Makan malam

961 Kata
" Gimana Mikha makannya? enak? sesuai selera kamu?" tanya eyang dengan suara beratnya. " Enak kok eyang, buat Mikha semua makanan itu enak. Apalagi pas perut lapar." jawab Mikha dengan sedikit candaan. " Syukurlah kalau kamu suka. Oh ya bagaimana kuliah kamu?" tanya eyang basa basi. " Sudah pengajuan judul skripsi, yah eyang do'akan saja dalam tahun ini saya wisuda." tutur Mikha sopan. " Ya...ya...baiklah mari kita pindah ke ruang keluarga untuk ngobrol." ajak eyang yang beranjak dari kursi dengan sigap Mikha langsung menuntunnya. Papa Rendra, mama Vita dan tentunya Gibran terbelalak kaget dengan tindakan Mikha. Karena selama ini mereka tau seperti apa eyang, beliau sangat tidak menolerir hal-hal yang berbau mengambil hati beliau. Eyang sendiri cukup terkejut tapi Mikha seperti tidak masalah. " Eyang tau, Mikha cuma punya kakek dan nenek dari pihak almarhum papa, dan Mikha sayang sekali pada mereka. Begitupun eyang, sekarang eyang sudah jadi eyangnya Mikha juga kan? jadi nggak masalah kan kalau Mikha menghormati eyang seperti Mikha menghormati kakek dan nenek Mikha sendiri?" bisik Mikha seperti menyadari bahwa sedari tadi eyang, papa Rendra, mama Vita dan Gibran memperhatikannya. Eyang hanya tersenyum diam-diam mendengar perkataan Mikha. Malam itu pertemuan keluarga baru itu di penuhi canda tawa yang sudah lama tidak terdengar. Apalagi setelah eyang ditinggal eyang putri selamanya dan adik-adiknya papa Rendra yang memilih pergi dari rumah karena tak tahan bersitegang terus menerus dengan eyang karena menolak perjodohan bisnis yang eyang lakukan. " Hei, besok ikutan gue, temen-temen gue pengen kenalan sama elo." ujar Gibran setelah sarapan pagi itu. " Harus? temen-temen elo banyak nggak? " jawab Mikha dengan nada malas. " Nggak kok, ini cuma sahabat dan temen-temen akrab aja. Oh iya seminggu lagi ada anniversary perusahaan, dan elo wajib ikut. Karena elo sudah jadi bagian keluarga Hendrawan jadi elo kudu ikut." jelas Gibran singkat padat dan jelas. Mikha hanya mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti. " Yaudah kalo gitu, gue mau nyelesein tugas gue. Dan tolong siang ini jangan ganggu gue, gue ada bimbingan via Skype." Mikha berjalan meninggalkan meja makan menuju ke kamarnya. " Huft....untung elo cakep Mik....ah apaan sih ini otak. Itu adek elo Gib, jangan mikirin aneh-aneh." gumam Gibran. " Den ngapain komat kamit sendiri? kesambet den?" tegur bik Rasti. " Bibik ini ngagetin aja. Sapa juga yang kesambet?" elak Gibran. " Hmmmm...masa sih? den non Mikha itu cantik juga ya. Walaupun nggak pake make up gitu." ujar bik Rasti yang mulai membereskan meja makan. " Iya bik, emang cantik. Tapi kalau bik Rasti tau, ugh anaknya selebor bener. Masa pas saya datang pertama kali ke rumah mama Vita dia itu tidur di sofa ruang keluarga pake baju tidur yang kayak kostum boneka pinguin dan pintu rumah nggak di kunci. Trus bangunnya siang, dan dia itu cuek sekali bik, masa iya ada saya eh dia bangun tidur cuma pake celana pendek segini dan pake kemeja tipis banget." cerita Gibran sambil menunjuk ke pahanya. " Ha ha ha....masa sih den, ya nggak semua cewek itu kaya non Karina yang anggun lemah lembut itu. Eh...UPS, maaf den." seloroh bik Rasti yang langsung menutup mulutnya karena takut salah bicara. " Uda biasa aja bik, aku Uda nggak apa-apa kok. Iya juga sih bik, buat apa bersikap lemah lembut tapi nyatanya tukang selingkuh dan matre." sahutnya dengan suara agak berat. " Nah, cari lagi den, mumpung eyang belum kumat jodoh-jodohin lagi lho. Eh tapi kira-kira non Mikha bakalan di jodohin juga nggak ya den?" sambung bik Rasti penasaran. " Yah semoga aja nggak. Kan Mikha bukan murni keturunan Abimanyu." jawab Gibran tidak yakin, " Yah semoga saja nggak ya den, kalau di lihat non Mikha itu bukan type anak yang gampang nurut, tegas gitu lho. Punya pendirian kuat." lanjut bik Rasti yang di angguk'i setuju oleh Gibran. " Yasudah bik, saya mau ke kantor dulu, nanti kalau ada apa-apa sama Mikha kasih tau saya aja." pamit Gibran beranjak menuju pintu depan. Seperti yang Gibran beritahukan, hari ini Mikha seakan terjebak di tengah tempat antah berantah. Sungguh apa yang Mikha pikirkan tak sesuai ekspektasi, Mikha kira teman-teman Gibran itu banyak karena dia keturunan konglomerat, nyatanya bisa di hitung dengan jari. " Wah Gib beneran dia adek baru elo?" tanya seorang gadis yang memakai dress ketat berwarna merah dengan nada mengejek. Sejak Mikha dan Gibran memasuki ruangan VIP di restoran itu semua mata langsung memandang ke mereka berdua. " Ya elo kira siapa? kan Uda gue bilang kalo bakalan gue kenalin ke kalian adek baru gue. Elo kira adek gue masih balita gitu?" balas Gibran tak terima. " Yah, gue kira itu cewek baru elo." gadis yang memakai blouse biru dengan celana bahan hitam ikut menimpali dengan nada yang tidak suka akan keberadaan Mikha. " Ah bilang aja elo masih berharap kalo si Gibran mau sama elo Stef!" kali ini seorang lelaki ikut menimpali. " Hei udahan....kapan nih gue bisa kenalin adek gue!?" bentak Gibran menyudahi perdebatan di antara teman-temannya. " Ah benar juga. Hai....kenalin gue Hana, dan ini Stefi. Kalo elo siapa?" ujar cewek yang memakai dress merah ketat tadi sebagai Hana sambil menunjuk cewek yang memakai blouse biru itu sebagai Stefi. " Hai...gue Mikhayla, salam kenal juga." sambut Mikha dengan ramah. " Wiiiihhhh...namanya cantik bener. Oh ya kalo gue Axel." , " Gue Zayn " , " Gue Reza ", satu persatu mereka memperkenalkan diri, Mikha hanya bisa memberikan senyum karena dia merasa sangat kikuk. " Uda jangan pamerin senyum ke cowok-cowok macam mereka. B-A-H-A-Y-A!!!" cibir Gibran yang dengan reflek menutup bibir Mikha dengan jaketnya. " Elo gitu banget Gib, pelit amat! Lihat senyumnya dikit aja nggak boleh! " sindir Zayn. " Nggak boleh! kalian ber 3 itu berbahaya ya. Udah nggak usah pedulikan mereka ber 3, makan aja." Mikha pun mengikuti Gibran. Malam itu Mikha benar-benar merasa salah berada di tengah-tengah Gibran dan teman-temannya, karena topik yang mereka bicarakan sungguh membosankan bagi Mikha.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN