Gibran galau

989 Kata
Pagi ini Mikhayla bangun dengan sakit kepala yang teramat sangat efek mabuk semalam. Mikhayla memang kuat minum, tapi setelah itu dia langsung terserang sakit kepala yang teramat sakit. " Kepala gue..." rintih Mikhayla sambil memegang kepalanya yang masih terasa berat, pandangannya masih kabur dan berputar. Tapi gadis itu memaksakan dirinya bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Di saat bersamaan Gibran masuk dan mendapati Mikhayla yang hampir jatuh saat mencoba berdiri. " Jangan maksain diri kalo belum kuat." ujar Gibran dengan lembut. Mikhayla hanya pasrah mendengar perkataan Gibran yang memapahnya kembali ke tempat tidur. " Gue mau cuci muka biar Segeran dikit." sahut Mikhayla lemah. Gibran menatap sayang Mikhayla, wajah gadis itu nampak pucat tapi masih terlihat cantik, " Napa elo lihatin gue kek gitu?" sentak Mikhayla membuat fokus Gibran kembali. " Nggak...elo jelek kalo lagi mabok gini. Yaudah ayo gue anterin elo ke kamar mandi." Gibran bangkit dan meraih tubuh lemah Mikhayla. " Turunin gue, bantuin gue jalan aja." protes Mikhayla pada Gibran yang dengan santai menggendongnya. " Lama dan berat kalo elo jalan, sekalian gendong aja biar cepet meskipun berat dikit." sahut Gibran santai tersirat tak ingin mendengar protes dari gadis itu. Mikhayla pun hanya bisa menurut, dan sialnya semburat merah di pipinya yang pucat muncul tanpa permisi, begitu juga jantungnya yang dengan asyiknya berdisko ria di dalam dadanya. " Mau sekalian mandi? biar gue siapin airnya dulu." tawar Gibran setelah mendudukkan Mikhayla di atas closet. Mikhayla mengangguk dan menundukkan kepalanya. Gibran mengacak gemas rambut Mikhayla sebelum beranjak menyiapkan air mandi di bathub. " Elo Napa? dari tadi diem aja dan nunduk terus???" tanya Gibran begitu tubuhnya sejajar dengan Mikhayla. Mikhayla hanya menggeleng pelan karena bingung harus menjawab apa. Gibran mengangkat wajah gadis itu dan mata mereka bertemu, jantung keduanya sama-sama berdetak tak karuan, sepersekian detik yang menegangkan. Tak lama Mikhayla memutus tatapan mata mereka dan kembali menunduk, " Kemarin malam gue nggak bikin sesuatu yang malu-maluin kan?" tanyanya penasaran. Gibran hanya tersenyum membuat Mikhayla kesal. " Elo nggak berbuat sesuatu yang memalukan kok. Cuma....ya...gitu deh." goda Gibran. Mikha merenggut kesal, " Apaan sih?kasih tau aja Napa!" paksanya. Gibran terus menggoda Mikhayla, " Elo cuma ngomel aja kok." tak tahan akhirnya Gibran membuka mulut. Mikhayla diam dan ingatannya mulai kembali saat dia mabuk kemarin malam. Gibran diam dan terus memperhatikan tiap ekspresi yang muncul dari wajah pucat gadis di depannya. " Gue ngomel...eh. Yang gue inget gue cerita ke mas Joe kalo gue...ups!!!" terka Mikhayla dan kemudian dengan cepat dia menutup mulutnya dan melirik Gibran yang tampak menanti penjelasan. ' Tapi nggak mungkin....kan mas Joe di Surabaya. Gila kali gue....terus dia dong yang gue ajak ngobrol semalem.' batin Mikhayla yang kini malah menatap horror Gibran yang nyengir santai menatapnya balik. ' Terus...gue kan mimpi cium nih orang, tapi rasanya mimpinya nyata banget! apa jangan-jangan itu bukan mimpi? apa itu beneran gue cium ini orang!?' batin Mikhayla lagi yang kini tiba-tiba memekik histeris karena kaget dengan pikirannya sendiri. Gibran berjingkat kaget mendengar pekikan Mikhayla dan gadis itu kini heboh menarik rambutnya dan kakinya menendang angin. " Wow nape elo???" tanya Gibran gemas melihat yang kini menatapnya dengan penuh amarah. " Tau ah, Uda sana keluar. Gue mau mandi!" usir Mikhayla seraya mendorong kasar badan Gibran dari kamar mandi. Gibran hanya bengong melihat tingkah aneh Mikhayla setelah beberapa saat akhirnya dia tiba-tiba tertawa, " Mungkin dia sudah ingat tentang kejadian semalam." ujarnya dan berlalu menuju ke meja makan. Di meja makan pun Gibran masih tersenyum membuat bik Rasti bingung melihat anak majikannya yang tersenyum tidak jelas. " Den Napa pagi-pagi ketawa sendiri???" tegur bik Rasti kemudian. " Nggak apa-apa bik, oh ya bik tolong jangan bilang mama papa apalagi eyang ya kalo Mikha teler semalam." peringat Gibran sebelum bik Rasti kembali ke dapur. " Oke den, tapi itu maaf, non Mikha Napa kok bisa teler kek gitu?setau bibik non bukan tipe cewek-cewek yang suka dugem dan teler deh. Yah meskipun suka melek malam gitu." tanya bik Rasti yang takut menyinggung anak majikannya. Gibran tersenyum maklum, " Di kerjai sama anak-anak bik. Agak keterlaluan mereka." terang Gibran yang kemudian bangkit menuju dapur. " Aden ngapain ke dapur? sini biar bibik aja." kejar bik Rasti. " Gibran mau bikinin air madu hangat buat Mikhayla bik, pasti perutnya masih nggak enak banget habis minum semalam." terang Gibran yang sudah menuangkan madu ke dalam cangkir. " Biar bibik aja Aden...." paksa bik Rasti. Gibran hanya tersenyum dan menuang air panas ke dalam cangkir madu yang di siapkan ya tadi. " Udah, bibik kerjain yang lain aja." Gibran tersenyum menang dan kembali ke meja makan. "Bik, menurut bibik Mikha itu gimana orangnya?" tanya Gibran tiba-tiba begitu bik Rasti muncul kembali dengan membawa semangkuk sop ke meja makan. " Hhhhmmmm....pertama bibik lihat non Mikha itu cantik den meskipun nggak anggun dan beda dari cewek-cewek temen aden kebanyakan. Tapi pas kemarin bibik lihat non Mikha pake gaun ke pesta tambah cantik banget... berasa lihat bidadari gitu lho den. Sampe bibik kira itu calon istrinya Aden kalo bibik nggak inget Aden dan non Mikha itu sodaraan. Tapi beneran deh, Aden dan non Mikha itu kemarin malem cocok banget!" urai bik Rasti panjang lebar membuat Gibran semakin bingung akan perasaannya sendiri pada adik tirinya itu. Mikhayla turun saat Gibran akan pergi ke kantor. " Mau kemana elo jam segini?" tanya Mikha begitu menyamankan duduknya di depan meja makan. " Ke kantor lah, Napa? oh ya jangan lupa air madunya di minum biar hangover elo redaan." sahut Gibran. " Hhhmmm...oh iya lusa gue harus balik ke Surabaya. Tadi gue Uda telfon mama dan Uda pesen tiket kesana." lanjut Mikha sambil menyeruput air madunya. Gibran tertegun dan menghentikan langkahnya begitu mendengar Mikha akan kembali ke Surabaya. " Secepat itu?" tanya Gibran meyakinkan. " Skripsi gue bro....Minggu depan gue sidang skripsi. Yah...syukur lah skripsi gue akhirnya selesai juga." cerita Mikha santai. " Baiklah....selamat ya....gue do'ain sidang elo sukses dan cepet-cepet wisuda." sahut Gibran pada akhirnya, Mikha hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Gibran.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN