Mabuk dan kejujuran

1156 Kata
Apa yang Gibran khawatirkan terjadi juga, sebelum benar-benar keluar dari club Mikhayla langsung berlari ke toilet dan terdengar dia muntah-muntah. Tanpa mempedulikan makian dan teriakan pengunjung toilet yang kebanyakan wanita, Gibran ikut menerobos masuk dan mendapati Mikhayla terduduk di lantai toilet dan memuntahkan semua isi perutnya. Dengan telaten Gibran memijat punggung dan tengkuk Mikhayla agar lebih relax, " Udah enakan? keluarin aja dulu semua." tanya Gibran begitu Mikhayla menegakkan kepalanya dan bersandar di dinding toilet. Wajah Mikhayla terlihat pucat dan lemas setelah semua isi perutnya keluar, Gibran dengan telaten memapah tubuh Mikhayla ke arah wastafel untuk membersihkan sisa muntahan di mulutnya. " Ayo kita pulang." ajak Gibran masih dengan memapah tubuh Mikhayla agar dapat berjalan. Malam hampir memasuki dini hari ketika mobil Gibran sampai di halaman rumah. Rumah tampak sepi karena papa dan mama malam ini masih menemani eyang di kediaman eyang. Dan para pembantu semua sudah terlelap, kecuali pak Bekti satpam yang berjaga di rumah. " Baru pulang den? eh si non kenapa den?" tanya pak Bekti begitu melihat Mikhayla tak sadarkan diri. " Di kerjai teman-teman pak. Sudah, tolong itu gerbangnya di tutup lagi." terang Gibran yang berusaha mengeluarkan tubuh Mikhayla dari mobil. Dengan mudahnya Gibran langsung menggendong Mikhayla ala bridal style karena gadis itu benar-benar sudah tidak sadarkan diri. " Untung elo enteng Mik, kalo nggak Uda gue seret." omel Gibran begitu dia sudah berhasil membawa badan Mikha masuk ke dalam rumah. Tapi, selama dia menggendong gadis itu d**a Gibran semakin berdetak tak menentu dan seakan ingin melompat dari tubuhnya. Sesekali dia menatap ke arah wajah Mikhayla yang sedang tertidur itu, bibirnya yang meskipun pucat tapi mungil itu begitu menggodanya, " Ah, kepala gue sakit, gue bingung....hhhhmmm..." racau Mikha tiba-tiba membuat Gibran tersadar dan bergegas menuju kamar Mikha. Gibran membaringkan tubuh Mikha di atas ranjang empuknya dan bergegas ke dapur mencari baskom untuk menyeka sisa-sisa muntahan yang tadi belum bersih semua. " Arrrrgghh....kok gue jadi deg-degan sih....kan cuma mau bersihin aja tapi Napa gue jadi gemetaran gini!?" omel Gibran pada dirinya sendiri saat akan membuka kemeja Mikhayla. " Udah ah, bodo amat ah, toh adek gue sendiri." putus Gibran pada akhirnya. Dia pun perlahan membuka satu persatu kancing kemeja Mikhayla dengan mata tertutup dan tak sengaja menyenggol d**a Mikhayla yang cukup berisi. " Sial...apaan itu tadi?" batinnya, tiba-tiba juga Mikhayla langsung meraih tangan Gibran dan memegangnya erat, " Woi....ngapain sih elo?" teriak Mikhayla, Gibran membuka matanya kaget dan mendapati gadis itu masih memejamkan mata, tapi herannya tenaga gadis itu masih cukup kuat untuk menahan tangannya. " Woi...lepasin tangan gue.. gue cuma mau bersihin sisa muntah elo!" balas Gibran berusaha melepas tangannya. Mikhayla menyeringai dengan mata terpejam, membuat Gibran mengernyit heran " mas...gue mau cerita bolehkan?" lanjut Mikhayla masih dengan mata terpejam. Gibran makin bingung, " Mungkin ini efek dia mabok, ngomel nggak jelas, gue dengerin aja deh." Gibran pun membiarkan dan ingin tahu cerita apa yang ingin di sampaikan Mikhayla. " Mas Joe....dengerin yaaa...mas. Kemarin gue nggak sengaja ketemu lagi sama si nenek sihir itu...gue nggak nyangka aja dia lari ya jauh banget sampe sini. Dan elo tau nggak mas, dia masih aja sama kek dulu. Cuma lucunya di sini itu dia kek nggak punya kaca. Atau dia lupa kali ya nggak bawa kaca gedenya kemana-mana. Elo tau nggak mas, dia bilang apa pas ketemu sama gue???" Mikhayla menjeda ceritanya. Gibran hanya diam menyimak saja, " Mas kok diem aja sih....sebel tau!" Mikha kesal karena merasa di abaikan, " Eh iya dia bilang apaan?" Gibran sadar dan menyahutinya. " Intinya dia bilang kalo gue cewek nggak bener di depan pacarnya, soalnya kita ketemu di butik mewah. ya gue di kata-katain gitu, gue diem aja mas.". " Lha Napa kok elo diem aja, baleslah lain kali kalo ketemu dia." lanjut Gibran, " Ogah... buang-buang energi, Oh ya mas...jangan ketawa ya." lanjut Mikhayla makin membuat Gibran penasaran. " Ketawa Napa?" tanya Gibran penasaran, " Mas gue bingung nih, akhir-akhir ini gue kalo deket-deket Gibran jantung gue berdebar terus, kek mau lompat gitu dari badan gue. Gue nggak tau kenapa, cuma kadang gue merasa canggung dan malu aja, apalagi setelah insiden ciuman di club waktu itu. Dan juga tadi pas di acara party para tamu nyangka gue pasangannya dia, tambah grogi gue mas. Mana dia gandeng tangan gue erat banget kek nggak boleh lepas, terus dia marah-marah kalo gue di lihatin sama cowok-cowok di sana. Gue bingung mas..." lanjut Mikhayla membuat Gibran tertegun, jadi bukan hanya dirinya yang merasakan hal itu, tapi gadis yang tidur di depannya ini juga. "Maaaass....tuh kan pasti diem aja, pasti nih ketawa-ketawa di belakang gue! tau ah, sebel sama elo mas!" teriakan Mikha menyentak lamunan Gibran agar cepat sadar. " Yaaaa....gue juga nggak tau kenapa elo jadi kayak gitu, elo mulai suka kali dan ada perasaan lain ke dia." pancing Gibran. " Nggak tau juga mas, gue nggak tau, kalau perasaan sebatas kakak adik aja nggak mungkin kan gue sampe bingung Napa kok gue jadi malu ketemu dia. Terlebih setelah insiden ciuman itu. Tapi jujur sih, itu ciuman pertama gue, dan sialnya gue jadi deg-degan kalo inget itu." lanjut Mikha, Gibran kembali tertegun, " Apa elo coba aja ciuman lagi sama dia, biar elo tau apa elo bakal deg-degan lagi atau gimana? kalo elo nggak deg-degan lagi berarti elo cuma nervous aja, kalo elo masih deg-degan dan sampe salah tingkah ya artinya elo ada perasaan lebih dari kakak adik sama dia." usul Gibran. " Gila loe kasih gue saran kek gitu, nggak mau ah, cewek macam apa gue yang cium cowok duluan. Ogah ah!" tolak Mikhayla, Gibran hanya tersenyum melihat tingkah Mikhayla. Lalu Mikhayla tertidur lagi seperti tidak terjadi apa-apa. " Nih anak habis ngoceh-ngoceh eh tidur lagi. Apa dia biasa kek gini ya kalo mabuk, jadi lebih jujur." tanya Gibran pada dirinya sendiri. Gibran pun kembali menatap gadis itu lebih lama, di amatinya wajah gadis itu. Tanpa dia sadari juga jari jemarinya sudah menelusuri lekuk indah wajah terlelap Mikhayla. " Cantik." cuma itu kata-kata yang keluar dari bibirnya dan kemudian dia mencium bibir tipis dan mungil milik Mikhayla. Mikhayla pun tiba-tiba membuka matanya dan menatap Gibran yang juga kaget tiba-tiba Mikha terbangun. Sejenak mereka berdua saling tatap dan tiba-tiba juga tangan Mikha menangkap wajah Gibran, " Wah mas Joe sarannya tokcer juga....gue langsung mimpiin Gibran dan gue nyium dia di mimpi. Gib, elo gue cium kek gini deg-degan nggak?" tanya Mikha yang setengah sadar. Gibran hanya tersenyum jahil mendengar racauan Mikha, " Gue juga deg-degan kok, kalo elo sendiri gimana?" tanya Gibran penasaran, tangannya pun kini tak tinggal diam. Dia dengan berani menjelajahi wajah dan rambut Mikhayla. " Gue deg-degan tau... meski cuma mimpi." Gibran tersenyum lagi mendengar jawaban Mikha. " Hhhhmmmm....kalo gitu gue boleh dong nyium elo lagi kalo di mimpi? kan kalo elo bangun pasti hindarin gue." goda Gibran, Mikhayla hanya mengangguk lemah dan sebelum matanya tertutup lagi Gibran sudah menciumnya kembali dengan lembut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN