Kean tersenyum senang melihat istrinya yang terus mendesah di bawahnya, ia tidak melewatkan seincin pun tubuh istrinya. Tubuh istrinya selalu indah dan membuat Kean tidak pernah bosan melihat dan menelusuri tubuh istrinya.
Setelah pulang dari rumah Gary tiga jam yang lalu, Ayin menepati janjinya , mandi, dan menidurkan kedua anak mereka. Walaupun menidurkan dua bocah nakal itu sangat sulit, namun, kalau Ayin yang bertitah tidak akan pernah membuat kedua bocah nakal itu membantah.
Kean sangat kesal melihatnya, coba saja kalau Kean yang menyuruh kedua anaknya untuk tidur, kedua bocah nakal itu tidak akan mendengarkan dan malah asik bermain. Mereka tidak akan mendengarkan ucapan Kean, dan terus membuat Kean kesal. Kalau saja anak kembarnya tidak lahir di rumah mereka, mungkin Kean sudah mengira kalau anaknya tertukar di rumah sakit. Melihat kelakuan anaknya yang tidak sebaik dirinya dulu.
Oh, lupakan Kean yang nakal dan memiliki otak kurang waras. Karena Kean merasa dirinya memang baik saat dulu. Saking baiknya mengancam dan memaksa kehendaknya pada Ayin. Kean sepertinya lupa membeli cermin.
“Sayang, kau cantik,” puji Kean dan kembali mencium bibir Ayin.
Ayin mengalungkan tangannya di leher Kean dan tersenyum mendengar pujian dari suaminya. Walau otak suaminya ini masih sama saja. m***m. Dan Ayin semakin kesal dengan suaminya—yang suka menggoda wanita lain di depan matanya atau bersama dengan anaknya. Jangan bilang kedua anaknya bisa berbohong padanya. Kedua bocah itu selalu mengatakan apa pun yang dilakukan oleh Kean termasuk Kean yang menggoda pelayan kafe.
Ayin hanya tidak menyangka, kalau Kean suka menggoda wanita lain sekarang. Ayin memang cemburu. Istri mana yang tidak cemburu, suaminya menggoda wanita lain di depan matanya. Ayin memberi hukuman pada Kean, agar pria itu jera dan tidak melakukannya lagi. Namun, Ayin sangat senang, terkadang Kean bisa membalas ucapan wanita-wanita centil yang menggodanya. Seperti membalas ucapan kuntilanak jadi-jadian tadi sore.
“Kau juga sangat tampan,” ucap Ayin, membalas ciuman suaminya.
Keduanya saling melumat dan menukar saliva mereka. Ayin mendesah, ketika merasakan tangan Kean yang meremas salah satu dadanya. Padahal mereka sudah menghabiskan satu ronde, dan Kean belum puas untuk kembali merasakan tubuh Ayin.
Kean tidak akan pernah merasa puas merasaka tubuh istrinya. Kean selalu memuja tubuh istrinya, dan selalu ingin memasuki inti tubuh istrinya. Kean menurunkan ciumannya, dan memberikan tanda kembali pada leher jenjang milik istrinya. Tubuh Ayin yang putih nan mulus, sudah penuh dengan tanda kepemilikan dari Kean.
Ayin tidak pernah marah, setiap Kean memberinya tanda kepemilikan yang cukup banyak. Baginya itu hal biasa, dan Ayin akan menghilangkan tanda di lehernya menggunakan make-up mahal yang dibelikan oleh Kean untuknya.
“Aku memasukimu sekarang,” bisik Kean, dan mulai memasuki inti Ayin.
Ayin melenguh, merasakan intinya yang sangat penuh. Ayin meremas rambut Kean ketika lelaki itu mulai memaju mundurkan miliknya di dalam dirinya. Ayin dan Kean menghabiskan malam panjang mereka, tanpa gangguan dari kedua anak mereka. Sepertinya kedua bocah nakal itu mengerti, kalau orangtua mereka perlu memilik waktu berdua untuk membuat adik perempuan untuk mereka.
*olc*
Ayin merentangkan tangannya, ia mengeliat dan tersenyum pada Kean yang sudah terlebih dahulu bangun dan tersenyum padanya.
“Pagi,” sapa Kean mencium puncak kepala Ayin.
“Pagi juga,” balas Ayin dan mencium rahang Kean.
Dari awal mereka menikah sampai sekarang, Ayin selalu mencium rahang Kean. Ntah kenapa dirinya lebih suka mencium rahang pria itu.
“Kamu nggak siap-siap ke kantor?” tanya Ayin, mengambil piyamanya yang tergeletak di bawah ranjang dan memakainya. Ayin tidak pernah malu lagi, memakai pakaiannya di depan Kean, toh, Kean sudah melihat seluruh tubuhnya.
Kean menggeleng, hari ini Kean ingin berduaan dengan Ayin, dan akan menitipkan anak mereka kepada ayah Ayin atau orangtuanya. Kean tidak mau diganggu oleh kedua bocah tengik itu. bocah yang selalu mengambil perhatian Ayin.
“Aku libur hari ini. Aku ingin mengajakmu kencan hari ini,” ucap Kean tersenyum manis pada Ayin.
Ayin tertawa mendengar ucapan suaminya, mereka sudah memiliki anak dan Kean masih saja membahas kencan. Ayin menggeleng, tidak habis pikir dengan apa yang dipikirkan oleh suaminya ini. Ayin berjalan menuju gorden kamar mereka dan menyingkap gorden itu, sehingga cahaya matahari memasuki kamar mereka.
“Kau ada-ada saja, kita sudah memiliki dua bocah yang sangat nakal. Mau kita titipkan pada siapa dua bocah nakal itu?” tanya Ayin, berjalan menghampiri suaminya kembali.
“Pada ayahmu kalau tidak pada orangtuaku,” jawab Kean santai.
Ayin mendesah, terakhir kali Gavin dan Gaven dititipkan pada kakek dan nenek mereka, kedua bocah itu menghilang dan membuat kakek dan nenek mereka khawatir. Padahal kedua bocah itu sedang tertidur di taman belakang rumah orangtua Kean yang ditumbuhi banyak bunga.
Sedangkan di rumah ayah Ayin, kedua bocah itu juga membuat ulah. Dengan memberi racun semua ikan peliharaan Opa mereka, sehingga ikan seharga ratusan juta yang dipelihara oleh Opa mereka mati dan tidak ada yang hidup sama sekali. Ayin harus menemani ayahnya dua hari dua malam, karena ayahnya menangis melihat ikan-ikan kesayangannya mati oleh kedua cucu kesayangannya.
“Kau tidak ingat apa yang mereka lakukan terakhir kali kita titipkan pada mereka semua?” tanya Ayin sinis.
Kean meringis, kedua anaknya memang ciptaan iblis sepertinya. Selalu membuat orang merasa kesal dan khawatir. Kean tidak menyangka, akan memiliki anak yang sangat super nakal. Sekarang pasti kedua bocah nakal itu membuat ulah.
“Kau benar. Aku sampai kasihan pada ayahmu, harus galau karena semua ikannya mati diracuni oleh kedua anak kita,” ucap Kean mendesah pelan.
Ayin mengangguk, “ya, dan aku tidak mau mengulanginya lagi. Opa mereka memiliki peliharaan baru sekarang dan aku mereka tidak mau membunuhnya lagi,” ujar Ayin.
“Kita tidak usah berkencan saja, lebih baik kita membawa kedua bocah nakal itu untuk pergi jalan-jalan hari ini. Mana tahu otak mereka menjadi waras setelah diajak jalan-jalan.”
Ayin mendengkus mendengar ucapan Kean, memangnya dari mana keturunan otak anaknya tidak waras? Tentu saja dari pria yang berada di depannya sekarang—yang juga memiliki otak kurang waras. Dari mulai Ayin menjadi pacar pria itu sampai sekarang menikah.
“Kau mengatakan tentang dirimu sendiri.” Ayin berjalan keluar kamar, dan ingin melihat ulah apalagi yang dibuat oleh kedua anaknya. Biasanya kedua anaknya itu, akan menyembunyikan pakaian dalam pelayan di sini atau mengerjai tukang kebun, dengan menyiram tubuh tukang kebun.
Ayin harus menahan kemarahannya melihat ulah anaknya yang luar biasa. Punya suami kurang waras ternyata menurun juga pada kedua anaknya yang kurang waras juga.
Kean yang mendengar ucapan istrinya menyengir dan tertawa pelan.
Apakah benar dirinya kurang waras?
*olc*