8. Hujan

1321 Kata
"Boleh aku mencobanya?" Fang Yi memaksakan senyumannya. Manisan, kenapa Chen begitu suka rasa manis dan asam? Semenjak mengenal Chen, Fang Yi baru tau kekasihnya itu menyukai manisan. Chen mengangguk. "Coba saja. Apakah kau lapar?" Chen mencoba perhatian meskipun tak pernah memanggil Fang Yi dengan sebutan 'sayang' tapi cinta Chen tetaplah untuk gadisnya itu. Fang Yi memejamkan matanya menikmati manisan itu. "Enak sekali sayang," dengan mulut yang masih mengunyah dan kedua pipi menggembung seperti panda yang lucu itu membuat Chen gemas mencubit pipi Fang Yi. Tapi senyuman Fang Yi sekaligus desiran hangat di hatinya itu menandakan bahwa ia sedang nyaman dengan Chen. Selain mencintai karena harta, Fang Yi terpesona oleh wajah tampan dan rupawan itu. Jika di simpulkan cinta atas dasar kekayaan dan wajah. Siang itu, Chen menghabiskan waktunya bersama Fang Yi. Moment inilah yang begitu di rindukannya selama beberapa minggu terakhir setelah pertengkaran hebat antara dirinya dengan keterlibatan gadis bernama Li Mei itu. *** Li Mei ragu ingin mengirimkan pesan pada Chen. Apakah manisannya itu habis? "KAK!" seruan Xiao Mei itu membuat Li Mei terperanjat kaget dan menatap sang adik dengan sorot tajam melebihi elang mencari mangsanya. "Apa?" Li Mei mendesis kesal. Xiao Mei selalu saja usil. "Sedang apa? Manisannya kemana?" Xiao Mei tau dari Chu Yiyin. "Aku mau mencobanya!" serunya antusias. Li Mei menghela nafasnya. Manisan itu hanya untuk Chen sebagai tanda terima kasih telah menyelesaikan tugas sekolahnya. "Untuk kakak Chen. Dia baik sekali. Aku suka," ungkap Li Mei jujur sesuai perasaannya. Ia tak bisa mengelak bahwa rasa suka itu terhadap Chen sudah ada sejak pertama kali pertemuannya yang kurang berkesan. "Aku merestuimu jika dengan kakak Chen. Jangan pernah salah pilih lagi," Xiao Mei menasehati, asalkan yang terbaik untuk sang kakak ia akan mendukungnya. "Xie xie," Li Mei mengukir senyuman bulan sabitnya yang indah. "Sama-sama. Aku tak ingin kakak tersakiti lagi oleh laki-laki," Xiao Mei mendekap tubuh sang kakak dalam pelukannya. Sudah cukup Li Bai menghancurkan perasaan Li Mei dengan berselingkuh bersama siswi bernama Ling Ling itu. *** Hari ini, Qinteng dibuat gempar dengan kepindahan Li Bai, siswa dari sekolah Nanfang. Berita ini sampai di telinga Li Mei, cewek itu sedikit panik karena mantannya sekarang satu sekolah dengannya. Chu Yinyin menatap Li Mei yang menggigit kuku jarinya karena cemas. "Kalau dia masuk di kelas ini bagaimana?" tanya Chu Yinyin. Tapi tidak mungkin juga karena kelas unggulan hanya untuk anak-anak pintar dengan IQ tinggi. Li Mei menatap nanar Chu Yinyin. "Kata-katamu membuat aku semakin tidak tenang saja!" serunya mulai kesal, Chu Yinyin menakut-nakutinya. Bagaimana kalau Li Bai membocorkan rencananya saat di restoran pada hari itu? Mengemis pada Chen untuk menjadi pacar pura-pura akan membuat sekolah Qinteng gempar. Xia Er memberikan teh kotak namun Li Mei menolaknya karena tidak haus. "Minumlah, agar hatimu sedikit tenang dan damai Li Mei," ujar Xia Er santai. Li Mei menggeleng. "Buat apa?" menatap Xie Er kesal. "Li Bai adalah mantanku. Kalau dia sampai jatuh cinta lagi-" "Halo, Li Mei sayang!" seruan dari Li Bai itu menarik perhatian kelas 12 sains A. Menatap kehadiran Li Bai setengah tak percaya. Li Mei tak berkedip, Li Bai sangat tampan hari ini. Hatinya sampai deg-degan melihatnya! Li Mei terpesona. "Rupanya kau masih suka dengan kegantenganku ya sayang?" Li Bai mendekat lalu tangannya mencolek dagu Li Mei nakal sampai cewek itu menepisnya kuat. "Jangan sentuh aku! Mantan pacar!" seru Li Mei berang, biarlah seisi kelas tau kalau Li Bai mantannya. "Mantan?" kedua alis Li Bai mengernyit. "Kau sendiri yang memutuskan hubungan ini. Bukan aku, jadi kita belum putus. Karena aku belum setuju dengan pengajuanmu itu. Mengakhiri tanpa ada alasan yang jelas." "Oh, jadi yang meminta putus itu Li Mei?" "Tega sekali." "Kasihan Li Bai. Dia laki-laki yang tulus." Bisik-bisik dari beberapa teman sekelasnya itu membuat Li Mei geram dibuatnya, apa-apaan ini mereka membela Li Bai? Jelas ialah yang menjadi korbannya! Dasar tukan bohong! serunya dalam hati. "Yang di katakan oleh Li Bai itu salah! Dia yang membuatku sakit hati karena berbohong. Pria macam apa dirimu? Saat aku meneleponmu berulang kali di bawah guyuran hujan dekat halte, justru kau masih enak-enakan berdua dengan Ling Ling di lapangan marathon?" Li Mei memberikan pernyataan agar semua temannya tidak memihak pada Li Bai, enak saja cowok itu di bela. Li Bai tertawa renyah. "Apa? Kau menuduhku selingkuh? Li Mei sayang, Ling Ling adalah sepupuku. Kau salah paham, adikmu kurang becus menyampaikan informasi yang jelas." Ya, Li Mei tau itu. Tapi hatinya sudah terlanjur kecewa, duri yang menancap tak bisa hilang setelah luka itu mulai hadir sebelum ada yang bisa mengobatinya. "Ada apa ini? Kenapa ramai sekali?" seorang guru perempuan memasuki kelas. Semuanya pun kembali duduk ke tempatnya. Li Mei bernafas lega, akhirnya selesai juga aksi intrgogasi ini. Ia sudah muak dengan Li Bai, dia memang bermuka dua demi menjaga image-nya. *** Bel pulang berbunyi sekitar 5 menit yang lalu, Li Mei mempercepat menulis dan menyalin catatan yang ada di papan tulis, karena Li Bai belum beranjak juga dari duduknya. Jika memang menunggunya, Li Mei harus segera mungkin untuk pulang daripada mendapatkan tawaran oleh Li Bai. Xia Er dan Chu Yinyin juga menunggu sampai Li Mei selesai. "Nampaknya kau terburu-buru sekali," suara Li Bai yang mendekat itu membuat Li Mei terperanjat kaget sampai pensilnya terjatuh. Li Mei berdecak kesal. "Lalu apa maumu? Pergilah dan pulang!" usirnya ketus dan galak. Li Bai menggeleng. "Lagipula kau pulangnya pasti jalan kaki lagi kan? Lebih baik pulang bersamaku saja. Naik mobil, terhindar dari-" "Terhindar dari wanita gatel? Atau genit. Sampai melupakan aku!" Li mei menyela dengan cepat, tatapannya begitu sinis melihat wajah tengil Li Bai. "Hanya kau satu-satunya aku-" "Ayo. Males disini. Sepertinya kekasihku menunggu di depan," menekan kata kekasih, membanggakan Chen miliknya. Li Mei sudah meminta pria cool itu untuk menjemputnya ke sekolah. "Memangnya pacar pura-puramu itu mau?" Tak ada sahutan. Li Bai menggeleng pilu. Li Mei adalah ratu drama. *** Di gerbang Qinteng, Li Mei menunggu mobil Chen datang. Dengan sabar dan tabah Li Mei rasanya ingin cepat pulang ke rumah. Chu Yinyin yang melihat ketidaknyamanan dan wajah gusar Li Mei pun mengerti. "Bersabarlah. Chen-mu akan datang sebentar lagi." "Ngomong-ngomong, kau semakin dekat saja dengan Chen. Apa benar kalian sudah berpacaran?" tanya Xia Er masih ragu-ragu. Tidak mungkin seorang Li Mei mendapatkan kekasih baru dalam waktu yang singkat. Tadi juga Li Bai mengatakan bahwa itu hanyalah berpura-pura. Li Mei mengangguk. "Pasti. Karena Chen juga menerimaku dengan tulus. Dia sangat menyayangiku." "Jangan percaya!" lagi-lagi suara Li Bai itu mengusik ketenangan hati Li Mei. Mau sampai kapan mantan pacarnya itu menghilang? "Percayalah. Aku mencintaimu," sahutan suara bass Chen itu membuat hati Li Mei luluh dan merasa baper. "Sayang?" Li Mei tanpa ragu memeluk Chen. Semua siswa Qinteng yang masih berkeliaran di halaman melihat itu tidak percaya. Pacar Li Mei adalah orang kaya di kota Guangzhou! "Ayo kita pulang. Cuaca hari ini mendung. Kalau hujan kamu pasti sakit," Li Mei memberikan perhatian manis pads Chen. Dan respon laki-laki tampan itu tersenyum! "Yah. Kau sih! Kenapa bilang akan hujan?" Chu Yinyin mengeluh kesal. Seragamnya sekarang basah kuyup karena guyuran hujan yang langsung deras menimpanya. Li Mei terkekeh. Itu adalah kesialan Chu Yinyin karena hanya mempunyai satu seragam. Chen menatap pilu dan kasihan sahabat Li Mei. "Bagaimana kalau kalian memakai jas hujanku? Sebentar," Chen mengambilnya di dalam mobil. Chu Yinyin merasa spesial. "Aduh, romantis sekali. Andai saja dia itu pacarku!" Xia Er berdecak kesal. Rupanya kehaluan Chu Yinyin datang kembali. "Ini," Chen memberikannya pada Chu Yinyin. "Semoga seragamu besok segera kering." Sampai tak berkedip, Chu Yinyin mengangguk patuh. Pesona Chen memang tak bisa di tolak. "Ayo masuklah," Chen menatap Li Mei yang berdiri anteng seperti patung kucing selamat datang. Li Mei tersadar dan tersenyum kikuk. Ia tertangkap basah menatap Chen dalam lamunannya. Di mobil, Li Mei hanya bisa diam tak bersuara. Apa yang harus di bicarakan dengan Chen? Ia tak mempunyai topik menarik hari ini. Chen melajukan mobilnya. Matanya hanya fokus pada jalan raya yang basah. Hujan deras ini memang membuat kota Guangzhou mencapai suhu dinginnya. Tapi di tengah jalan, mobil Chen berhenti. Chen mencoba menyalakan lagi. Namun gagal. "Kenapa?" tanya Li Mei penasaran. Jangan-jangan mogok? batin Li Mei menduga, lalu bagaimana ia bisa pulang? Jalan kaki saja masih jauh. "Lebih baik kita jalan kaki saja. Mobil ini mogok. Aku lupa kapan terakhir kali mengecek mesinnya" jawab Chen dengan santainya. Berbeda dengan Li Mei yang gelisah di tempatnya. Di tengah jalan dan hujan deras? Jalan kaki? Li Mei tak habis pikir dengan Chen, mengapa sampai lupa? Apakah pikirannya selalu di penuhi oleh bisnis dan pacarnya itu? Li Mei jadi kesal sendiri, besok ia pasti demam tinggi karena terlalu lama di bawah guyuran hujan. Merasakan tak ada pergerakan di sebelahnya, Chen memerintahkan Li Mei segera turun dari mobilnya. Tapi remaja bandel itu menolaknya. Chen tidak mengerti kenapa Li Mei langsung marah dan cemberut. "Oh, tenang saja. Aku membawa satu payung. Jangan khawatir, kau akan aman dan tidak kehujanan," Chen langsung peka. Mengambil payung di jok belakangnya. Chen turun terlebih dahulu. Membuka pintu mobil dimana Li Mei masih duduk seperti ratu yang mulia. "Kita jalan bersama. Kemarilah, jangan terlalu jauh dariku. Atau seragam milikmu menjadi basah," suara Chen yang melembut itu membuat Li Mei tenang dan menurut. Li Mei mendekat pada Chen, jarak keduanya tidak ada. Jas hitam dan seragam merah muda itu menempel. Li Mei sedikit canggung dengan detak jantung yang tidak beraturan, berbeda dengan Chen tenang melebihi arus air. "Lalu, mobilmu bagaimana? Apakah ada yang mencurinya?" Li Mei tidak ingin membuat kerepotan pada Chen. Mobil mahal itu siapa juga yang tidak tergiur di biarkan di tengah jalan? "Nanti, asistenku akan mengurusnya." 'Enak juga ya menjadi orang kaya. Mobil punya, asisten juga. Uang pun selalu ada dan selalu tercukupi. Huh, kapan aku bisa seperti Chen?' batin Li Mei memikirkan mimpi di masa mendatang. Kehidupannya yang miskin dan selalu kekurangan. Chen yang merasa di perhatikan pun melihat Li Mei. "Ada apa? Aku memang tampan bukan?" Wah! Chen langsung percaya diri dan kembali ke mode angkuhnya. Iya, Li Mei mengakuinya, tapi itu karena Chen perawatan! "Hm," jawab Li Mei hanya bergumam malas. "Apakah kau yang mengumumkan hubungan drama ini di sekolah?" Seketika Li Mei menghentikan langkahnya. Apa yang harus ia jawab? Tidak, karena akting? Bukan, tapi sebagai bentuk balas dendamnya pada Li Bai yang sudah menyakiti hatinya. Sangat mengecewakan, batin Li Mei. "Eum-itu. Karena aku memang tulus mencintaimu," Li Mei sampai memejamkan matanya, takut Chen langsung marah dan membuatnya celaka. Tapi kekehan itu membuat Li Mei yang tadinya takut berubah menjadi kesal. Kenapa malah senyum? Dimana letak salahnya? "Kau gila," gumam Li Mei lirih, tapi pendengaran Chen yang masih berfungsi itu tau. "Gila karena mencintaiku?" senyuman Chen menggoda. Bibir merah muda dan tipis itu membuat pikiran Li Mei berkelana jauh dan aneh. Sampai Li Mei tak bisa mengontrolnya dan mencium Chen. "Ha?" Chen terperangah kaget. Li Mei sang pemberani. Tapi ada getaran aneh di hati Chen ketika bibir yang lembut itu menempel di pipinya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN