3. Pria Es

1352 Kata
Setelah pelajaran bahasa Mandarin, bel istirahat tiba juga. Chu Yinyin menghampiri Li Mei mengajaknya ke kantin, tapi respon Li Mei menolaknya. Chu Yinyin mengernyit heran. Tidak seperti biasanya memilih istirahat di kelas. "Kau ini kenapa? Di kelas sepi, mau sendirian?" Xia Er mengangguk. "Hanya gara-gara Li Bai kau menjadi galau sekarang. Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Sejak dulu juga Li Bai adalah pria yang tidak pantas untukmu Li Mei," ucap Xia Er dengan nada penuh kekesalan. Li Bai kekasih pertama Li Mei yang sudah terjalin sejak kelas 10 unggulan A. Hubungannya juga diketahui semua murid Qinteng dan Nanfang. Banyak yang tidak setuju karena menjalin hubungan dengan pihak musuh. "Kalian istirahat saja. Aku lebih baik disini sendirian." Chu Yinyin melihat sekitar. "Sendirian kau bilang? Itu ada Xu Konglin dan Minghao. Ya sudah, ajak saja mereka. Kalau betah," Chu Yinyin terkikik senang saat Li Mei langsung duduk tegap dan menatapnya tajam. Ia tau Li Mei sedikit tidak suka dengan Xu Konglin sebagai saingannya yang selalu mengalahkan prestasinya menjadi posisi kedua. "Kita ke kantin. Selamat mengobrol dengan sainganmu," Chu Yinyin melambai pada Li Mei, sahabatnya itu memalingkan wajahnya menatap jendela kelas. Xia Er menegur Chu Yinyin. "Hey! Kau tidak lihat Li Mei semakin bosan dan jengah? Jangan begitu lagi ah." "Aduh, biarkan saja. Lagipula Xu Konglin itu cocok dengan Li Mei. Sama-sama pintar, cantik dan ganteng," Chu Yinyin akan antusias jika membahas kedekatan Xu Konglin dengan Li Mei, meskipun dekat dalam satu ruangan tapi seolah menjauh dan ada jarak untuk Xu Konglin. Dan Li Mei hanya duduk diam, tidak tau harus melakukan apa. Matanya melirik ke belakang dimana Xu Konglin juga memperhatikannya, berbeda dengan Minghao yang lahap memakan bekalnya. Li Mei memutuskan pandangannya dari Xu Konglin, mata yang indah itu menghipnotis hatinya sekaligus rasa kagum menjadi satu. Li Mei menggeleng, tidak mungkin ini adalah perasaan jatuh cinta yang pernah ia rasakan dengan Li Bai. Xu Konglin adalah saingannya dan akan tetap seperti itu sampai kapan pun. Xu Konglin beranjak dari duduknya, langkahnya menghampiri Li Mei. "Kamu gak-" belum selesai Xu Konglin bertanya, Li Mei sudah mendorongnya sedikit menjauh. "Kenapa? Aku kan-" "Tidak perlu perhatianmu. Pasti hanya ingin mendapatkan cinta saja kan? Oh, atau-" Li Mei tampak berpikir, matanya menyipit menatap Xu Konglin. "Ingin menjadi pengganti Li Bai?" tebak Li Mei cepat. Xu Konglin mencubit hidung Li Mei gemas. "Mimpi saja kamu! Aku kesini hanya ingin tau, apakah sudah makan? Bawa bekal?" Li Mei menggeleng, ia melupakan bekalnya yang sudah disiapkan Lien Hua, mamanya. "Ayo ikut aku ke kantin," Xu Konglin mengulurkan tangannya. Tapi Li Mei mengabaikannya. Sikapnya memang cuek hanya dengan dirinya saja, selain itu berbeda dengan yang lain meresponnya ramah. Minghao bersiul. "Ada yang mau kencan. Semoga bisa jadi couple goals. Kalian itu-" "Diam!" Li Mei menoleh, membentak Minghao galak, sontak cowok itu terdiam dan menunduk takut-takut. Xu Konglin menahan senyumannya. Sejak dulu, Li Mei tetap saja menjadi temperamental dan mudah marah jika sedikit saja ada yang salah, termasuk dirinya dan Minghao. Tak pernah merasa benar di mata Li Mei. "Ok, kalau memang kamu menolak ajakan aku. Padahal niatku sangat baik ingin mentraktirmu." Mendengar kata traktir, Li Mei beranjak dari duduknya. "Mau, kalau kamu yang membayarnya," senyumnya terbit, ia lupa kalau Xu Konglin saingannya. Saat di kantin, Xu Konglin dan Li Mei duduk di kursi yang masih kosong, untungnya kantin hari ini tidak terlalu ramai. Xia Er tersedak, Chu Yinyin menyodorkan es teh-nya. "Hei! Makannya pelan saja kalau makan jangan terburu-buru!" omelnya kesal, sampai wajah Xia Er memerah karena tersedak. "Itu! Coba kau lihat. Li Mei dan Xu Konglin ke kantin bersama? Apa mataku yang buta atau bermasalah ya?" tanya Xia Er polos, ia menunjuk dua lawan jenis itu. Chu Yinyin tersenyum bahagia. "Sepertinya mereka akan menjadi sepasang kekasih sebentar lagi," ucapnya yakin. Xia Er menggeleng. "Kau ini! Tega sekali melihat Li Mei mau sakit hati lagi karena cinta? Kau saja yang bertukar posisi dan menjadi kekasih Xu Konglin." "Gak! Malas aku berurusan dengan cinta. Lagi pula nantinya bosan sendiri. Asal kau tau ya, cowok tak akan pernah cukup dengan satu cewek," jelas Chu Yinyin, meskipun tidak berpengalaman dengan cinta tapi ia tau betul soal asmara itu bagaimana. "Itu, ada sisa coklatnya," Xu Konglin mengusap sudut bibir Li Mei, matanya tak sengaja beradu dengan Li Mei. Terdiam beberapa saat karena mengagumi wajah indah Li Mei dengan mata indah dan lensa coklat madu terangnya, hidung yang mancung, bibir mungil merona, bulu mata tebal dan lentik, alis tebal alami. Li Mei seperti barbie hidup, tidak salah lagi banyak yang menyukainya. Li Mei memutuskan pandangannya dari Xu Konglin. Hatinya hampir saja jatuh dalam pesona laki-laki itu. "Memangnya kenapa ada sisa coklat di bibirku?" tanya Li Mei sedikit ketus dengan wajah judesnya, hanya menutupi gugup dan gengsinya jika ia mulai tertarik dengan Xu Konglin. "Tidak apa, lucu saja. Dan kamu seperti bayi yang menggemaskan," sudut bibir Xu Konglin melengkung membentuk senyuman indah bulan sabitnya, siapapun yang melihatnya akan jatuh hati saat itu juga. Tapi bagi Li Mei tidak berlaku, gadis itu tetap saja memasang wajah judesnya. Dan siang itu, Xu Konglin lebih banyak menggoda Li Mei meskipun gadis itu berulang kali mengumpat kesal dan marah yang semakin menambah kesan cantik di wajahnya. *** Di halte, tiga perempuan yang memakai seragam merah muda itu menunggu bus seperti biasanya. "Sekarang jadi naik bus. Biasanya dijemput-aww! Kau? Sakit kakiku ini," Xia Er meringis karena kakinya di injak oleh Chu Yinyin. Li Mei terkekeh melihat tingkah kedua sahabatnya itu. Selalu saja menghibur, ia beruntung bisa mengenal keduanya. Suara klakson mobil itu mengalihkan pandangan Li Mei. Betapa terkejutnya mobil itu adalah milik Chen pria yang irit bicara juga menyebalkan. "Siapa? Memangnya kenal dengan kita?" tanya Chu Yinyin heran. Chen menurunkan kaca mobilnya. Pandangannya tertuju pada Li Mei. "Kau, pulang bersamaku," perintah Chen tegas seperti atasan kepada para karyawannya yang tak bisa terbantahkan. Namun Li Mei masih terdiam, matanya melirik ekspresi Xia Er dan Chu Yinyin yang masih terkejut. Pasti di pikiran mereka ia telah mengenal seorang pria kaya. "Li Mei? Jangan-jangan ini adalah pacar barumu?" Chu Yinyin menganga, apalagi mobil hypercar yang hanya diproduksi terbatas sebanyak 70 unit saja. "Hei! Jangan asal menuduh ya! Dia itu cuman-" "Kenapa? Aku tidak suka menunggu. Cepat naik atau aku tinggal. Kapan lagi mendapat tumpangan gratis tanpa perlu membayar satu Yuan?" Chen menyela ucapan Chu Yinyin, waktunya tersita beberapa detik hanya menunggu Li Mei yang masih setia berdiri mematung. "Baiklah. Aku akan pulang bersamamu," ketus Li Mei akhirnya mau dan menerima tawaran Chen, pria itu menyebalkan sekali hari ini. "Xia! Aku tak percaya ini. Sahabat kita mempunyai pacar sultan? Dan itu hypercar dengan edisi terbatas. Kau tau harganya?" Chu Yinyin sangat menggebu jika tentang transportasi berkelas. Xia Er mengangguk cepat. "Berapa? 4 juta Yuan?" Xia Er sudah tidak sabar ingin tau harganya. Chu Yinyin menggeleng. "Bukan!" setengah gemas karena Xia Er cara berpikirnya lambat. "Sepuluh juta Yuan!" pekik Chu Yinyin heboh hingga Xia Er menutup kedua telinganya sebelum pecah, suaranya sangat membahana. Xia Er tak berkedip. "Aku mau jadi istrinya!" Chu Yinyin mencubit lengan Xia Er, temannya ini soal uang langsung bersemangat. "Sakit kau cubit!" "Nikah terus yang ada di pikiranmu. Sekolah dan gapai cita-cita dulu!" Xia Er tak berani menyahut lagi daripada kemarahan Chu Yinyin membuat tubuhnya merah-merah karena cubitan mautnya. Sedangkan Li Mei seperti terperangkap dalam jerami dengan jarum tajamnya dan itu adalah bersama Chen. Li Mei bosan, apalagi perjalanan ke rumahnya membutuhkan waktu 20 menit. Karena kecepatan mobil Chen melambat, mungkin memakan waktu lama. Sudut bibir Li Mei terangkat saat matanya terhanyut membaca n****+ digital atau e-book di ponselnya. Genre romance modern kesukaannya dengan bumbu komedi. Merasa tidak ada suara sama sekali, Chen menoleh ke samping memperhatikan Li Mei yang fokus dengan ponselnya. Apa yang dilakukan gadis itu sampai tersenyum? "Apakah kau sedang chat dengan kekasihmu sampai tersenyum begitu?" tanya Chen sekedar menebak. Li Mei menatap Chen sinis. Kekasih? "Jangan pernah bahas soal cinta. Aku tidak suka!" nada yang tajam dan ketus itu menjadi jawaban untuk Chen, Li Mei marah karena mengingatkannya dengan Li Bai, seorang lelaki yang mengkhianatinya dengan melakukan kebohongannya. Chen mengernyit, kenapa Li Mei sedikit sensitif soal cinta? "Oh, mungkin kau sudah terlanjur sakit hati. Putus cinta kan? Mengakulah padaku." Li Mei berdecih. "Untuk apa mengaku padamu? Memangnya kau ini siapa?" mata Li Mei menatap Chen dari atas sampai bawah soal menilai penampilan Chen. "Dasar perempuan sedikit sensitif dan merepotkan," gumam Chen kesal, menyerah saja berdebat dengan Li Mei. "APA KAU BILANG?" Li Mei meninggikan suaranya hingga Chen terperanjat. Tapi Li Mei tertawa lepas melihat Chen kaget seperti itu. Wajahnya terlihat seperti kucing yang tertangkap basah mencuri ikan di dapur, sangat polos. Chen mengumpat kesal. Sial, Li Mei sangat berani. Padahal selama ini semua orang selalu berlaku hormat dan segan dengannya. Tapi Li Mei berbeda seperti menganggapnya seorang teman padahal usianya sangat terpaut jauh. Dan Li Mei tidak pernah memanggilnya Tuan Chen! Li Mei melakukan pelanggaran! "Panggil aku Tuan Chen! Ingat baik-baik kalau usiamu itu masih di bawah umur dan anak-anak. Hormati yang tua," Chen memberikan peringatan tegas pada Li Mei, tapi gadis itu seolah tidak mendengar suaranya. Sangat menyebalkan, andai saja tangannya sedang tidak menyetir sudah dipastikan Li Mei akan ia terkam sampai habis dan menangis. 'Apa harus ada nama Tuan? Karena kaya selalu bertingkah menjadi raja. Dasar pria es yang cuek!' umpat Li Mei dalam hatinya. Seharusnya ucapan ini ia katakan sekarang tapi mengenai dirinya diantar pulang karena Chen sangat baik sekali daripada di turunkan di jalanan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN