Kean gagal mengadakan praktek gaya baru dengan istrinya, melihat kedua iblis kecil yang merengek minta tidur dengan mereka berdua dan tidak mau tidur di kamar mereka. Ayin sebagai Mama yang sangat baik dan tidak tega pada anaknya, membolehkan kedua anaknya untuk tidur mala mini di kamar mereka.
Kean mendesah kasar, sudah sangat berharap bisa melaksanakan malam penuh berkeringat dengan istrinya, namun, harapannya harus pupus sudah akibat ulah kedua anaknya. Mana jaraknya dengan Ayin sekarang semester lagi. Bagaimana Kean mau nyentuh bagian tubuh istrinya.
“Besok malam juga masih bisa,” ucap Ayin, agar Kean tidak kesal terus dengan ulah kedua anak mereka.
Kean mendesah kasar dan turun dari ranjang, menghampiri Ayin dan menarik tangan istrinya untuk ikut dengannya. Percuma saja Kean membeli rumah milyaran rupiah dan banyak kamar dalam rumahnya, kalau tidak bisa dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Biarkan kedua anaknya tidur di kamar mereka, maka Kean akan mencari kamar lain untuk melakukan malam yang sangat panas dengan istrinya.
“Kita mau ke mana? Anak-anak tinggal sendirian nanti,” ucap Ayin, namun, tetap mengikuti langkah suaminya.
Kean berdecak, Ayin masih saja membahas kedua bocah itu. Alasan mereka saja yang takut dengan hantu dan tidak berani tidur di kamar mereka. Padahal Kean menjamin, kalau itu hanya akal-akalan kedua anaknya yang ingin mengganggu mereka.
“Mereka udah gede. Nggak bakalan kenapa-kenapa adik kecilku yang akan kenapa-kenapa, kalau kamu nggak segera mengurusnya dan memanjakannya.”
Ayin memutar bola matanya, pikiran suaminya ini tidak jauh-jauh dari hal m***m. Padahal mereka juga sudah melakukannya tadi sore, dan sekarang suaminya itu minta lagi. Kean memang tidak pernah puas padanya dan Ayin mensyukuri itu. Kalau sampai Kean bosan padanya dan mencari wanita lain, Ayin tidak akan segan-segan memotong kejantanan Kean.
Kean membuka pintu kamar yang terletak di lantai satu dan itu kamar untuk tamu—yang sekaranf Kean manfaatkan kamar untuk dirinya dan Ayin mengungsi dari iblis pengganggu.
Kean mendorong tubuh Ayin pelan ke atas ranjang, dan menatap istrinya dengan tatapan mesumnya. Ayin yang melihat tatapan m***m dari Kean mendengkus, dari zaman mereka masih pacaran dulu sampai sekarang Kean selalu memberikan tatapan m***m padanya.
“Kau sangat cantik, aku jadi ingin membuatmu mendesah sekarang juga,” bisik Kean di telinga Ayin dan menjilat telinga Ayin sensual.
Ayin menggigit bibirnya menahan desahannya, agar tidak keluar hanya karena sebuah jilatan yang diberikan oleh Kean pada telinganya. Hanya sebuah jilatan, sudah memberikan sebuah efek yang sangat untuk Ayin. Ayin memang selalu sensitif dengan sentuhan Kean padanya.
Kean menyungingkan senyumannya, melihat Ayin menahan desahannya. Kean tidak akan membiarkan istrinya menahan desahannya lebih lama lagi. Kean menunduk dan mencium bibir istrinya, yang selalu menggoda untuknya. Kean melumat dan mengeksplor rongga mulut Ayin dan membuat Ayin melingkarkan tangannya di leher Kean.
Ayin membalas ciuman Kean, dan mengeluarkan suara desahan ketika merasakan tangan Kean menangkup dadanya. Kean meremas d**a Ayin, dan memancing hasrat Ayin yang sudah mulai muncul semenjak Kean menjilat telinga Ayin.
“Aku suka suara desahanmu. Hanya suara desahanmu yang sangat aku suka, jangan pernah menahannya dan melihatkannya pada orang lain,” ucap Kean, menelusuri leher jenjang milik Ayin menggunakan tangannya.
Kean ingin membuka gaun tidur Ayin, namun, ia harus mengurungkannya ketika mendengar gedoran pintu kamar dan suara dua bocah iblis yang memanggil Ayin. Ayin yang mendengar suara anaknya memanggil, segera mendorong Kean dan berlari menuju pintu kamar.
Ayin membuka pintu kamar, dan tersenyum pada kedua anaknya. “Kalian ngapain di sini? Kalian tidak tidur?” tanya Ayin pada kedua anaknya.
Gavin dan Gaven menggeleng, menatap tajam pada Papa mereka yang pasti membawa Mama mereka kabur dari kamar. Mereka tadi terbangun dan mencari Mama mereka, namun, tidak menemukannya dalam kamar. Akhirnya mereka menjelajahi rumah mereka yang besar ini selama tiga puluh menit dan menemukan Mama mereka di sini bersama dengan Papa mereka.
“Kami terbangun. Mama kenapa ada di sini? Pasti diajak kabur sama Papa,” ucap Gavin langsung menuduh Papanya.
Kean balik menatap tajam kedua anaknya. Demi kejantanannya yang masih menegang, Kean sangat kesal dan ingin marah pada kedua anaknya sekarang. Kean ingin menjual anaknya atau memasukkan anak-anaknya ke dalam karung dan membuangnya.
“Kalian jangan asal nuduh. Papa dan Mama mau bermesraan, tapi, kalian malah ganggu Papa dna Mama!”
Gavin dan Gaven menatap pada Mama mereka, dan meminta jawaban atas ucapan dari Papa mereka. Ayin tersenyum dan mengusap lembut rambut kedua anaknya.
“Tadinya iya. Kalian udah datang, jadinya kita tidur sama-sama aja sekarang ya,” ucap Ayin, membawa kedua anaknya ke atas ranjang.
Gavin dan Gaven menggeleng, mereka punya rencana yang akan membalas Papa mereka. Karena sudah berani membawa Mama mereka kabur dan membuat mereka mencarinya selama tiga puluh menit lamanya. Mereka lelah mencari Mama mereka.
“Kami mau tidur sama Mama aja, Papa suruh balik ke kamarnya aja,” ucap Gaven merajuk dan diangguki oleh Gavin.
Kean yang mendengar ucapan anak-anaknya tidak terima. Enak saja mereka mengusir dirinya,s seharusnya mereka yang tidur di kamar mereka dan tidak mengganggu dirinya. Padahal Kean sudah punya misi untuk membuat sekutu sebelah dirinya dan akan membela dirinya. Lihat saja nanti, kalau dirinya punya sekutu yang cantik dan melawan sikembar. Kean akan habis-habisan mem-bully sikembar.
“Kalian saja yang tidur di kamar kalian, biarin Mama dan Papa tenang tanpa gangguan dari kalian,” ucap Kean.
Gavin dan Gaven menggeleng, mereka tidak akan mau tidur di kamar mereka. Mereka mau bermanja dengan Mama mereka dan mengusir Papa mereka mala mini saja.
“Mama itu milik kami. Papa pergi sana, jangan Ganggu kami terus!”
Kean berkacak pinggang, tidak bisa dibiarkan dua bocah sialan ini. Sudah mengganggu malam yang panjangnya dengan Ayin malahan sekarang mengusir dirinya.
“Mama itu istri Papa. Kalian yang pergi dari sini!”
“Papa yang pergi.”
“Kalian yang pergi.”
“Papa.”
“Kalian.”
“Papa.”
“Kalian.”
Ayin yang mendengar perdebatan antara anak dan suaminya, mendesah kasar dan menatap pada Kean untuk menuruti permintaan sikembar. Sampai rambut Kean penuh uban dan tidak mau mengalah, mereka tidak akan bisa tidur untuk malam ini, kalau tidak ada yang mengalah.
“Mas, kamu pergi ke kamar sana. Biarin anak-anak tidur sama aku mala mini. Besok malam mereka nggak akan minta tidur sama aku lagi.”
Kean yang mendengar ucapan istrinya, mendesah kasar dan tidak bisa membantah. Mungkin dirinya memang termasuk golongan ‘suami takut istri’ atau ‘suami nurut kata istri’ Kean keluar dari kamar tamu dengan lesu dan kembali ke kamarnya. Terpaksa malam ini bagaikan bujangan tanpa istri, dengan hanya bisa memeluk bantal dan tidak bisa memeluk istrinya.
Gavin dan Gaven tersenyum senang, karena menang dari Papa mereka. Rasain. Siapa suruh tidak mau membelikan mereka tablet baru. Kan tahu rasa tidak bisa memeluk Mama mereka saat tidur.
*olc*