Nyusulin Mikhayla Pulang Kampung

1678 Kata
Sesuai perkataan Mikhayla 2 hari yang lalu, gadis itu berangkat pulang ke Surabaya sendirian. Sebelumnya Gibran ingin mengikuti Mikha pulang ke Surabaya, tetapi masih banyak pekerjaan yang menunggu untuk di selesaikannya. Tapi Gibran, mama Vita dan papa Rendra berjanji untuk menyusul dan hadir di sidang skripsi Mikhayla. " Sampe rumah langsung istirahat. Jangan kelayapan! mas Joe Uda mama kasih tau buat jemput kamu di bandara." pesan mama sambil mengelus manja rambut Mikhayla. Mikhayla memutar bola mata malas mendengar perkataan mamanya yang berulang kali di ucapkan itu. " Ini anak di kasih tau kok....hih...." mama Vita gemas setengah mati pada anak gadisnya itu sampai mencubit lengan Mikha. " Sakit mama....." Mikha meringis kesakitan sambil mengusap lengannya yang terasa menyengat karena cubitan mama. " Makanya dengerin tuh mama kalo ngomong!" ejek Gibran, " Dari tadi gue dengerin tau sampe gue itungin. Tadi Uda niat kalo sekali lagi ngomong kek gitu mau gue kasih hadiah piring cantik." sungut Mikha tak mau kalah. Papa Rendra hanya menggeleng melihat anggota keluarganya yang ramai sendiri tersebut, diam-diam papa Rendra tersenyum melihat Gibran dan Mikha yang cepat akrab. " Mas Joe....gue laper, mau makan dulu di resto enak deh....kangen masakan mas Joe." rengek Mikha begitu mobil mas Joe meninggalkan area parkir bandara. Mobil mas Joe dengan cepat meninggalkan area bandara dan membelah jalanan Surabaya yang ramai di jam kerja itu. " Mas gue mau cerita tapi jangan di ketawain ya...apalagi ngeledekin gue!" ujar Mikha setelah menghabiskan makanannya. " Apaan?" tanya mas Joe cuek, " Maaaaasss....!?" rengek Mikhayla. " Apaan sih dek???kalo mau cerita ya cerita aja!" sungut mas Joe yang konsentrasinya terganggu oleh rengekan Mikhayla. " Mas, gue kalo deket sama Gibran kok deg-degan mulu ya?" ujar Mikha dengan nada setengah merajuk. Kali ini mas Joe benar-benar menghentikan aktifitas dan langsung mengarahkan badannya agar sejajar dengan Mikhayla. " Elo serius kalo deket Gibran deg-degan?elo masih waras kan? atau pas di sana elo kesambet apa atau elo habis kena accident gitu? sampe elo amnesia atau gimana?" tanya mas Joe penuh selidik. Mikha hanya menatap horor mas Joe " Gue nggak kenapa-kenapa mas, makanya gue tanya ke elo....ini gue masih sadar banget ngomong kek gini ke elo! nggak mungkin juga gue kesambet, orang gue lebih nyeremin dari pada setannya kok!" sahut Mikha sebal." Ya kali aja dek....coba cerita Napa elo bisa bilang kek gitu ke gue?" kali ini mas Joe mencoba mendengarkan dengan serius. " Hhhhmmm.... gara-gara gue mabok dan nggak sengaja nyium dia, pas gue mabok gue kira gue ngobrol sama elo mas, ternyata dia. Trus dia isengin gue dengan pura-pura jadi elo, dia nyuruh gue nyium dia biar mastiin gue berdebar nggak setelah nyium dia. Dan gue kira pas gue nyium dia gue itu mimpi, ternyata beneran dan sialnya aaaarrrrgggghhhh..." Mikha frustasi bila mengingat kejadian malam itu, dimana dirinya dan Gibran berciuman panas dan penuh nafsu. Mas Joe memandangi Mikha yang menutup wajahnya karena malu dengan gemas, dia sendiri bingung harus berkata apa. Tetapi bila melihat wajah Mikha yang tampak malu-malu dan nada suaranya bergetar bisa di pastikan ada perang batin di diri adik sepupunya itu. " Yah sekarang gini aja deh Mik, kalo sampe sekarang elo masih deg-degan mending elo coba konfirmasi deh sama Gibrannya. Sekalian minta maaf atas kejadian malam itu, biar elo juga nggak galau sendiri." putus mas Joe mencoba bijaksana. " Tapi gue malu mas, ini aja gue pulang lebih dulu itu selain alasan sidang skripsi gue mencoba menghindar dari dia. Gue masih malu kali mas ketemu dia." Mikha tampak benar-benar frustasi. Mas Joe memahami sikap Mikha, karena bagi Mikhayla mencium lelaki itu adalah hal yang baru dan pertama baginya, terlebih dengan traumanya yang diakibatkan perselingkuhan mantan pacarnya sendiri yang melakukan hubungan dewasa di depan matanya sendiri. " Ya...kalo gitu kan masih ada waktu untuk menetralkan pikiran elo kan sampe ketemu dia lagi. Uda sekarang elo istirahat dulu, mau pulang atau istirahat di sini?" tawar mas Joe agar Mikha tidak larut dalam kebingungannya. " Gue di sini dulu aja deh mas, kalo sendirian di rumah bisa-bisa malah traveling otak gue kemana-mana." sahut Mikha yang kemudian beranjak menuju lantai 3 dimana ada bangunan atap yang memang di peruntukkan untuk kantor dan ruang istirahat bagi pekerja. Semenjak Mikhayla kembali ke Surabaya, Gibran merasa hari-harinya terasa sepi kembali sama seperti saat sebelum kehadiran Mikhayla di hidupnya. " Napa rasanya sepi ya....kek ada yang hilang." monolog Gibran pada dirinya sendiri. Seharian di kantor rasanya membosankan, rasa yang baru dia alami. Biasanya meskipun pekerjaan menumpuk, atau dia harus lembur sampai malam dia tak pernah merasa sebosan ini. Di raihnya ponsel di atas meja, di bukanya satu persatu aplikasi di ponselnya. Sampai di aplikasi galeri dia tampak berfikir sebentar kemudian melanjutkannya lagi membuka aplikasi itu. Itu pun hal yang jarang dia lakukan bila tidak mencari sesuatu yang penting. Tampak banyak sekali gambar gadis umur 20an yang cantik dengan berbagai pose memenuhi isi aplikasi itu. Mulai dari pose tidur, tampak belakangnya yang diam-diam di ambil Gibran saat mereka nonton film, dan banyak lagi. Gibran tersenyum sendiri melihat gambar-gambar gadis itu, bahkan kadang dia tertawa juga " Hhhhmmmm...ntah kenapa gue jadi kangen dia ya? padahal orangnya pun juga nggak banyak omong." gumamnya lagi. Lama ia pandangi layar ponsel yang menampilkan wajah cantik Mikhayla, hingga tiba-tiba Gibran mendapat ide untuk mengejutkan gadis itu. " Njas....tolong cek schedule saya untuk 2 Minggu kedepan, kalau tidak ada jadwal yang penting sekalian pesenin tiket ke Surabaya untuk sore atau malam. Kalau bisa sore ya!" perintah Gibran begitu teleponnya di angkat oleh sekertarisnya. Setelah memastikan tak ada pekerjaan dan jadwal penting sore itu juga Gibran berangkat sendiri ke Surabaya dengan perasaan riang. " Elo serius tidur di sini lagi? nggak pulang aja?" tanya mas Joe kembali memastikan Mikhayla. " Di bilangin gue males dirumah sendiri mas....dari pada gue suntuk Uda gue tidur sini aja malam ini. Lagian juga gue besok nggak ngapa-ngapain, kalo di sini seenggaknya gue nggak bosen-bosen banget." sahut Mikhayla dengan tegas.Mas Joe hanya bisa pasrah dan menyuruh pegawai yang shift 1 untuk menemani Mikhayla tidur di cafe. Gibran tiba di rumah dengan perasaan bingung. Pasalnya pintu rumah terkunci dan rumah dalam keadaan gelap, sempat panik dan mencari penghuni rumah, tapi tak ada yang menyahut. Akhirnya dia pun memutuskan menelfon mas Joe, " Halo...Joe, sorry gue ganggu elo. Elo tau nggak Mikhayla di mana? soalnya gue di sampe dirumah tapi rumah gelap-gelapan. Oh...dia dari kemarin nginep di cafe...oke deh gue langsung ke sana aja. Makasih ya...eh jangan bilang kalo gue datang, makasih." tutup Gibran setelah mendapat informasi keberadaan Mikhayla. Ia pun bergegas menuju cafe setelah menyimpan kopernya di kamar, sebelumnya dia mengecek kamar Mikhayla dan tak ada tanda bahwa gadis itu semenjak datang menginjakkan kaki di rumah ini. Gibran