannya.
.
.
.
.
.
.
.
"Beb, kamu mau pisah dari aku?!" tanyanya tak percaya setelah kuutarakan niatku untuk putus dengannya.
"Mau gimana lagi Man, aku takut fans-fans kamu makin marah kalo tau soal hubungan kita" kataku memberi pengertian.
"Tapi..." katanya menggantung.
"Masih banyak mimpi yang belum kamu raih kan, kalo kamu terus terpaku sama aku kapan kamu mau gapai mimpi-mimpi kamu itu" kataku berusaha menyemangatinya.
"Tapi sosok keberadaan kamu yang ngebuat aku semangat buat gapai mimpi-mimpi itu"
"Man, kita masih bisa saling berhubungan, kita masih temenan kan"
"Aku gak yakin bisa temenan sama orang, kalo aku nyimpen perasaan sama orang itu. Karna menurutku gak ada pertemanan yang tulus antara cowok sama cewek, pasti salah satunya memendam perasaan" kata-katanya langsung membuat ku diam. "Aku gak sekuat yang kamu kira Adrian, tanpa sosok kamu. Aku mungkin gak akan pernah bisa gapai satu pun mimpi aku" katanya mulai menangis.
"Man, percaya sama aku. Terkadang, kita harus relain sesuatu untuk pergi dari hidup kita. Dengan begitu, kita mungkin akan mendapat penggantinya yang jauh lebih berharga" kataku spontan. Mungkin kalian pernah mendengar kata-kata itu di tempat lain tapi tak apalah. "Udah dong gak usah nangis, aku pengen di momen terakhir kebersamaan kita ini, aku lihat senyuman kamu yang ceria"
"Kalo kamu pengen liat aku tersenyum ceria,..." katanya sambil menyeka air matanya. "f**k Me Right Now!"
Oh, s**t!