Part 15: Sekarang Sedang Jatuh Cinta

4635 Kata
Huft~ Sekarang aku sudah berada di tempat event Handshake. Tidak, aku tidak ingin menemui Shani. Suasana hatinya pasti masih tidak bagus, bisa berbahaya. Vanka? Apalagi, ke-PD-an nanti dia. Aku ingin menemui Stefi. Dari awal memang begitu, kan dia yang mengirim tiket HS padaku. Aku ingin menanyakan padanya secara langsung maksud dari tindakannya selama ini. Dan karena aku ini memang dasarnya b******n, eh ralat karena aku ini memang dasarnya seorang fans dari sebuah grup idol. Jadi kalau melakukan Handshake untuk sedikit menghilangkan kegalauan itu wajar bukan. (Kenapa gak nanya lewat telfon aja?) Ya, biar seru aja, ceritanya kan jadi lebih menarik kalo nanya pas HS. Lagipula dia ngirim tiket Handshake juga kan. Tapi,.. apa memang begitu? Apa memang seperti itu? Apa itu alasannya? Apa memang aku kesini hanya untuk Handshake? Bukan karena ingin menemui Shani? Tentu saja aku mau menemuinya, tapi aku terlalu takut untuk itu. Pengecut? Pecundang? Bajingan? Bedebah? Sampah? Atau ada kata lain yang lebih rendah dari itu? Terserah kalian mau menyebutku apa. Untuk saat ini aku akan menerimanya. Kenapa? Soal perutku? Sudah tidak terlalu sakit sih, lebih sakit pipiku yang sudah ditampar oleh Shani tadi. Sakitnya baru terasa saat Shani sudah pergi. Biasanya aku pamer dan menyombongkan diri jika mendapat 'sesuatu' dari Shani hingga membuat kalian iri. Tapi kalo tamparan, apa kalian masih mau iri? Nah, karena tadi saat dirumah aku sudah 'perang' di wc. Sekarang perutku kosong. Udah waktunya makan siang juga sih. Oke, makan dulu. "Kampret, dompet gue ketinggalan lagi" gumamku saat memeriksa saku celanaku. Gara-gara tadi ketiduran, berangkatnya jadi buru-buru. Kan semalam aku kurang tidur. Gimana ya, gak makan dong gue, batinku. Tiket Handshake nya? Maksudnya kartu Music Download Card nya? Ya ketinggalan juga lah, kan di dompet juga. Lah, terus gimana? Tenang aja, kan tinggal nunjukin barcode di halaman My Page lewat Hp. Ya, tadi di jalan, Stefi mengirim pesan yang menjelaskan 'sedikit' soal tiket Handshake yang dia kirim dan dari pesan itu, aku mendapatkan sebuah 'kebingungan' baru. Stefi memang membelikan tiket Handshake untukku, tapi anehnya dia membelinya lewat akun keanggotaan milikku, itu memberiku sedikit kemudahan sih, karena artinya aku hanya perlu mengantri dan menunjukkan barcode dari halaman My Page milikku. Tapi masalahnya, bagaimana dia bisa tahu email dan password ku yang kugunakan untuk mendaftar di akun keanggotaan itu? Nanti saja aku tanyakan jika sempat. Untung tadi pake mobil, sekalian nyuci mobil, sekarang mobilnya aku tinggal disana sekalian nitip parkir. Aku kenal kok sama yang punya tempat pencucian mobil, ayahnya Tedi. Jadi gak masalah. Ayahnya Tedi memang punya bisnis cuci mobil, sama bengkel juga. Sebelahan lho. (Ted, udah gue promosiin. Jangan lupa besok bayar ya. Hari ini gratis). Wah, berarti nanti harus pulang dulu ambil dompet baru ambil mobil. Kapok gue kemaren ena2 di mobil, udah mobil jadi bau, kena tampar lagi, batinku. Terus habis nitip mobil tadi aku lanjut nge-Gojek untuk kesini. Untung saja, niatan nyuci mobil waktu pulang dari tempat Handshake gak jadi. Parkirnya nanti gimana, STNK kan di dompet juga. Lho, bayar Gojek-nya gimana tadi kalo gak bawa dompet? Pake Go-Pay dong. Segampang itu ya, segampang itu ya. Go-Pay bisa dipakai dimana aja. Nah, sekarang gue ngapain? Masa plonga-plongo kayak orang bego, pikirku. "Tuh, kan. Firasat gue bener. Ngapain lo disini?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul sambil menepuk lenganku. "Oi, Raf" sapaku. "Ya mau HS lah, namanya juga event HS. Lagian bukannya lo juga yang nyuruh gue dateng" jawabku. Dia adalah Rafli temanku yang pernah ku ceritakan. Nah, berarti gue bisa makan habis ini. "Mau HS sama siapa lo? Oshi lo kan udah gak disini" "Lo sendiri, oshi lo kan juga udah grad" "Eits, tapi nanti pasti muncul" "Ya iya lah. Kan GM" "Halah, oshi lo juga kan" "Gue oshiin Melody karna lo racunin" "Alesan aja lo. Ngomong-ngomong, kenapa sekarang lo tampil beda gini? Rambut segala pake diiket. Rambut apa kangkung. Pake kacamata lagi, bukannya lo lepas kacamata ya semenjak Veranda-" "Assshh,.... Diem!" potongku. "Gak usah bawa-bawa Ve. Lo sendiri ngapain pake kaos Melodiest? Emang lo ikut fanbase?" tanyaku. "Lah, gimana sih. Ini kaos kan gue sablon sendiri. Desainnya lo yang bikin" jawabnya. "Oh, iya ya" kataku. "Lo kenapa tampil beda gini?" tanyanya lagi. "Iseng aja" jawabku. Sebenarnya aku sedikit tampil berbeda saat ini agar tidak ada member yang mengenaliku nantinya, terutama Shani dan Vanka. Bagaimana jika salah satu dari mereka tahu kalau aku akan Handshake dengan Stefi. Akan timbul gosip yang aneh-aneh di antara para member nantinya. "Keisengan lo itu,.. Bikin lo tambah keren, anjir" kata Rafli seakan tidak terima. "Hah? Maksud lo?" tanyaku. "Lihat aja diri lo sendiri, lo cuma pake kaos oblong kebesaran, jaket lo lengannya kepanjangan, cuma kelihatan jari-jari lo doang, celana lo ngatung keliatan mata kaki nya" kata Rafli. Lah, nih anak gak ngerti style apa gimana sih? Celana ngatung gini itu, namanya setelan 'Stand By Wudhu'. "Dan,.. gue tebak lo gak pake sabuk, tapi pake tali rafia, ya kan" lanjutnya. Sialan, dia tau aja kalo gue pake tali rafia, batinku. "Kalo lo gak ngiket rambut lo, lo jadi kelihatan kayak gembel. Ditambah lo sekarang pake kacamata yang ngebuat lo jadi kelihatan pinter" Gue harus bangga atau kesel ya, batinku. "Emang mau HS sama siapa sih? Pake tampil beda segala?" tanyanya lagi. "Ah, itu,.. anu,..." "Oi, Fli datang juga kau" sapa seseorang tiba-tiba. "Oi, bang" Rafli tampak malas menanggapi orang tersebut. "Fli, kemana aja kau. Gak pernah kelihatan" kata orang itu. "Sibuk nugas, bang" jawab Rafli. "Ooohh" jawab orang itu. Tiba-tiba orang itu melihat ke arahku seperti mencoba mengingat-ingat sesuatu. Aku jadi bingung, apa kami pernah bertemu di suatu tempat? Wajahnya sih sepertinya aku kenal. "Ini kawan kau, Fli?" tanya orang itu. "Eh, iya bang. Kenalin, ini Adrian" kata Rafli memperkenalkanku. "Adrian, panggil aja-" "Ian" kata orang itu tiba-tiba. Memotong perkataanku saat sedang memperkenalkan diri. "Bener kan" kata orang itu lagi. "I-iya" jawabku sedikit bingung. Baiklah, itu sedikit membuatku terkejut, tapi anggap saja dia hanya menebak, ya kan. "Aku Rizky" kata orang itu memperkenalkan diri. Rizky? Aku baru mendengar nama itu. Apa kami memang pernah bertemu. Wajah dan suaranya sih seperti tidak asing. "Ayo lah, Fli! Kumpul sama yang lain" ajak orang itu. "Ah, gak deh, bang. Saya sama Adrian aja" tolak Rafli. "Ya udah, ajak aja sekalian" ajak orang itu lagi. Rafli sedikit menyenggol lenganku. Memberi kode. Aku mengerti maksud dari kode nya itu. "Gak usah deh, bang. Saya orangnya kurang suka keramaian" kataku beralasan. "Introvert?" tanya orang itu. Aku mengangguk kecil. Sebenarnya aku bukan orang yang introvert, itu hanyalah alasan saja. "Kayak oshi nya ya, Veranda kan. Oh, udah graduate ya" kata orang itu lagi sambil tersenyum tipis. Baiklah, sekarang aku benar-benar terkejut, dan mungkin saat ini aku tidak bisa menyembunyikan ekspresi keterkejutan ku. Bagaimana dia bisa tahu soal itu? Soal Veranda adalah oshi ku. Mantan oshi. Siapa sebenarnya orang ini? "Ya udah. Aku pergi dulu ya, Raf" kata orang itu pamit kemudian melangkah menjauh. "Dia kok ta-" "Lo kenal dia darimana, Raf?" tanyaku memotong sebelum Rafli menyelesaikan kalimatnya. "Gue kenal dia sekitar 3 bulan lalu pas di theater, pas mau nonton tadaima" jelas Rafli. "Kok dia tahu soal Veranda oshi gue, soal nama panggilan gue. Lo cerita soal gue ke dia?" tanyaku lagi. "Justru tadi gue mau nanya, kenapa dia bisa tahu beberapa hal tentang lo? Lo pernah ketemu dia?" tanya Rafli balik. "Gak. Gak tau. Mungkin gue yang gak inget" jawabku. "Gimana ceritanya lo bisa kenal orang itu?" tanyaku lagi. "Yah, setelah lo mutusin buat saka agari-an. Gue kan sendirian jadinya nonton tadaima, terus ketemu sama tuh orang. Awalnya gue seneng sih waktu di ajakin, kan lumayan bisa nambah temen" kata Rafli. Artinya ada kemungkinan orang itu sering melihat theater, terutama team J. Ah, itu dia! Aku baru ingat, dia salah satu VVOTA yang memandang sinis kearah ku karena aku mendapat 'service special' saat melihat theater tadaima kemarin. Pantas saja aku seperti pernah melihat wajahnya. Tapi tunggu, suaranya. Aku seperti pernah mendengar suaranya di suatu tempat. Tapi dimana? "Tapi,.. setelah cukup sering bareng ama dia dan temen-temennya, gue langsung tau kalo mereka wotasum. Mereka sering tuh nyalkusin member. Makanya tadi gue nolak waktu diajak kumpul" jelas Rafli. "Wah, parah sih" kataku. Lo sendiri banyak ngoleksi gravure, kampret!, batinku "Iya. Salah satunya nih, waktu di toilet f7. Kalo kedengeran orang gimana coba? Apalagi kayaknya ada orang lain di toilet itu. Waktu itu ada satu bilik yang ketutup sih, kayaknya ada orangnya deh" Tunggu dulu, toilet f7? Jangan-jangan.. "Emang ngomongin apa aja?" tanyaku. "Banyak. Ngatain Shania kayak tante-tante lah, Saktia yang nafsuin lah, Thacil yang toketnya bikin pengen lah. Terus yang parah nih, nyebut Michelle tukang patil. Sebagai gen 3 defender kan gue agak emosi" Lebih baik kupastikan lagi. "Kapan kejadiannya?" tanyaku "Sekitar 2 bulan yang lalu" Tuh, kan. Sorry ya, Raf. Yang di toilet itu gue. Dan gak cuma gue, ada Thacil juga, batinku. Baik, itu menjelaskan kenapa aku pernah mendengar suara orang itu. Sekarang pertanyaannya,.. Bagaimana dia bisa tahu beberapa hal tentang diriku? "Bengong aja, lo" kata Rafli menyadarkanku. "Ah, anu. Gue masih bingung sama orang tadi" "Iya, gue juga bingung. Dia biasanya gak gitu lho, biasanya selain m***m, bego juga" "Bego? Bego gimana maksudnya?" tanyaku. "Dia pernah cerita kalo dulu dia dikibulin wota, beli subsidi tiket HS, kan. Harganya satu tiketnya itu 30 ribu,.." "Mahal banget" potongku. "Umumnya kalo subsidi itu dijualnya 20 ribu kan, paling mahal juga 25 ribu" tambahku. "Nah, maka dari itu. Dia begonya, mau aja beli yang mahal, dia beli 8 lagi dan lo tau dia bayar berapa?" tanya Rafli. "240 ribu kan" jawabku. "Ya. Itu kalo orang normal kayak kita, lah berhubung si Rizky itu bego. Dia disuruh bayar 250 ribu mau-mau aja" kata Rafli lagi. (*Jangan ditiru ya, sebenarnya membeli tiket subsidi itu dilarang sama official) "Lebih parah dari Tedi kayaknya" kataku. "Jauh. Mendingan Tedi lah. Btw, udah lama kita gak ikut event Handshake bareng gini. Terakhir itu waktu Veranda..." "Udah lah, jangan dibahas lagi" potongku. "Hahaha, iya iya. Yuk antri!" "Lo duluan aja" balasku. "Segitu gak maunya lo ketahuan ama gue HS sama siapa. Ya udah, nanti ketemu lagi disini ya" Ya, memang. Jangan sampai Rafli tahu aku HS dengan Stefi. Bisa-bisa dia curiga jika aku Handshake dengan member tim J padahal sering liat theater team K3. Dan juga, siapa sebenarnya orang itu tadi? Jika orang itu tidak terlalu pintar seperti yang dikatakan Rafli tadi,.. Kenapa firasatku merasa tidak enak? . . . . . Sekarang aku sedang mengantri untuk Handshake dengan Stefi. Cukup panjang juga. Eh, orang tadi juga ikut mengantri Handshake dengan Stefi dan aku hanya berjarak 2 orang di belakangnya. Baguslah, aku jadi bisa mengawasinya agar tidak macam-macam pada Stefi. Bukan berarti aku khawatir dengan Stefi ya, tapi Rafli tadi bilang selain dia tidak terlalu pintar, dia juga wotasum. Aku hanya tidak mau jika dia berbuat yang tidak-tidak terhadap Stefi, ya karena aku adalah seorang fans dan Stefi adalah seorang member. Ya,.. Hanya karena itu. Ya,... Ya pasti karena itu. Karena Stefi adalah seorang member. . . . Setelah tiba gilirannya untuk Handshake dengan Stefi, orang itu tampak sangat antusias. Gila! Nafsu banget kayaknya. Padahal cuma Handshake. Dan Stefi kelihatannya tidak nyaman dengan sikap orang itu. Duh, aku jadi merasa kasihan pada Stefi sekaligus merasa marah pada orang itu. Eh, tunggu. Apa dia... Apa orang itu mengelus-elus tangan Stefi sejak tadi? Sialan, cari kesempatan banget. Hah? Apa? Ya udah iya, aku khawatir pada Stefi. Puas kalian? . . Ini lama banget sih perasaan dia Handshake nya. Dia punya tiket berapa sih? Sialan, ternyata antri di dekat orang itu tidak ada bagus-bagusnya. Aku malah jadi emosi sendiri. . . Huft~ Akhirnya tiba juga giliranku. Aku langsung menunjukkan Hp-ku pada time keeper agar dia bisa meng-scan barcode di halaman My Page milikku. Kemudian aku maju mendekat ke biliknya Stefi. "Ngitungnya kalo udah mulai HS lho, mas. Jangan pas saya nunjukkin Hp tadi" kataku mengingatkan sang time keeper. "Iya iya, mas" balasnya. "Mau berapa ini yang dipake?" tanyanya kemudian. "Semua" jawabku sombong. "Halah, cuma 8 aja" kata si time keeper. Padahal 8 itu juga bukan aku semua yang membeli, tapi Stefi. Stefi sedikit tertawa mendengar percakapan singkat antara aku dan si time keeper kemudian tersenyum kearah ku. Manis sekali senyumannya itu. Sadar, Adrian! Sadar! Lemah banget sih sama senyuman cewek. "Hai, Stefi" sapaku sambil menjulurkan tangan. "Formal banget sih" balasnya. "Itu mukanya jangan ditutupi hoodie dong, Adrian" "Lho, kamu sadar kalo ini aku" kataku sambil membuka penutup kepala hoodie ku. "Firasat aja, sih" balasnya. Dia menyindirku atau apa? Kenapa akhir-akhir ini banyak orang disekitar ku yang juga 'menggunakan' firasat? "Itu kenapa rambut pake dikuncir segala? Kan belum terlalu panjang" katanya. "Mau tampil beda ya waktu HS sama aku?" tanyanya sambil tersenyum. Aku hanya terdiam, terdiam karena senyuman manisnya. "Jadi,.. mau mulai kapan ini?" tanyanya menyadarkanku. "Oh, iya, iya" kataku sambil mengulurkan tanganku yang langsung disambut dengan kelembutan dan kemulusan dari tangan Stefi. "Nah, sekarang mau tanya apa?" tanya Stefi lagi-lagi sambil tersenyum. "Ah, i-itu. Langsung ke intinya aja kali ya. Kenapa kamu putus sama pacar kamu?" tanyaku pelan setengah berbisik. "Eh, itu pribadi banget pertanyaannya" "Kenapa setelah aku anterin kamu pulang, besoknya kamu putus dari pacar kamu?" tanyaku lagi masih dengan setengah berbisik. Stefi terdiam mendengar pertanyaanku tak lama kemudian dia tersenyum. "Ternyata firasat aku bener, kamu bakalan nanyain itu. Bener-bener sifat kamu banget" kata Stefi. "Maksudnya?" tanyaku yang tak mengerti maksud dari perkataannya barusan. "Aku emang udah putus dari pacar aku, tapi itu bukan karna kamu. Aku putus udah dari 2 minggu sebelum kejadian di bioskop itu" "Eh, tapi-" "Siapa? Thacil? Atau kak Shania? Siapa yang ngasih tau kamu?" tanya Stefi. Aku masih bingung, jika Stefi sudah putus dari pacarnya 2 minggu sebelum kejadian di bioskop itu,.. Kenapa Shania,.. Atau jangan-jangan,.. "Tapi, aku emang baru cerita ke member lain kalo aku udah putus itu, sehari setelah kamu nganterin aku pulang" terang Stefi. "K-kenapa?" tanyaku bingung. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. "Mas udah habis, mas" Sial, si time keeper tadi sudah 'berevolusi'. Berevolusi dari time keeper menjadi 'pengganggu'. "Eh, cepet amat mas?" tanyaku. "Itu udah saya lebihin" bisiknya. "Tadi ada wota frik yang ngebuat member gak nyaman jadi saya kurangin waktunya, terus saya tambahin ke situ" Lah, lama toh ternyata, batinku. Dan sepertinya aku tahu siapa 'VVOTA FRIK' yang dimaksud si time keeper ini. Siapa lagi kalau bukan si Rizky itu. "Y-ya udah, makasih mas" kataku. Kemudian aku menengok ke arah Stefi hendak berpamitan (biar sopan). Stefi hanya tersenyum melihatku. Perasaanku saat itu menjadi tak menentu, aku merasa seperti,.. seperti.. "Kalo udah, tangannya lepasin mas" kata si time keeper itu lagi menegurku. "Ah, oh, iya iya" Stefi menahan tawa lagi saat melihatku seperti salah tingkah. "Eh, bentar. Aku belum jawab pertanyaan kamu yang terakhir" kata Stefi sambil menyuruhku mendekat. Aku melihat ke time keeper dan dia mengijinkannya. Aku pun mendekat kearah Stefi, sedangkan Stefi mencondongkan badannya ke depan. Mendekatkan wajahnya kearah ku. Tunggu dulu,.. Jangan-jangan,... Apa dia ingin,... Disini? Saat ini? Semakin lama, wajah Stefi semakin mendekat ke wajahku, kemudian,.. "Manda" bisiknya. Tunggu, apa maksudnya? Manda? Apa maksudnya Manda? Manda adalah alasan Stefi bercerita pada para member kalau dia sudah putus dari pacarnya? Kok jadi tambah bingung ya,.. Saat aku ingin bertanya sekali lagi.. "Udah, sana! Masih banyak yang antri" kata si time keeper sambil menarik bagian belakang jaketku. Stefi hanya tertawa melihatku diperlakukan seperti anak kucing begitu. Dan,.. beberapa orang-orang yang mengantri dibelakangku tadi hanya memandangiku dengan tatapan dingin. Sial! Gue kesini biar dapet penjelasan kok malah makin bingung, batinku. Aku hanya bisa garuk-garuk kepalaku saat melangkah pergi dari bilik Handshake. Bahkan saat aku kembali bertemu Rafli di tempat tadi, aku masih garuk-garuk kepala. Sepertinya bukan karena bingung, emang waktunya aku harus keramas deh. . . . . . "Makan yuk!" ajak Rafli. "Bentar" jawabku tanpa menoleh kearahnya "Lo mau dengerin speech? Tumben-tumbenan" "Gak, firasat gue bilang kalo bakal ada sesuatu yang heboh bentar lagi" "Apa? Ada yang mau ngumumin grad? Yang speech Kinal, kok. Dia emang udah grad" katanya pelan. "Bukan, bukan itu. Eeehh,.. Gak tau deh" jawabku tak yakin. "Bakal ada pengumuman Vio bakal grad?" tanyanya pelan. "Hah, Vio? Siapa tuh?" tanyaku balik, juga dengan suara pelan. "Anak gen 5, member team T" kata Rafli memberi tahu. "Gue gak begitu tau team T yang sekarang apalagi gen 5" kataku. "Lo tau nya team T lama doang sih" "Nah, itu lo tau. Gue gak begitu peduli sama member-member di generasi setelah gen 3" "Duh, jadi kangen TWT" celetuk Rafli. "Kalo gue kangen team T lama, kangen sama performnya-" "Dia kan gak pernah masuk team. Gue jadi keinget lo nangis gara-gara dia, member yang mau lo jadiin oshi pertama" kata Rafli sambil tersenyum dan menaik-naikkan kedua alisnya. "Tapi dia malah grad sebelum masuk tim. Padahal digadang-gadang bakal jadi ace-nya gen 3" ejeknya. "Lo juga nangis waktu itu. Dan lo juga nangis lagi gara-gara member yang lo dukung dari awal malah grad waktu baru aja dipromosiin ke tim. Gara-gara skandal lagi" balasku. "Ah, kampret" gerutunya. "Woi, apa-apaan" teriak beberapa orang. "Ada apa tuh?" tanya Rafli. "Ada apa tadi, bang?" tanyaku pada orang di dekatku. "Gak liat, bang?" Aku hanya menggeleng cepat. "Tadi lagi asyik ngobrol sama temen saya" kataku. "Itu, tadi ada orang yang ngelempar sendal ke Kinal waktu dia lagi speech" kata orang itu. "Waduh! Ngelempar sendal? Liat yuk, Dri yang mana orangnya" ajak Rafli. "Norak lo" "Udah, ayo" kata Rafli sambil menarikku. . . "Anjir, lepas celana" kata Rafli. "Kan, mendingan gak usah. Ngerusak penglihatan kan" kataku. "Ya udah lah, yuk makan" ajak Rafli lagi. "Lo masih nafsu makan habis liat gituan" "Bodo amat, gue laper" . . . . . "Tau gak, orang tadi itu. Kayaknya gue tau deh" kata Rafli saat kami tengah menunggu pesanan kami. Ya, akhirnya aku makan juga. Dibayari sama Rafli ini. Ya kali ditolak. "Siapa?" tanyaku. "Orang tadi yang ngelempar sendal. Seinget gue, dia dulu pernah ngelempar Shania" Oh, jadi yang itu orangnya, orang yang pernah melempar Shania dulu. Ya, Shania dulu pernah cerita kalau dia pernah dilempar seseorang saat event Handshake. Tapi aku tidak tahu yang mana orangnya. Dilempar lightstik kalo gak salah,... Gatau deh. Agak lupa. Tapi tadi Kinal kasihan sih, dilempar sendal. Cuma satu lagi, kalo sepasang kan bisa berguna. "Oh iya, beneran lo gak tau Vio?" tanya Rafli "Gak. Yang mana sih?" tanyaku. "Veranda kecil, MV MSM" kata Rafli memberi petunjuk. "Oh,.... yang itu" kataku mengingat. "Iya, dia gak ikut event HS hari ini" "Lagu lama. Bentar lagi palingan resign alasan pendidikan, tapi nyatanya malah liburan terus gak lama ngadain meet n gret" "Firasat lo bilang gitu?" tanya Rafli. "Gak tau ya" balasku cuek. "Sisil gimana?" tanyanya lagi. "Gak tau, ah. Bodo amat" "Gak asik lo, firasat lo udah gak setajem dulu. Dulu kalo firasat lo digunain buat prediksi member yang mau grad biasanya bener" Emang gitu ya, batinku. "Ya udah, gue kasih tau apa yang firasat gue bilang,... Bakal ada 2 atau 3 member yang ngumumin grad di waktu yang bersamaan" kataku asal tapi dengan nada serius. "Waduh, firasat lo bikin ngeri kali ini" "Lo tadi yang minta kan" kataku. "Terus, semua member yang kita tau masih aktif saat ini, gak semuanya bakal ikut SSK tahun ini. Mungkin 5 atau 6 member yang gak ikut dan salah satunya member langganan senbatsu. Tau kan, alasannya apa" tambahku. "Bakal ada SSK? Firasat lo keren. Siapa yang bakal peringkat 1?" tanyanya. "Firasat gue gak bisa lihat sejauh itu" bantahku. "Tapi gue mungkin bakal dukung,.." aku melihat kiri kanan sebentar lalu melanjutkan perkataanku yang sempat tertunda tadi. "Serius? Dia? Kenapa?" "Ini bukan firasat ya, tapi kalo dia. Gue yakin dia bisa" kataku yakin. "Keren lo keren" "Tapi itu kalo beneran ada SSK ya" kataku lagi. "Ya elah. Eh, ngomong-ngomong kalo diperhatiin. Rambut lo udah mulai balik ke warna aslinya ya" kata Rafli sambil melihat rambutku. "Emang iya? Udah waktunya kali" jawabku cuek. "Baru pangkal-pangkalnya aja sih. Gak mau lo semir lagi?" "Gak usahlah, bentar lagi kan liburan semester" "Iya sih, tapi sebelum itu kan ada UAS. Lo gak takut diusir sama pak Joko gara-gara rambut lo itu?" kata Rafli memperingatkan ku pada salah satu dosen mata kuliah kami yang galak. "Kalo rambut gue gak dikuncir juga bakal ketutupan, kan lo tadi bilang cuma pangkalnya" "Terserah lo deh. Oh iya tadi HS sama siapa?" "Banyak nanya ya lo hari ini. Berasa di interogasi gue" "Gue tadi sama Michelle sama Feni" "Bodo amat, gue gak tanya. Udah jangan banyak bacot. Ini makan dulu" kataku saat makanan kami sudah datang. "Sama Shani sama Gracia juga sih, tadi sebelum ketemu lo" "Uhuk.. uhuk..." "Kenapa lo?" "Gak gapapa" jawabku lalu mengambil minum. "Lo kan tim J, kok HS sama Gracia sama Shani. Kalo alasan lo karna gen 3. Lo kan team putih, mereka team merah" kataku lagi. "Sombong, mentang-mentang dari dulu lo dukung team merah, sekarang anggota team merah banyak yang sukses. Lagian, sekarang gak ada tim merah tim putih. Kita ini gen 3 defender" Ya, aku tidak tahu kenapa Rafli menyebutku gen 3 defender juga. Mungkin karena aku mulai benar-benar menekuni dunia peridolan waktu ada pengumuman kalau akan ada audisi gen 3. Mungkin,... Ya ditambah 'racun' dari Rafli sih. Firasat ku bagus soal gen 3 waktu itu dan terbukti, Manda pernah jadi pacarku, Shani jadi 'tunangan'ku. Ya,.. meski sekarang kami,.. "Eh iya, tumben lo pake hoodie. Sukajan pemberian Man..." Aku mempelototinya sebelum dia menyelesaikan kalimatnya. "..iya iya, gue makan" kata Rafli sambil menyendok makanannya tapi sebelum makanan itu masuk ke mulutnya dia sempat berceletuk,.. "Ngomong-ngomong Manda dulu team merah juga ya" Aku langsung menyemburkan minuman ku padanya melalui sedotan. . . . "Oh iya, nih!" kata Rafli sambil menyerahkan beberapa lembar Music Download Card padaku saat kami selesai makan. "Apa'an nih? Buat apa?" tanyaku padanya. "Buat lo aja, gue ada 24. Kebanyakan, kan setlist tadaima lagunya ada 16 doang, itu 8 buat lo aja" kata Rafli. "Banyak amat lo, 24?" tanyaku memastikan. "Iya. Kan gue HS sama 4 member, masing-masing satu menit" jelas Rafli. "1 menit? Kuat lo?" tanyaku. "Ya gue banyak diemnya sih. Udah lah, lo ambil aja itu. Terserah, mau lo pake buat download lagu atau foto. Tapi kalo foto jangan buat bacol ya" ledeknya. Sialan, batinku. . . . . . "Ah, telat. Udah kelar" keluh Rafli. "Alah, baru juga team T. Lagian, lo yang makannya lama tadi. Makan apa skripsi sih" balasku. Lagipula salah dia sendiri. Lagi makan kok dikit-dikit nyebut Manda, dikit-dikit nyebut Manda. Nyebut dikit kok Manda (kayaknya agak salah, deh). Kalo gak Manda, ya Veranda. Kan kampret. "Atau lo nyesel tadi habis makan kita sholat dulu?" tanyaku "Waduh, lo bawa-bawa urusan akhirat. Ya udah deh, gapapa kita telat" "Nah, gitu. Sekarang nikmatin aja ini pertunjukannya" "K3 tuh. Gimana menurut lo Gracia jadi center baru?" tanya Rafli saat team K3 mulai tampil. "Gak tau, kan baru mulai hari ini dia jadi center. Tapi gue yakin, kalo Gracia pasti bisa kok" balasku. "Oohh,... jadi oshiin Gracia nih sekarang? Atau dari dulu? Dia kan team merah? Tapi yang pasti, udah fix sih ini. Lo oshiin Gracia, gue nobatin lo jadi seorang Gracia Oshi" "Apa'an sih" "Firasat gue, lo bakal oshiin Gracia. Hahaha" "Bangke lo! Sok-sok an pake firasat lagi" "Anin luvchu ya" kata Rafli. "Anin? Yakin? Gak kebalik itu hurufnya?" tanyaku meledeknya. "Kampret" balas Rafli. "Salah satu jenis hewan nocturnal yang tinggalnya di gua. Untuk ukuran yang lebih besar, biasa disebut dengan nama kelelawar" kataku panjang lebar. "Malah di deskripsiin" "Hahaha. Eh, ini kalo gak salah lagunya..." "Tsuyokimono Yo. Dari SKE" kata Rafli. "Duh, wota sepuh mah beda" ledekku. "Gue mah apa" "Gue ngidol gak setengah-setengah kayak lo. Begitu tertarik ama JKT gue cari tau semua tentang JKT termasuk 48family" kata Rafli "Terserah" balasku datar. "Tapi percuma sih, gue gak bisa pac-" "Sstttt,.... jangan bahas itu disini, gue masih pengen pulang utuh" kataku memotong perkataan Rafli. "Sorry, sorry. Kelupaan" balas Rafli. Aku memakluminya, lalu kembali melihat ke arah stage. Ini kenapa sih mata gue? Gue pengen lihat Shani lho, kok ini mata ngeliriknya ke Gracia melulu, batinku. Center emang beda ya. "Team J dong, Yupi center nya" kata Rafli saat team J mulai tampil. "Center nya K3 tuh harusnya" balasku. "Udah, ikhlasin aja" kata Rafli sambil menepuk pundakku. "Alah, apa'an. K3 dipreteli gitu" balasku bercanda. "Eh, Ima Para ya ini" "Iya, yang center nya Sashi" balas Rafli. "Kalo team J yang tampil kayak gini sih, bang Rizky pasti melototin Saktia terus" tambahnya. "Kenapa?" tanyaku. "Oshi nya dia Saktia. Ngoshiin cuma karna nafsu sih" kata Rafli. "Sama semua member juga nafsu tuh orang. Stefi aja dielus-elus" kataku pelan. "Hah? Kenapa? Stefi? Kenapa ama Stefi" tanya Rafli. "Ah, gak. Itu lho, Stefi kalo diperhatiin cantik ya" balasku. "Emang lo keliatan?" "Gue kan pake kacamata" "Oh" jawabnya singkat. "Iya juga, sih. Tapi gue lebih suka Stefi yang dulu. Kulitnya lebih eksotis menurut gue" kata Rafli setuju pada perkataanku tadi. "Nanti di kejar-kejar Tom dong" kataku bercanda. "Coklat! Coklat!!" kata Rafli menirukan salah satu karakter di serial kartun Spongebob. "Gitu dong" "Hehehe. Tapi menurut gue bagusan yang sekarang, putih, mulus lagi" kataku. "Mulus? Lo tau darimana mulus?" tanya Rafli curiga. "Itu, anu, apa.. kemaren gue kan tadaima. Nah, waktu hi-touch sama Stefi. Kerasa mulus gitu tangannya" kataku. "Oh, yang kemaren" kata Rafli. "Iya, lo gue ajakin gak mau" "Gue ngerjain tugas, kampret. Lo enak tugas lo dikasih nilai bagus sama pak Hadi. Lah, gue, dikasih tambahan tugas buat nutupin kekurangan nilai" "Ya bagus dong. Bentar lagi UAS, daripada nanti tugas lo numpuk" "Ya tapi minggu tenang gue nanti, gue gak bisa bener-bener tenang" "Ya itu derita lo" "Tapi kenapa lo kemaren tiba-tiba ngajakin gue buat tadaima?" tanya Rafli. "Terus sekarang lo juga tiba-tiba bahas Stefi. Lo gak lagi deketin Stefi kan" tanyanya berbisik. "Gak lah" balasku. Rafli masih memandangi ku curiga. Tidak, aku tidak akan mendekati Stefi. Belum. Jujur, aku masih penasaran dengannya. Tapi untuk saat ini aku harus menyelesaikan masalah-masalah ku dulu. "Akhirnya,.. ebikachu" kata Rafli. Ya, saat ini yang tampil adalah senbatsu Everyday Kachuusha disana ada 2 member yang tadi pagi marah-marah kepadaku. Ya, ada Shani dan Vanka disana. "Bagus ya, lumayanlah translate nya. Gak rugi gue dateng" kata Rafli. "Tujuan utama lo kesini buat nonton ebikachu?" tanyaku. "Iya, HS itu cuma tambahan. Sekalian nyari oshi baru, Angel pindah team sih" jawabnya. "Kalo lo?" tanyanya kemudian. "Ada deh" balasku singkat. Oh, jadi oshi Rafli setelah Melody graduate itu Angel. Kenapa ya? Apa karena chu chu chu? Ya, penggantinya Feni aja dong. Kan feni team J. Gen 3 juga. Chu chu chu juga. Memenuhi syarat kan. Hmm,.. Tapi, fans macam apa dia ini. Oshi pindah team malah ganti oshi. (*Jangan Ditiru Ya. Dukunglah oshi kalian sampai kapanpun). "Liat UZA ya. Lo pasti tertarik liat yang dancenya enerjik gitu, secara mantan lo dulunya anggota danc..." Aku memandang sinis kearah Rafli, membuatnya tidak menyelesaikan kata-katanya. Sebenarnya perkataan Rafli ada benarnya, tapi berhubung aku sudah pernah melihat saat mereka latihan. Jadi saat ini, kesampingkan dulu UZA nya. Aku kembali melihat ke arah stage, dan,... "Kenapa lo tiba-tiba jongkok?" tanya Rafli saat melihatku tiba-tiba jongkok. "Ah, ini. Tali sepatu gue lepas" kataku beralasan. Sebenarnya aku tiba-tiba jongkok bukan karena itu. Tapi tadi saat aku sedang melihat ke arah stage, pandangan mataku bertemu dengan pandangan mata Shani dan Vanka. Aku merasa mereka melihat ke arahku dan menyadari keberadaanku. Kenapa mereka harus berada di sesi MC yang sama sih? Sebelahan lagi? "Lo kan pake flat shoes, mana ada talinya" kata Rafli. "Ada apa sih?" tanya Rafli curiga. "Gak. Gak. Gapapa" balasku Ok, sekarang,.. lebih baik aku tenang. Pura-pura saja jadi orang lain, lagipula sekarang aku memang tampil sedikit berbeda bukan. Kalau aku gugup, mereka akan semakin curiga. Baiklah sekarang berdiri lagi. "Kalo Thacil, gimana Thacil. Ada hal-hal yang seru gak sih waktu handshake?" "Yang seru sih, karna aku baru habis ulang tahun ya. Jadi, banyak yang di bilik aku bilang 'happy birthday' terus kayak ngucapin wish buat aku secara langsung" Setelah mendengar jawaban Vanka, Shani melihat ke arahku dengan tatapan tajam. Tapi kali ini aku tidak menghindari tatapannya, aku tetap melihat ke arahnya seakan menjawab segala pertanyaan yang ingin dia lontarkan. Meskipun aku tidak tahu apa yang akan dia tanyakan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN