Haris menatap cengah pada ketiga pria yang sedang berada di depannya ini, dan membicarakan hal yang sangat tabu, tapi, mereka sangat asik membahasnya. Membahas video yang terbaru dan berbagai macam gaya yang akan dipratekkan pada istri mereka. Haris heran, kenapa tidak cari saja gaya sendiri dengan istri mereka dan tidak perlu menonton video j*****m ini.
“Ris, lo kagak mau ikutan buat nonton video barunya?” tanya Kean, menatap pada Haris dan memerlihatkan laptopnya pada Haris.
Haris mendengkus, namun, tidak urung juga melihatnya sedikit. Hanya sedikit. Haris datang ke markas mereka ini, hanya karena dipaksa oleh Kean. Padahal kerjaan Haris sangat banyak, kerjaan bermanjaan dengan istrinya seharian.
Setelah mereka menikah, bukan berarti mereka tidak punya markas lagi. Mereka masih punya markas dan terlibat alam hal-hal negatif. Namun, bedanya markas mereka sekarang sangat bagus sebelum mereka punya pekerjaan yang mapan dan punya istri dan anak.
Markas mereka terleta di ruang bawah tanah hotel milik Kean. Tidak ada yang tahu markas ini, istri mereka juga tidak mengetahuinya. Mereka tidak mau para wanita rempong dan suka mengomel itu tahu apa yang mereka lakukan di markas. Mereka hanya mengetahui kalau suami mereka berkumpul dengan temannya.
“Gila! Itu kulit mbaknya putih banget. Gue jadi kangen bini gue!” ucap Rembi heboh, melihat wanita yang berada di dalam video dewasa yang mereka tonton.
“Iya, aduh, gue mau pulang sekarang dan narik Manda ke atas ranjang!” timpal Gary, sudah mula mengkhayal ia menyentuh istrinya sendiri.
Kean melempar Rembi dan Gary bergantian dengan kulit kacang yang sudah tidak ada isinya. “Lo berdua jangan horni di sini! Nanti malam aja lo berdua horni ama bini lo!”
Rembi dan Gary menatap tajam pada Kean. Nyesal mereka memberi video terbaru ini pada Kean dan menjualnya pada Kean. Dulu mereka bisnis pencuri celana dalam. Sekarang mereka bisnis video dewasa. Lumayan, untuk nambah-nambah penghasilan mereka beli bakso.
“Kampret lo! Nanti kami punya video baru lagi, nggak bakalan dijual ama lo!” ucap Rembi ketus.
Kean mengedikkan bahunya. “Palingan gue sodorin uang dua puluh juta mata lo langsung ijo.”
Rembi dan Gary mengangguk, mereka mau menjual video dewasa yang mereka jual pada Kean, karena Kean membelinya dengan harga yang sangat mahal. Siapa yang bisa menolak uang. Tapi, habis itu mereka juga membelikan anak Kean barang dari hasil jual video mereka pada Papa dua bocah iblis itu.
“Lo memang the best. Langganan ama kita terus yak, buat beli video penuh dosa!” ucap Gary tertawa diikuti oleh Rembi.
Kean mendengkus mendengar ucapa pria laknat itu. Kean mengalihkan tatapannya pada Haris, sahabatnya yang satu ini, dari zaman purba kala sampai sekarang masih saja lurus-lurus dan tidak pernah nakal seperti mereka semuanya.
“Gimana kabar anak panti? Gue denger ada orang kaya yang mau gusur panti.”
Haris menatap pada Kean dan mengangguk, panti tempatnya tinggal dulu sekarang dituntut oleh keturunan orang yang punya tanah. Haris sedang mengurusnya sekarang dan belum selesai sampai sekarang. Padahal suratnya sudah milik panti semuanya. Masih saja orang tamak dengan harta dan tidak memikirkan ratusan anak yatim yang tinggal di panti tersebut.
“Gue lagi ngurusnya sekarang. Walaupun orang kaya itu sudah bekerja sama dengan pihak berwajib, gue bakalan tetap nggak akan nyerahin panti itu sama mereka.” Haris mengepalkan tangannya, tidak mau panti yang sudah berdiri kokoh selama puluhan tahun dan digusur begitu saja. Padahal tanah itu sudah milik panti sepenuhnya.
Kean mengangguk, “kita bakalan selesain ini bersama. Kalau perlu beri pelajaran ama orang yang nggak punya hati kayak mereka,” ucap Kean, menarik perhatian ketiga sahabatnya.
Rembi dan Gary tersenyum penuh semangat. Mereka sudah lama, tidak bermain-main dengan orang yang kejam dan tidak punya hati. Mereka ingin merasakan sensasi menyiksa, mendengar jeritan kesakitan, dan yang paling penting mendengar mereka meminta ampun.
“Wah, udah lama kita nggak bersenang-senang kayak gini. Bakalan senang banget liat mereka kesiksa,” ucap Remvi.
Haris mendesah kasar, namun, ia mengangguk. Haris dulu memang sedikit penakut, tapi, sekarang dirinya ikut dengan Kean untuk menyiksa orang-orang yang tidak punya hati sama sekali. Haris akan maju dan akan menjadi kaki tangan Kean.
“Lo kasih tahu siapa orang itu, nanti gue bakalan suruh beberapa orang gue buat culik dia,” ucap Kean.
Haris mengangguk, dan mengeluarkan ponselnya dan mengirim email pada Kean, foto dan nama orang yang telajh mengusik ketenangan panti mereka. Kean merasakan ponselnya bergetar mengangguk, mereka akan menuntaskan semuanya. Walaupun mereka dapat membeli tanah yang baru dan membuat bangunan panti dalam sekejap, namun, mereka tidak akan membiarkan apa yang sudah menjadi hak panti diambil begitu saja.
“Udah kalian salin semua’kan vidonya?” tanya Kean pada Rembi dan Gary, kedua pria itu mengangkat jempolnya dan mengatakan beres pada Kean.
“Tinggal lo transfer duitnya sekarang,” ucap Gary menyengir.
Kean mengangguk dan mengotak-atik ponselnya untuk bayar lunas atas video yang dijual oleh dua pria itu.
“Udah gue transfer. Jangan lo berdua beliin anak gue mainan dengan uang itu, gue nggak mau anak gue makai uang haram dari kalian.”
Gary dan Rembi menyeringai pada Kean. “Bapaknya juga beli yang haram. Jadi anaknya, nikmatin uang dari hasil barang yang dibeli oleh Bapaknya.”
Kean menatap pada Gary dan Rembi, nyesal dirinya beli video tidak bermutu itu dari Rembi dan Gary. Namun, Kean juga tidak pernah berhenti membeli video laknat itu dari Rembi dan Gary, soalnya Kean punya gaya-gaya baru yang akan dipratekkan pada istrinya.
“Sialan lo berdua!” Kean melempark kembali kulit kacangb itu pada Rembi dan Gary.
Rembi dan Gary tertawa terbahak mendengar ucapanb Kean, mereka memang sangat sialan. Tapi, lebih sialan Kean yang mau saja membeli video itu pada mereka. Lagian, Rembi dan Gary tidak memaksa Kean untuk membeli videonya. Palingan mereka cuman rayu Kean untuk membeli video yang mereka jual.
“Lo yang lebih sialan.”
Haris menggeleng, dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang berada di markas mereka. Membiarkan ketiga sahabatnya untuk menonton video sialan itu kembali, dan mengatakan mereka rindu istri mereka. Haris juga rindu istrinya, tapi, ia enggan untuk beranjak dari sini dan pulang ke rumah. Menemani sahabat-sahabatnya di sini beberapa jam tidak masalah sama sekali.
Apalagi mereka juga tidak mengganggu, hanya suara desahan dari laptop Kean yang mengganggu. Desahan yang terus bermunculan dari laptop Kean, dan membuat Haris menutup telinganya dan berdoa ini segera berakhir.
*olc*