terengah-engah begitu sampai di atap. Dia sedikit berlari agar cepat sampai tempat itu setelah sebelumnya di beri tau mas Joe keberadaan Mikhayla. Di tatapnya gadis itu yang sedang tiduran di Hammock dengan headset menyumpal telinganya. Gadis itu tampak begitu nyenyak dalam tidurnya sampai tak menyadari kedatangan Gibran, dirapikannya selimut yang hampir jatuh dan di matikannya laptop yang masih menyala menampilkan adegan drama Korea yang di mata Gibran semua pemain wanitanya berwajah sama. Di pandangnya wajah teduh gadis itu, sesekali Gibran tersenyum dan merasakan ada rasa aneh di dalam dirinya. " Elo dan dia sama aja Gib, nggak jelas!" suara mas Joe membuyarkan fantasi Gibran dan segera merubah ekspresinya dengan ekspresi datar. " Maksud elo apaan Joe?" tanya Gibran tak mengerti. Mas Joe duduk di samping Gibran dan memandang adik sepupunya itu. "Kemaren dia cerita ke gue, dia merasa aneh dan gimana gitu klo di Deket elo. Trus ekspresinya pas cerita juga nggak kek biasanya, nada suaranya juga ceria banget....dia bilang dia nggak sengaja nyium elo, emang bener?" selidik mas Joe. Gibran gelagapan dan bingung harus menjawab apa begitu mendengar cerita mas Joe. " Masa dia cerita gitu ke elo?" tanya Gibran meyakinkan, mas Joe malah menatap Gibran dengan tatapan aneh, " Elo kira gue ngadi-ngadi? nggak ada untungnya juga buat gue! Gib, jujur aja deh sama gue....gue Uda dari ini anak masih bayi sampe gede kek gini kenal ini bocah! gue tau gimana dia, cuma gue satu-satunya sepupu yang paling Deket sama dia, sampe Daleman yang dia pake gue juga tau! dia paling nggak bisa nyimpen rahasia sama gue semenjak papanya almarhum. Udah deh elo jujur aja sama gue....ada apa elo sama ini bocah! jangan bikin kepala gue pusing, kepala gue Uda sakit gara-gara banyak kerjaan dan juga pacar gue Uda minta nikah terus." tambah mas Joe gemas. Gibran masih bingung harus cerita apa ke mas Joe, satu sisi ada benarnya juga apa yang di katakan mas Joe, tapi satu sisi lagi dia masih belum yakin dengan perasaannya. " Elo suka kan sama ini bocah? kelihatan tuh dari muka elo! nggak usah ngeles, no debat ya! meskipun elo ngeles nggak ngaruh sama gue!" skakmat mas Joe makin membuat Gibran tak bisa berkata-kata dan hanya menunduk menatap Mikhayla yang masih tertidur. " Hhhhmmmm....kalo elo suka sama dia ya bilang aja, urusan elo di tolak atau di terima ya lihat nanti aja! cuma kemarin pas dia ceritain elo dia kek gimana gitu. Kalo menurut gue sih dia juga bingung sama perasaanya sendiri ke elo! coba elo ajak ngomong baik-baik deh." mas Joe bangkit dan berjalan menuju bawah kembali. Gibran kembali menatap Mikhayla yang masih tertidur di sampingnya. Gibran masih termangu saat mas Joe beranjak bangkit untuk kembali ke bawah, " Oh ya, nggak usah elo bangunin itu bocah, kayaknya baru tidur juga, elo pindahin aja dia ke kamar itu. Gue titip dia dulu ya ...lagi rame di bawah." pamit mas Joe menyadarkan Gibran dan kemudian dia mengangguk mengerti. Setelah mas Joe pergi Gibran mulai membereskan barang-barang Mikhayla yang berserakan di sekitar Hammock dan menyimpannya di kamar yang di tunjukkan mas Joe. Setelah membereskan kamarnya sekalian, Gibran langsung memindahkan gadis yang terlelap nyenyak itu ke dalam kamar. " Gue nggak tau kenapa sama diri gue....yang jelas kalo deket sama elo gue ngerasa nyaman." ujar Gibran lebih pada dirinya sendiri ketika melihat Mikhayla tidur. Tiba-tiba dia melepas sepatunya dan jaketnya kemudian ikut berbaring di samping Mikhayla dan setelah itu menarik selimut dan tak lama dia ikut tertidur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN