7. Untuk Chen

1338 Kata
Chen memandangi wajah Li Mei yang begitu damai seperti arus laut tanpa melibatkan ombaknya. Wajah polosnya membuat hati Chen tenang. Beberapa saat Chen tersadar, kenapa ia harus mengagumi wajah Li Mei? Untuk apa? Sebisa mungkin Chen menetralkan pikirannya dari gadis itu. "Aku masih mencintai Fang Yi sampai kapan pun. Hanya dia yang selalu ada di hatiku. Tak bisa tergantikan oleh wanita manapun," monolog Chen dingin, seharusnya perasaan aneh yang sama ini tidak perlu ada untuk Li Mei. Dia bukan siapa-siapa dan hanya seorang teman biasa tidak lebih dari itu. Chen memeriksa ponselnya. Sama sekali tidak ada pesan dari Fang Yi, bahkan tanda-tanda online dari gadisnya itu tidak ada. Apa Fang Yi se-marah itu hanya karena Li Mei menjadikannya kekasih pura-pura atau pengganti? Entahlah, Chen tak ingin berpikir terlalu jauh. Sangat rumit melebihi jeratan jerami menemukan jarumnya yang tertinggal. "Tidurlah. Tugas matematikamu selesai. Aku pamit pulang," Chen beranjak dari duduknya, saatnya pulang. Tugasnya selesai membantu Li Mei yang sedang kesulitan dalam mata pelajarannya. *** "Kakak! Bangunlah! Sudah malam ini. Kau belum mandi juga. Dasar bau!" Xiao Mei mengguncang bahu Li Mei hingga kakak-nya itu menggeliat dengan bergumam tidak jelas. Pasti mengigau sedang bermimpi. "Ada apa sih? Mengganggu saja. Jangan merusak suasana tidur nyenyak ku!" Li Mei kembali memejamkan matanya, kantuknya begitu berat sehingga ingin melanjutkan tidurnya lagi. "Ok. Akan aku panggilkan ayah jika kakak tidak bangun sekarang juga," Xiao Mei menarik nafasnya bersiap teriak memanggil ayahnya melaporkan Li Mei yang susah di bangunkan. "AYAH!" Li Mei terbelalak. Menatap Xiao Mei tajam. Adiknya itu selain pengadu juga usil. "Diam kau! Lihatlah, bangun dengan mata terbuka bukan terpejam!" bantah Li Mei ketus, adiknya itu tidak tau perbedaan sedikit pun. Ia jadi kesal sendiri. Xiao Mei tersenyum penuh kemenangan. "Ada yang sedang jatuh cinta. Setelah di sia-siakan sekarang membuka hati dengan kakak Chen. Wah, pilihanmu sangat tinggi sekali. Bahkan aku saja kalah," Xiao Mei berkecil hati, menurutnya Chen selain tampan juga kaya dilihat dari mobil yang berharga jutaan atau bisa melebihi miliyar Yuan. Li Mei berdecak kesal. Lihatlah adiknya itu, menggoda dan salah paham. Chen hanyalah kekasih pura-pura bukan sebenarnya! "Memangnya kenapa kalau aku jatuh cinta lagi? Dia itu baik, dan tidak pembohong handal seperti Li Bai! Ling Ling tidak ada apa-apanya untuk diriku," ucap Li Mei dengan amarah yang memuncak, nafasnya memburu karena mengingat hal itu saja rasa cemburu berkobar memanas melebihi sang jago merah. "Tidak ada salahnya. Ling Ling hanyalah anak sosial kelas terakhir, sama seperti kita kak. Mungkin mereka sudah menjalin hubungan itu diam-diam di belakangmu," ujar Xiao Mei menurut pendapatnya. Ling Ling bukan gadis yang tepat untu Li Bai, mereka itu masih sepupu tidak seharusnya ada perasaan saling jatuh cinta. "Kak, sarapan malam hari sudah siap dibawah. Ayah dan ibu menantimu," Xiao Mei berlalu pergi. Sedangkan Chen saat sampai di rumah, ia dimarahi oleh Liang Chu ibunya. Karena menyakiti Fang Yi, ah perempuan itu telah mengadu rupanya. "Kalau Fang Yi sampai membatalkan kerja sama antarperusahaan kita bagaimana? Pikirkan baik-baik Chen! Dia itu harta satu-satunya di keluarga kita untuk menolong saham yang semakin defisit dan hampir bangkrut, tidak ada modal balik karena ayahmu itu tidak becus mengurus keuangannya sendiri," amarah Liang Chu semakin memuncak. Di benaknya itu hanya menerapkan gold. Chen menggeleng heran. Inilah keluarga aslinya, di depan publik bersikap seperti harmonis namun di belakang sandiwara bermuka dua itu terlalu banyak masalah hidup. Sangat terbalut rapi hingga tak bisa ada yang melihat kebohongan itu. "Ma, aku mencintai Fang Yi dengan tulus. Tidak ada maksud lain seperti cantik atau pun kaya. Semua itu tak ada gunanya," Chen mencoba menyuarakan isi hatinya yang selama ini terpendam tak bisa di kiaskan. "Baiklah. Kalau kau tau suatu hal tentang penyebab ayahmu menjadi berubah sekarang hanyalah satu," Liang Chu menjeda ucapannya sejenak. Ia menarik nafas dalam-dalam menetralisir amarah yang tengah berkobar hebat. "Karena ayahmu memikirkan hutang seseorang yang belum terbayarkan. Dan itu jumlahnya tidaklah sembarangan Chen. Kita masih mencari tau keberadannya dimana," jelas Lien Hua agara Chen tau permasalahan ini. "Sudah berapa lama?" Chen ingin tau, ia tertarik dengan obrolan ini. Siapakah orang yang berani berhutang pada ayahnya? Memangnya sanggup membayar sekian Yuan dalam satu waktu yang begitu singkat? "Lima tahun yang lalu. Makannya mama hanya ingin yang terbaik untukmu. Terutama soal pendamping hidup. Dia harus kaya dan cantik seperti Fang Yi," Lien Hua mendukung kuat Fang Yi untuk Chen, anaknya. Chen sedikit senang karena ia masih di restui hubungannya dengan Fang Yi. *** Istirahat di Qinteng terutama kantin sangat padat dan ramai. Termasuk Li Mei yang memiliki bentuk tubuh mungil dan pendek itu jadi kewalahan diantara kerumunan banyak siswa yang mengantri membeli makanan atau minuman. Xia Er yang merasa paling tinggi daripada Li Mei itu membantu untuk berteriak manisan rujak buah pada ibu Yan. "Aku dulu! Manisan rujak buahnya empat!" Xia Er berteriak penuh semangat sampai mengalahkan suara para siswa lain yang tidak jelas seperti dengungan lebah. "Itu suara kenapa menyakitkan sekali?" "Aduh, telingaku sakit!" Begitulah beberapa keluhan para siswa yang berada di dekat Xia Er. Suara yang membahana seperti pantulan gema pada sang bukit. Xia Er menunjukkan senyuman cerianya pada Li Mei. Manisan rujak buahnya sudah di dapatkannya. "Xie xie," Li Mei sangat berterimakasih dengan Xia Er. "Memangnya untuk siapa? Kau makan sendiri ya?" tanya Xia Er ingin tau, sedikit mencurigakan karena Li Mei terus-terusan mengukir senyumannya. "Ada deh." Tapi Xia Er tau pasti untuk Chen, baguslah jika Li Mei mau membuka hati lagi dan percaya dengan cinta. Entah Chen mau menghargai perasaan Li Mei setulus ratu kepada rajanya tanpa berniat memalingkan diri demi para selir-selir anggun cantik menawan. *** Kebiasaan Li Mei setelah bel pulang Qinteng berbunyi, ia memilih jalan kaki saja agar bisa bertemu dengan Chen kembali meskipun hanya dugaan dan sekedar menebak, tapi Li Mei yakin Chen akan datang untuknya. Langkahnya itu mengayun menapaki jalanan Guangzhou yang kini di padati kendaraan berlalu-lalang. Suara klakson itu, Li Mei tersenyum penuh harap pasti itu adalah Chen yang akan mengantarkannya pulang. Benar saja, mobil mewah dan penuh kemegahan dengan design-nya itu berhenti. Kaca mobil terbuka menampilkan si angkuh Chen. Pesona-nya bisa membius para wanita dalam kedipan mata secepat flash. "Ayo. Aku selalu mengantarkanmu pulang. Dan itu gratis tanpa di pungut biaya," Chen memerintah tegas seolah itu harus di patuhi. Li Mei mencibir, jelas saja gratis karena Chen telah berjanji pada ibunya kemarin. Jika selain itu, Chen pasti enggan melaksanakannya. Li Mei duduk di kursi depan tentunya. Lalu membuka tas dan memberikan manisan rujak buah itu kepada Chen. Kedua alis Chen bergelombang mengernyit. "Terimalah. Manisan dariku sebagai tanda terima kasih karena menyelesaikan tugasku," suara Li Mei yang lembut dan penuh ketulusan itu meyakinkan Chen dan akhirnya menerima manisan itu. "Terima kasih," Chen tak menyangka ternyata Li Mei begitu baik. Andai saja Fang Yi sama seperti gadis SMA di sebelahnya ini. Semua itu hanya mimpi. Setelah sampai, Chen tidak mau mampir karena harus kembali ke kantornya. Li Mei tersenyum menatap kepergian mobil Chen yang semakin mengecil. Jawaban yang diberikan Chen tadi tidak masuk akal menurutnya, apakah pria itu masih bekerja? Kenapa bisa rela menjemputnya? Li Mei tak mau ambil pusing memikirkannya. Di ruangan pribadinya dan duduk kursi kebesaran, Chen membuka bingkisan pemberian dari Li Mei. Chen begitu terkejut ternyata manisan? "Pengertian sekali dia. Kebetulan dengan aku yang sedang lapar," Chen menikmati cita rasa dari manisan itu. Enak, manis, juga lezat. Ah, memang semuanya enak termasuk manisan ini adalah makanan favorit Chen sejak kecil. Li Mei tau saja. Sebuah pesan dari nomor tak dikenal itu membuat Chen heran, siapa yang bisa mendapatkan nomornya dengan mudah? Itu sangatlah bersifat privasi dan tidak bisa di publikasikan. +601123xxxx Bagaimana? Manisan rujak buahnya enak? Tuan Chen suka? Li Mei, Chen menyimpan nomor si gadis cerewet itu. Semula Chen ingin marah namun teredam setelah Li Mei bertanya penuh perhatian. Me Enak, kalau bisa selalu bawakan manisan ini untukku jika kau tidak keberatan. Chen begitu mencoba pertama kali saja dibuat jatuh cinta dengan cita rasanya. Li Mei memang pandai menyihir perasaannya. Li Mei Siap! Jangan lupa simpan nomorku ya Tuan Chen Chen tidak begitu tau mengapa Li Mei menuliskan titik dua beserta tanda kurung sebagai peng-ekspresian sedih. "Kau sungguh unik Li Mei," senyuman di bibir Chen tertarik sempurna bak bulan setengah dari sabitnya. "Sayang!" seruan suara dari Fang Yi yang memasuki ruangannya itu melunturkan senyuman Chen. Kenapa Fang Yi cepat menjadi baik? Dimana kemarahan wanitanya itu? Mata indah musim dingin Fang Yi itu menatap sebuah bekal yang di pegang oleh Chen. Pikirannya bertanya-tanya dari siapa. "Makanan dari temanmu ya?" Fang Yi menebak. Chen mengangguk. "Iya," jawabnya singkat tanpa ingin memberitahu siapa sebenarnya. Jika jujur itu dari Li Mei, Fang Yi akan marah kembali dan menyalahkannya. Chen tidak ingin hal itu terjadi, ia hanya ingin hubungannya dengan Fang Yi baik-baik saja. "Yang benar dari temanmu?" Fang Yi menyipit curiga. Chen mengangguk tapi diam tak menjawab lagi. Daripada ia salah dalam berkata. Tapi Fang Yi yakin jika bekal itu pasti dari seorang wanita. Fang Yi ingin tau siapa. 'Apa aku cek saja melalui CCTV kantor?' batinnya. Ingin memantau Chen bertemu dengan siapa di depan lobi kantor. Biarkan saja ia terlalu kepo tapi Fang Yi melakukan ini karena takut Chen berpaling dan selingkuh memilih wanita lain dengan mudahnya. Fang Yi tak bisa berpikir jernih hubungan yang lama bisa hancur hanya karena orang baru memberikan kenyamanan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN