Tantangan

1753 Kata
" Mik, elo kenapa? kek kesel banget." tanya Gibran begitu mobil yang dikemudikannya membelah jalanan Jakarta yang mulai sepi. " Mood gue ancur, laporan mas Joe belum kelar gue periksa, di gangguin tuh cowok yang sama nenek sihir di butik kemarin." cerita Mikhayla kesal. " Dylan maksud elo? dia ngapain elo?" selidik Gibran lagi kali ini dengan nada marah, tangannya memegang kemudi dengan erat. " Nggak ngapa-ngapain gue sih, cuma ajak kenalan aja. Cuma gue cuekin, gue nggak mau kenal sama orang yang pernah dekat sama si nenek sihir itu." terang Mikhayla yang tak melepas pandangan ke arah luar jendela mobil. " Yah, itu Uda benar, lain kali kalau elo ketemu dia pura-pura nggak kenal aja." Gibran menghembuskan nafas lega begitu mendengar penjelasan dari Mikhayla. " Ya udah kita ganti baju aja dulu, gue nggak nyaman ke club pake gaun kek gini." pinta Mikha, dengan senang hati Gibran langsung menambah kecepatan mobilnya menuju rumah. RED HOUSE CLUB malam ini menjadi tempat party tertutup. Axel sudah dari jauh-jauh hari membooking tempat hiburan malam itu. " Gibran mana? belum datang ya?" tanya Steffi yang sedari tadi menatap cemas ke arah pintu. " Datanglah... tungguin aja, kalo Gibran nggak datang berarti Mikhayla juga nggak datang ntar." sahut Zayn tenang yang di angguk'i Axel dan Reza. " Han, Hana....jangan banyak-banyak elo minumnya!" Reza memperingati Hana ketika gadis itu akan meminum gelas wiski ke 5 nya." Yah kalo gitu, gantiin gue donk minumnya." ujar Hana dengan nada menggoda. " Nggak usah mancing deh Han, elo mau nggak gue pulangin lagi?" tanya Reza setengah berteriak karena musik yang terlalu kencang. Hana hanya tertawa dan mengedipkan sebelah matanya pada Reza. Axel, Zayn dan Steffi hanya menggeleng melihat tingkah 2 teman mereka yang absurd. Tak lama orang yang di tunggu-tunggu datang berjalan mendekat ke meja mereka. " Sori lama, Mikha ganti baju dulu." sapa Gibran, Mikha menganggukkan kepalanya tak enak. " Nggak apa-apa lagi, Mikha juga nggak nyaman kan dari tadi pake gaun?" tanya Axel ramah. " Ah iya benar, maaf ya." sahutnya singkat. Mereka semua larut dalam suasana pesta, tanpa mereka sadari Dylan terus mengawasi dari sudut meja yang tersembunyi. " Hey...kalian, pergi sana kalo mau bercinta. Kebiasaan banget!" usir Zayn yang mulai kesal melihat kelakuan Hana dan Reza yang mulai berciuman di depan mereka. " Ah berisik elo, tuh banyak cewek juga!" balas Reza yang mulai mabuk. Hana tak peduli dan terus menciumi Reza. " Sori ya Mik, elo lihat pemandangan kek gini." Axel benar-benar merasa tidak enak pada Mikhayla karena harus melihat pemandangan yang menjijikkan itu. " Halah biasa aja. Toh gue Uda sering juga lihat kek ginian, malah dulu gue pernah lihat yang lebih parah dari ini." jawab Mikhayla santai. " Uda nggak usah elo inget-inget lagi Mik." sambar Gibran yang langsung merangkul pundak Mikhayla. Mikhayla menatap tangan Gibran yang ada di bahunya, ada perasaan aneh tapi entah apa itu. " Eh kegiatan elo di Surabaya apa aja nih?" tanya Steffi penasaran. " Selain kuliah? kerja." singkat Mikha menjawab. " Kerja apa nih kalo boleh tau?" selidik Zayn penasaran juga. " Hhhmmm....ngurusin cafe, restoran....begitulah." Mikha meminum Cognac sekali teguk. " Pemilik maksudnya?" tanya Axel meyakinkan. Gibran mengangguk mewakili Mikha, " Eh Mik, elo bukannya juga nge DJ ya di club malam?" Gibran mengingatkan Mikha dengan 1 pekerjaannya. " Itukan cuma part time aja Gib, sampingan gue kalo DJ di club lagi nggak bisa hadir." jelas Mikha. " Ya tapikan masih di hitung kerja juga kali." debat Gibran, " Jadi elo juga bisa nge DJ? wah jarang-jarang nih....boleh lah elo tunjukkin ke kita." pinta Axel setengah memaksa. Mikhayla tampak berpikir tapi sebelum menjawab Axel sudah menyeretnya ke depan meja DJ di atas panggung dan meminta si DJ untuk berganti dengan Mikhayla. Mau tidak mau Mikhayla pun menerima dan dengan lincah dia memainkan jari-jarinya yang lentik di atas turntable. Axel turun dan kembali menari dengan gadis-gadis yang sedari tadi menari di lantai dansa. Begitupun Steffi dan Zayn ikut turun menari menemani Axel, Gibran tidak ikut dan duduk memandangi Mikhayla yang seperti berubah begitu menyentuh turntable. Hana dan Reza jangan di tanya lagi, mereka sudah mabuk berat dan mulai mencumbui leher dan d**a. " Udah balik Sono! lanjutin di tempat lain! bikin sakit mata aja kalian." usir Gibran pada 2 orang manusia yang bila mabuk itu melakukan hal-hal yang tidak senonoh di lihat mata. Dylan pun tak luput memperhatikan Mikhayla dari tempatnya duduk. " Menarik." gumamnya dengan smirk. Setelah 10 menit Mikhayla menunjukkan skillnya dia turun dan kembali duduk di tempat Gibran. " Lho, mana Reza dan Hana?" bisik Mikha agar Gibran mendengar suaranya. Gibran merasakan desiran aneh begitu nafas Mikha menghembus di telinganya bersamaan dengan pertanyaannya. " Gue usir, Mereka mulai aneh-aneh." jelas Gibran. Axel, Zayn dan Steffi masih asyik berjoget di lantai dansa. Gibran dan Mikhayla pun kembali di terpa kebisuan, mereka menghabiskan waktu hanya dengan menghabiskan minuman di meja mereka. " Elo jangan mabuk ya Gib! gue ogah ngebopong badan elo, lagian gue juga masih belom hafal jalan ke rumah." peringat Mikha. Gibran hanya mengangguk, di antara Axel, Reza, Zayn, Hana dan Steffi, hanya Gibran yang toleransi alkoholnya paling tinggi. Tapi tanpa Gibran ketahui Mikhayla pun juga mempunyai toleransi yang tinggi akan alkohol. 1 botol wiski telah mereka habiskan, tapi tidak ada tanda-tanda mabuk di antara keduanya. Dylan pun terus memperhatikan 2 anak manusia tersebut, hingga akhirnya dia gemas dan mendekati mereka. Dengan santai Dylan menjatuhkan diri duduk di sebelah Mikhayla, Mikhayla dan Gibran terkejut dengan kedatangan Dylan yang tiba-tiba. " Ngapain elo disini?" tanya Mikhayla tak nyaman karena Dylan sengaja mendekat ke arahnya. Gibran yang melihat ketidaknyamanan Mikha langsung berganti posisi duduk dengan Mikhayla. " Ah elo nggak usah sok jadi kakak yang protektif dan posesif deh Gib. Gue cuma pengen minum sama kalian berdua aja." ujar Dylan santai melihat Mikhayla menghindarinya. " Kalo elo mau minum sana minum aja sendiri." usir Gibran. " Ah jahat banget elo. Gue lagi pengen minum sama elo dan elo juga Mikhayla." Dylan mencoba merajuk ke Gibran. "Ogah gue!" tolak Gibran mentah-mentah. " Mikhayla, gue denger elo dulu kerja di bar dan club malam ya...nggak masalah kan kalo nemenin gue minum." sindir Dylan makin membuat Mikhayla kesal. " Jangan sembarangan ngomong elo!" Mikhayla sudah berada di ujung emosi, mungkin sekali lagi Dylan membuka mulutnya lagi bisa saja Mikhayla melemparkan gelas di tangannya. " Eh Lan...lie di sini juga?" sapa Axel. " Ya kebetulan aja. Eh mumpung pada ngumpul party yok....kita have fun gitu...." ajak Dylan yang melemparkan kerlingan pada Mikhayla, Mikhayla hanya bergidik jijik melihat tingkah Dylan. " Boleh lah....oh ya, gimana kalo kita bikin game? biar tambah seru, Uda lama juga kan kita nggak have fun bareng?" Hana ikut menimpali. Mikhayla yang mulai tidak nyaman dan akan pamit pun terpaksa mengikuti acara teman-teman Gibran. Gibran yang sedari tadi memperhatikan Mikhayla sadar bahwa gadis itu sudah tidak nyaman karena kata-kata Dylan. Mereka semua sibuk berbincang dan sesekali saling melempar kacang, " Eh Mikhayla kok diam aja sih dari tadi? elo nggak apa-apa kan?" tanya Hana yang sadar bahwa sedari tadi sejak Dylan bergabung dengan mereka Mikhayla hanya diam dan sesekali menyesap minumannya. " Ah iya gue nggak apa-apa kok. Kalian lanjut aja dulu." ujar Mikha yang mencoba terlihat nyaman. " Eh main game yuk....yang kalah habisin 5 gelas sekaligus." tantang Dylan dengan seringai liciknya. " Gue nggak ikutan, kalian main aja sendiri." sahut Gibran tiba-tiba, " Napa loe? tumbenan, padahal gue berharap elo yang jadi penyelamat, kan elo yang paling kuat minum selain gue." ledek Dylan. " Besok gue sibuk. Jadi gue nggak mau bangun dengan keadaan sakit kepala parah gara-gara kebanyakan minum." bela Gibran. " Yaudah deh kalo gitu, berhubung elo nggak ikut biar adek elo yang gantiin elo." lanjut Dylan dengan santai, " Iya...bener...nggak apa-apa kan Mikhayla ikutan yaaaa...." bujuk Steffi, " Tapi gue..." belum selesai Hana dan Zayn langsung memotong " Uda nggak apa-apa, mainnya gampang kok, cukup adu lama-lamaan natap mata lawan aja, kalo elo berkedip berarti elo kalah." terang Zayn. Mikhayla memandang Gibran sebentar tetapi Gibran hanya mengangkat bahunya, " Terserah elo, mau ikutan atau nggak....tapi yang jelas kalo elo ngelawan Dylan elo harus siap-siap minum banyak." bisik Gibran. " Gue berharap banget bisa ngelawan adik barunya Gibran, gue rasa gue bisa menang lawan dia." Dylan dengan tenang memancing Mikhayla yang sedari tadi sudah kesal dengannya. " Hhhhmmmm....baiklah kalau begitu, gimana kalo gini aja, kita tanding minum gimana? siapa yang teler duluan dia yang kalah dan juga bayar semua, dan juga kalo elo kalah berhenti ganggu gue!" akhirnya Mikhayla menerima tantangan Dylan. Dylan tersenyum begitu Mikhayla dengan percaya dirinya menerima tantangannya dan juga mengajukan syarat padanya. " Baiklah! ayo kita mulai." dan tanpa Dylan dan semua tau Mikhayla adalah seorang peminum yang kuat, terlepas dari pekerjaannya yang harus mencicipi banyak minuman yang di buat oleh Rio si barista di cafenya untuk di masukkan di menu baru. Semua tampak bersemangat melihat Dylan dan Mikhayla bertanding, Gibran yang kelihatannya santai tapi sebenarnya dia juga khawatir bila Mikhayla harus tumbang. Ronde pertama pun di mulai dengan 5 gelas, tak ada efek apapun untuk ke duanya. Lanjut ronde ke 2 dengan melipat gandakan gelas mereka jadi 10 gelas, tapi masih tidak ada efek juga. Dylan mulai terpancing emosi melihat Mikhayla yang masih santai dan kuat, bahkan sekilas dia melihat Mikhayla menyeringai mengejeknya. Sampai akhirnya memasuki ronde ke 4 Dylan sudah terlihat tidak fokus, sedangkan Mikhayla masih santai dan langsung meminum 2 botol minuman yang tersisa di atas meja. " Gimana? masih mau lanjut? atau Samapi di sini saja? kelihatannya anda sudah tidak kuat tuh." ejek Mikhayla setelah menghabiskan botol terakhirnya. " Wah...gue nggak nyangka Mikha kuat minum juga." gumam Reza dan Axel yang terbengong melihat Mikha masih bisa berdiri tegak dan tidak kelihatan teler. " Mik, Uda berhenti sampai sini aja, gue nggak mau elo kenapa-kenapa!" tegur Gibran agar Mikha berhenti. " Apa elo bilang? berhenti? nggak....5 botol lagi! keluarin!" teriak Dylan yang mulai teler. " Oke! ingat, jangan nyesel!, gue selesein ini habis itu kita pulang!" janji Mikhayla. Dylan dan Mikhayla pun bersamaan meminum bir terakhir mereka, tapi ketika Dylan akan meminum botol bir ke 3 nya, tiba-tiba saja dia langsung ambruk karena sudah tidak kuat lagi, semua langsung panik. Zayn dan Reza pun langsung mengangkat tubuh Dylan yang ambruk kembali duduk di sofa. Sedangkan Mikhayla dengan tenang menghabiskan botol bir ke 5 nya, " Oke... karena gue yang menang, ingat perjanjian kita! jauh-jauh elo dari gue! yok Gib balik." pamit Mikhayla dengan menarik lengan Gibran untuk kembali pulang. Gibran pun mengikuti langkah Mikhayla dengan was-was. " Wah....nggak nyangka areknya si Gibran kuat banget minumnya. Ha ha ha....akhirnya ada juga yang bisa ngalahin curut satu ini minum." kekeh Axel dan yang lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN