Part 28. Ternyata Dia

1770 Kata

Rasanya seperti mimpi saat melihat dia ada di tempat ini. Tempat yang tidak pernah terpikirkan olehku akan dia sambangi. Sosoknya yang kukenal tidak cocok dengan kegiatan menegangkan yang kebanyakan pelakunya adalah cowok-cowok dengan tampilan badung. Bukan seperti dia yang lebih cocok berada di dalam perpustakaan, atau dalam ruangan mengikuti seminar. “He-sa???” Hesa menatapku tajam tanpa bergerak. Aku benar-benar bingung dengan sikapnya yang terkesan mengabaikanku--seolah ia tidak mengenalku. Mulut cowok itu masih terkunci rapat. Ternyata aku tidak salah lihat. Cowok yang duduk di belakang kemudi mobil Ferrari hitam tepat di samping mobil Kak Rafid tadi--memang dia. Tapi sejak kapan dia ikut balapan? Dia tidak pernah cerita menyukai balapan. Aku hanya tahu dia suka basket dan musik cad

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN