Nenek sihir kembali!

1657 Kata
Siang ini Gibran terpaksa menunda meetingnya dengan beberapa klien dan terburu-buru melajukan mobilnya ke arah rumah papa Rendra. Bagaimana tidak, beberapa jam tadi bik Rasti menelponnya dan memberitahukan bahwa di lemari Mikha tidak di temukan gaun atau baju yang cocok untuk di pakai di acara anniversary besok malam. Memang tadi pagi sebelum berangkat ke kantor Gibran sudah meminta tolong pada bik Rasti untuk membantu Mikha mempersiapkan segala keperluan Mikha untuk acara tersebut, sedangkan mama Vita masih ada di rumah utama membantu eyang. " Aden sudah pulang?" sapa bik Rasti begitu mendengar langkah kaki terburu Gibran yang memasuki rumah. Gibran hanya menoleh sekilas dan terus berlari menaiki anak tangga menuju ke kamar Mikha. "Hhhhhh....Mik...elo ngapain Mik?" ketuk Gibran setelah mengatur nafasnya, tak ada sahutan dari dalam. Gibran memberanikan diri membuka pintu itu yang ternyata tidak di kunci. Tampak Mikha yang bergelung di bawah selimut dengan mata terpejam dan headset masih terpakai dan laptop yang menyala menampilkan adegan drama Korea." Ini bocah masih sama aja. Mikha....bangun Mik." gumam Gibran gemas dengan adiknya yang membuat jantungnya berdebar. Mikha menggeliat begitu tidurnya terusik oleh Gibran. Semalam dia bergadang menyelesaikan skripsinya dan lanjut menonton drama Korea sampai ketiduran. " Apaan? jam berapa sih?" tanya Mikha dengan suara serak yang membuat Gibran jadi menahan sesuatu. " Jam 1 siang. Bangun ikut gue! tapi mandi dulu sana. Nggak pake lama!" perintah Gibran dengan tegas menutupi debaran di dadanya. Dengan malas dan sempoyongan Mikha berjalan ke arah kamar mandi meninggalkan Gibran yang menggeleng melihat kelakuan gadis itu. " Heran gue mesti deg-degan kalo deket-deket dia apalagi posisi dia bangun tidur kek gitu." omel Gibran pada dirinya sendiri sembari mengurut dadanya yang tak sakit. Setengah jam kemudian Mikha berjalan menuruni tangga. " Mau makan dulu non, den?" tanya bik Rasti begitu Mikha sudah duduk di meja makan. " Nggak usah bik, kita makan di luar aja. Mungkin nanti pulangnya agak malaman, jadi bibik nggak usah masak banyak." tolak Gibran yang masih fokus dengan ponselnya. " Elo mau ajakin gue kemana? masih ngantuk gue." protes Mikha yang sudah menyenderkan kepalanya di meja. " Ke butik, Uda ayo berangkat." seret Gibran yang sudah tidak tahan dengan kemageran Mikha. Mikha dengan malas mengikuti langkah Gibran yang menyeretnya. " Kita mau ngapain ke butik. Baju gue masih banyak kali Gib." protes Mikha setelah mereka berdua sudah di mobil. " Bukan masalah baju elo masih banyak atau nggak Mik....masalahnya elo ada nggak baju buat ke party anniversary besok?" tanya Gibran, " Perlu banget ya? kan ada itu gue punya kemeja segini, bisa di jadiin dress juga." terang Mikha sambil menunjukkan tangan ke pahanya. " Ya kalo party tema bebas nggak masalah Mikha...Uda elo nurut sama gue aja." putus Gibran gemas dengan sepihak. Mikha pun hanya bisa menurut dengan terpaksa, karena jujur dia juga tidak pernah menghadiri pesta perusahaan semacam itu dan juga dia bukan type penyuka pesta meskipun sering keluar masuk club malam. Toh itu juga keperluannya untuk bekerja. Meskipun di restorannya dan cafenya juga sering di jadikan venue pesta semacam itu tapi dia juga tidak pernah turun langsung mengurusnya. Semua di kerjakan dan di awasi langsung oleh mas Joe, dia hanya taunya laporan dan usahanya berjalan baik itu saja. Setelah menempuh perjalanan dengan keheningan akhirnya mereka sampai pada sebuah butik berdesain elegan dan manis. " Ayo turun! " perintah Gibran, dengan setengah hati Mikha turun dan mengikuti Gibran. " Ayo ah." dengan gemas Gibran menarik tangan Mikha dan menggandengnya. " Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" sapa pelayan butik itu dengan senyum ramah. " Oh, saya sudah buat janji tadi dengan Maria." jelas Gibran yang masih menggandeng tangan Mikha. " Oh, baiklah silahkan ikuti saya." pelayan butik itu berjalan ke dalam dan di ikuti oleh Gibran dan juga Mikha. Setelah sampai di depan sebuah pintu yang mungkin adalah pintu kantor butik itu si pelayan mengetuk pintu dan terdengar sahutan dari dalam mempersilahkan mereka masuk. " Hei gimana kabarnya bro?" sapa seorang perempuan muda cantik yang bernama Maria itu. " Ya gini-gini aja Mar," sahut Gibran santai. " Oh ya siapa nih? cewek baru elo ya? ah elo mesti datang kesini bawa cewek mulu. Patah hati gue...." goda Maria sambil mengerling ke arah Mikha yang sedari tadi diam. " Cewek dari Hongkong! adek baru gue nih, anak istri baru papa." terang Gibran meluruskan. " Ah pake alasan lagi elo, nggak usah bohongin gue deh elo. Elo tega ya bikin gue patah hati. Hiks..." lanjut Maria menggoda Gibran lagi. " Nih orang di kasih tau nggak percaya banget! lagian gue bisa di bunuh sama Sam kalo elo patah hati sama gue. Duh Gusti...." elak Gibran yang mulai kesal dengan temannya ini. " Ha ha ha iya deh...gue nggak jadi patah hati. Oh iya ada perlu apa elo tumbenan ke mari." tanya Maria setelah puas menggoda Gibran. " Besok ada acara anniversary perusahaan gue. Dan gue minta tolong elo cariin baju yang cocok dengan nih bocah. Soalnya sekalian mau ngenalin ke publik kalo dia salah satu anggota keluarga baru Hadiwijaya. Paham nggak maksud gue?" jelas Gibran singkat. " Oke...oke....gue paham. Jadi bener nih adik baru elo? bukan cewek elo yang mau di kenalin sebagai nyonya Gibran Hadiwijaya?" goda Maria lagi. " Ya ampun Mar....Uda gue bilang berapa kali sih??? kalo gue bisa juga gue embat dia jadi cewek gue." balas Gibran yang mendapat kekehan dari Maria dan toyoran dari Mikha. " Mulut tuh seenaknya kalo nyerocos!" omel Mikha sambil mendelik. Maria hanya tertawa terbahak melihat tingkah Gibran dan Mikha yang saling menoyor. " Udah-udah...gue percaya deh kalo elo berdua emang sibling. Ayo ikut gue ke depan...." ajak Maria yang kemudian bingung harus memanggil Mikha siapa. " Gue Mikhayla. Panggil Mikha aja." ujar Mikha sopan dengan senyum manis. " Ok Mikha, gue Maria, salam kenal ya.... Gib, elo harus jaga adek elo baik-baik ini. Dia cantik dan manis bener." cerocos Maria, " Iya gue tau kok, kalo adek gue ini cantik dan manis, tapi keknya dia bisa tuh jaga diri sendiri. Tiap hari bisa kali gue kena gampar dia." balas Gibran sekenanya yang mendapat hadiah pukulan dari Mikha, Maria tak henti-hentinya tertawa melihat tingkah Gibran dan Mikha yang seperti kucing dan tikus bila bertemu itu. " Kalian tunggu sini, gue ambilin koleksi terbaru gue yang cocok buat Mikha, atau mau gue couplein baju kalian? biar kelihatan kek akur gitu kalian?" tawar Maria, " Terserah deh, yang penting cocok dan bagus." pasrah Gibran yang tak mau ambil pusing. Maria pun tersenyum paham dan berlalu ke arah lantai 2 butiknya, sedangkan Mikha pamit untuk melihat-lihat koleksi yang terpajang manis di gantungan. " Eh minggir ini gue dulu yang lihat." seru seorang gadis ketika Mikha hendak mengambil gaun warna navy. " Kan gue dulu yang megang." balas Mikha tak mau kalah. " Hei! elo!? wah nggak nyangka bisa ketemu elo di sini. Ngapain elo di sini?" Ejek gadis itu. " Hah Napa juga gue harus ketemu elo. Di sini lagi!" cibir Mikha memandang sinis gadis di depannya. " Ya kalo gue belanja lah...emang elo yang cuma lihat-lihat doang." lanjut gadis itu mengejek. " Terserahlah apa kata elo Bel." Mikha cuek dan melempar gaun itu ke arah gadis yang bernama Bella itu dan lanjut melihat-lihat gaun yang lain. Bella geram dan kesal mendapat perlakuan dari Mikha, " Huh dasar cewek sialan. Napa elo nggak pergi jauh dari hidup gue sih!" desis Bella dengan tangan terangkat hendak menampar Mikha, tapi dengan sigap Mikha langsung berbalik dan menangkap tangan Bella lalu memutarnya hingga Bella berada di depan Mikha. Bella merintih dan berteriak kesakitan hingga membuat beberapa pegawai dan pengunjung berdatangan menghampiri keributan tersebut. " Lepasin tangannya atau kamu saya laporkan dengan tuduhan penganiayaan!" sebuah suara lelaki yang berat memecah kerumunan tersebut dan muncullah seorang lelaki tampan dan tinggi mendekat ke arah Mikha dan Bella. " Hah begini ini yang gue males. Apa-apa main laporin, nggak di lihat dulu duduk perkaranya." cibir Mikha yang dengan malas melepas kuncian tangan Bella dan melempar Bella ke arah lelaki tadi. Bella langsung memeluk dan menangis di d**a lelaki tersebut sambil masih terus menggosok lengan dan tangannya yang masih sakit. " Apa yang harus dilihat lagi, jelas-jelas semua orang di sini tau kalo anda memelintir tangan pacar saya." bentak lelaki itu. Mikha memutar bola mata malas dan menghembuskan nafasnya kasar. " Hei mas, masnya nggak tanya ke saya apa yang di perbuat P.A.C.A.R mas ke saya sampe saya harus membela diri saya dengan cara mengunci tangannya? dengerin ya mas, boleh lah mas belain pacarnya, cinta ya cinta mas, tapi jangan buta. Pacarnya masnya tadi mau nampar saya, soalnya nggak terima lihat saya ambil baju yang dia lihat, kan dia masih lihat, lha saya sudah megang bajunya, terus saya kasihin deh bajunya, kasihan dia pengen banget. Dan apa salahnya saya toh sudah saya kasihin eh dia malah mau nampar saya dari belakang, ya reflek saya langsung melindungi diri saya biar nggak kena gampar, jadi untuk semuanya maaf kalo saya bikin keributan, saya cuma melakukan tindakan pencegahan agar saya tidak kena gampar dan saya juga di katain cewek sialan. Kalo anda-anda semua di gituin marah nggak?" beber Mikha panjang lebar dengan santai dan bersedekap, sedangkan Bella menahan malu karena apa yang di sampaikan Mikha benar. Seketika kerumunan itu membubarkan diri begitu tau duduk masalahnya dan muncullah Gibran yang baru kembali dari toilet dan mendapati Mikha sedang bersitegang dengan lelaki yang sangat di kenalnya. " Hei Mik, ada apa? eh Dylan, di sini juga elo?" Gibran datang dan memeluk posesif Mikha. " Oh jadi dia cewek baru elo? kasar banget!" ejek Dylan. " Hhhmmm...sayang masih sakit, emang dari dulu dia itu kasar banget. Gimana nggak kasar kalo kerjanya di club malam." ucapan pedas Bella makin membuat Mikha kesal. Bertahun-tahun Mikha melupakan perbuatan buruk Bella di masa SMA nya kini jadi sia-sia. " Ha ha ha....dasar drama queen. Yah....jangan elo kira gue Mikha yang masih bisa elo tindas kek jaman SMA dulu ya. Mas kalo cari cewek buka mata, telinga dan hati! ayo Gib pergi aja, nggak usah ladenin cewek uler kek dia." seret Mikha menjauh dari Dylan dan Bella. Dylan hanya tersenyum smirk melihat Mikha yang tenang tadi, sedangkan Bella mengutuk Mikha dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN