Bab 11

1095 Kata
Nayaka menatap layar ponselnya yang saat ini tengah menampilkan sebuah pesan dari kontak Nayana. So, inikah perempuan pengganti Rosalia? -Nayana- Kemudian, sebuah foto perempuan yang tengah menatap Nayaka dengan mulut sedikit terbuka muncul di layar ponselnya. Itu adalah foto Alinka ketika dia salah masuk ke ruangan di restoran dulu. Dan Nayaka yakin, itu adalah foto hasil jepretan Anjana. Bagaimana bisa Nayana mendapatkan foto itu? Selain itu, kenapa Anjana memberi Nayana foto itu? Ponsel Nayaka berbunyi. Panggilan masuk dengan nama kontak Nayana membuat Nayaka mengembuskan napas kasar. “Sorry, Sist, gue nggak ada tenaga buat sekadar nyapa lo hari ini,” gumam Nayaka seraya membalik ponselnya, mengabaikan panggilan dari Nayana. Nayaka sedang tidak ingin meladeni adik perempuannya yang Nayaka yakin, sedang dalam mode penasaran. Dan Nayana dalam mode penasaran adalah salah satu hal yang mengerikan. Selain itu, Nayaka masih merasa kesal dengan penolakan Alinka. Bisa-bisanya Nayaka diperlakukan seperti itu? Pintu ruangan Nayaka diketuk. Segera Nayaka mempersilakan masuk siapa pun yang berada di depan pintu. Sosok Farhan muncul setelah pintu dibuka. “Permisi, Pak,” kata Farhan seraya berjalan mendekat ke arah Nayaka. “Ini laporan penjualan yang Bapak minta,” ucapnya meletakkan map di atas meja. Nayaka menganggukkan kepala. “Makasih,” balasnya. “Iya, Pak, sama-sama. Saya permisi dulu,” kata Farhan yang kemudian berbalik, hendak keluar dari ruangan . “Tunggu,” kata Nayaka yang membuat Farhan berhenti di tempatnya lalu berbalik untuk menatap bosnya. “Iya, Pak?” “Kamu dapat semua info mengenai Alinka dari mana?” tanya Nayaka penasaran bagaimana bisa Farhan tahu di mana tempat Alinka bekerja hingga kampusnya. Bahkan, Farhan pun tahu siapa dosen pembimbing Alinka yang kebetulan adalah kenalan Nayaka. “Instagramnya, Pak.” “**?” Farhan mengangguk. “Iya, Pak. Nona Alinka kerap membagikan kegiatannya di akun instagramnya,” jawab Farhan. “Seperti saat ini Nona Alinka sedang berada di kampus. Nona Alinka ada bimbingan skripsi. Selain itu, Nona Alinka tampaknya juga sedang bingung nanti makan siang bakso atau mie ayam. Nona Alinka menanyakan pendapat followersnya tentang hal itu.” Nayaka menghela napas panjang. Bagi orang yang cukup tertutup seperti Nayaka, Alinka itu terlihat terlalu berlebihan. Perihal makan siang saja harus bertanya kepada orang lain yang Nayaka yakin tidak dikenal oleh Alinka. Benar-benar berlebihan. “Kalau Bapak penasaran dengan akun ** Nona Alinka, Bapak bisa lihat sendiri,” ucap Farhan seraya mengambil ponselnya dari dalam saku celananya. “Nggak perlu,” sahut Nayaka tak acuh. “Atau kalau tidak, Bapak bisa cari saja akun Nona Alinka di **. Usernamenya alinkaevans20.” “Saya mana punya **. Saya tidak ada waktu untuk bertanya kepada pengikut saya tentang menu makan siang atau jadwal rapat saya. Buang-buang waktu,” kata Nayaka. Farhan mengangguk mengerti. “Baik, Pak. Saya permisi dulu,” balasnya. Nayaka mengangguk singkat. Lalu, sebelum Farhan benar-benar keluar dari ruangannya, Nayaka kembali memanggil sekretarisnya itu. “Iya, Pak?” tanya Farhan. Nayaka mengetuk mejanya. “Ponsel kamu taruh sini,” katanya tanpa menatap ke arah Farhan. “Saya mau lihat akunnya Alinka,” tambahnya dengan perasaan berat. Entah mengapa Nayaka merasa tengah menjilat ludah sendiri. Sangat memalukan. “Ah, iya, Pak. Baik,” kata Farhan buru-buru mendekat ke arah meja Nayaka kemudian meletakkan ponselnya ke atas meja. “Pola buka kuncinya huruf L, Pak.” “Oke. Thank you,” ucap Nayaka. “Kamu boleh keluar.” Hingga beberapa detik Nayaka masih melihat Farhan yang tetap berdiri di tempatnya. Hal ini membuat Nayaka mengangkat pandangan ke arah Farhan. “Ya?” tanya Nayaka bingung. “Bukannya saya tidak percaya sama Bapak atau apa, tapi Bapak tidak akan membuka pesan atau—” “Kamu menganggap saya apa?” tanya Nayaka memasang ekspresi terkejut dan tidak percaya. “Tidak, Pak, tidak. Anggap saja saya tidak mengatakan apa-apa,” kata Farhan cepat-cepat. “Saya permisi dulu.” Farhan menunduk, sebagai tanda hormat, setelah itu dia berjalan keluar dari ruangan Nayaka. “Memang saya sekurangkerjaan itu apa, sampai mau buka pesan di ponsel orang lain. Saya kan tidak lancang,” gerutu Nayaka seraya mengambil ponsel Farhan lalu membuka kunci layar. “Alinkaevans20,” gumamnya mengingat nama akun milik Alinka. Lalu tanpa sadar Nayaka mengahbiskan hampir satu jam di akun ** milik Alinka. Nayaka melihat foto-foto yang diunggah oleh Alinka juga sorotan dari kumpulan story di instagramnya. Beberapa kali Nayaka tersenyum tipis melihat foto Alinka yang bagi Nayaka tampak konyol. Seperti foto Alinka yang tengah menyelipkan dua buah kentang goreng di mulutnya, berpura-pura itu adalah taring. Atau, foto Alinka yang tengah memeluk kucing berwarna putih dengan ekspresi gemas. Ada pula video Alinka yang tengah melotot ke arah kamera, berusaha untuk tidak berkedip yang berakhir gagal. Suara tawa Alinka di video itu membuat Nayaka ikut terkekeh pelan sambil geleng-geleng kepala. Melihat foto-foto Alinka di akun instagramnya, membuat Nayaka sadar bahwa Alinka itu perempuan yang periang serta bebas. Dunianya sangat berbeda dengan dunia yang dihuni oleh Nayaka. Selain itu, Alinka memang masih sangat muda jika dibandingkan dengan Nayaka. Mereka terpaut sekitar tujuh tahun. Jadi, memang masih wajar jika Alinka tampak kekanakan di mata Nayaka. Nayaka mengernyitkan dahi ketika membaca caption di salah satu foto Alinka yang tampak familiar. Caption dalam foto itu adalah ‘Niatnya mau kencan sama Oma, tapi malah ketemu orang gila. Nasib’. “Ketemu orang gila? Apa orang gila yang dia maksud itu gue?” gumam Nayaka masih tidak percaya membaca caption yang tertera pada foto Alinka yang tengah mengenakan dress putih gading, dress yang sama seperti yang dia kenakan ketika mereka pertama kali bertemu. “Pasti gue,” lanjut Nayaka semakin yakin. “Bisa-bisanya gue dikatain orang gila di ruang publik seperti ini. Ini sama saja dengan pencemaran nama baik.” Nayaka mendengus kesal. “Kok bisa, perempuan seperti ini bikin gue stress sendiri.” Nayaka geleng-geleng kepala, tidak paham kenapa dirinya harus terlibat dengan perempuan tipe seperti Alinka. Perempuan yang keras kepala dan seenaknya sendiri. Nayaka yakin, jika dirinya pasti akan kerepotan menghadapi Alinka. Namun, tidak ada opsi lain selain Alinka. Jadi, mau kerepotan seperti apa pun, atau kesal sebagaimanapun, Nayaka harus mendapatkan Alinka sebagai pacar pura-puranya. Karena saat ini Nayana sudah tahu mengenai Alinka. Dan juga sampai saat ini Nayaka masih tidak mendapat kabar apa-apa dari Rosalia, kekasihnya. Nayaka meletakkan ponsel Farhan ke atas meja. Mengingat tentang Rosalia membuat amarah Nayaka kembali tersulut. Bisa-bisanya Nayaka jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan Rosalia, wanita yang terlampau cuek. Dan bagaimana bisa, setelah semua perlakuan Rosalia yang semena-mena itu, Nayaka masih menyayangi perempuan itu? Punya kekasih satu bikin Nayaka gila. Selain itu, perempuan yang Nayaka hendak jadikan pacar pura-pura malah sudah mengecapnya gila duluan. Sungguh, nasib Nayaka sedang tidak mujur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN