Part 04

1127 Kata
          Kean menatap kesal pada kedua anaknya, dua bocah itu sedang memeletkan lidah padanya, pasalnya Ayin membawa Gavin dan Gaven ke kantor dan meninggalkan dua bocah itu di kantornya, Ayin menyuruh Kean untuk menjaga anak mereka beberapa jam. Dan beberapa jam sudah bagaikan bertahun-tahun bagi Kean. Kean ingin selalu memasukkan anaknya ke dalam karung dan membuangnya.             “Kalian kenapa tidak ikut Mama kalian saja arisan?!” tanya Kean ketus.             Gavin dan Gaven menggeleng, mereka tidak mau ikut dengan Mama mereka, karena di situ ada istri Om-om j*****m mereka. Apalagi Tante Manda tak akan membiarkan mereka pulang dengan pipu yang mulus, pasti banyak bekas lipstick di sana dan sini.             “Nggak mau ikut Mama. Papa nggak ikhlas jagain kami?” tanya Gavin dengan nada suara datarnya.             Sialan. Kean mengumpat, mendengar nada suara anaknya yang sangat menyebalkan ini. Padahal Kean tidak pernah mengajarkan anaknya untuk berbicara dengan nada suara yang sangat datar. Demi nenek Tapasya yang tidak pernah muncul di tv lagi, Kean sungguh ingin membawa anaknya ke kandang singa.             “Papa ikhlas banget jagaian kalian,” jawab Kean dengan senyuman paksaannya.             Gavin dan Gaven mengangkat bahu mereka dengan cuek, berjalan menuju sudut ruangan Kean dan mengeluarkan seluruh mainan mereka dalam ruangan itu. Mereka berdua mulai bermain, dan tida memedulikan Papa mereka lagi. Yang penting sekarang, mereka akan membuat ruangan kerja Papa mereka seperti kapal pecah.             Tiga jam kemudian, Kean sudah siap menyelesaikan semua pekerjaannya, dan menatap shock pada ruangannya yang sudah tidak rapi lagi. Dasar bocah-bocah menyebalkan. Untung dua bocah itu anaknya, kalau saja bukan anaknya, Kean akan menjual kedua bocah itu. Kean membereskan berkas di atas mejanya dan ingin segera membawa Gavin dan Gaven ke tempat Ayin.             “Kita ke tempat Mama sekarang, sebentar lagi jam enam dan Mama kalian tidak ada tanda-tanda mmenghubungi Papa,” ucap Kean, dan memegang kedua tangan anaknya.             Gavin dan Gaven mengangguk semangat, dan mengikuti langkah Papa mereka yang keluar ruangan dengan wajah yang datar. Kean akan selalu memasang wajah datarnya, bila di depan karyawannya. Agar karyawannya tidak ada yang membuat ulah satu pun.             “Kalian mau makan dulu atau mau langsung ke rumah Om Gary?” tanya Kean, memang Ayin arisan di rumah Gary, tapi, kedua anaknya tetap tidak mau pergi arisan dengan Mama mereka.             Kean mendesah kasar, ntah senjak kapan istrinya itu hobi main arisan. Padahal dulu istrinya itu hanya suka diam di rumah dan lihat-lihat tutorial masak, namun, sekarang istri sudah punya geng ibu-ibu sosialita sendiri, untung saja Ayin tidak sombong seperti ibu-ibu yang memakai perhiasan yang memenuhi tangan dan lehernya.             Ayin masih sama seperti dulu, baik dan suka menolong orang. Ayin selalu menjadi wanita terbaik untuk Kean. Membayangkan dirinya sudah berbaikan dengan Ayin, membuat Kean sudah tidak sabar untuk menemui istrinya dan menyeret istrinya ke kamar.             “Ke tempat langsung.”             Kean mengangguk mendengar jawaban anak-anaknya, ia membukakan pintu mobil untuk kedua anaknya dan memutari mobil untuk masuk ke kursi kemudi. Kean melajukan mobilnya menuju ke rumah Gary.             Tiga puluh menit kemudian, mereka sudah sampai di rumah Gary dan menatap halaman rumah Gary yang sudah sepi, sepertinya ibu-ibu sosialita itu sudah pulang. Kean mendesah lega, ia tidak mau bertemu dengan ibu-ibu itu yang sangat agresif.             Kean membukakan pintu mobil untuk kedua anaknya, dan menyuruh anaknya untuk masuk ke dalam rumah terlebih dahulu. Kean mengambil ponsel dan dompetnya, menutup pintu mobil dan ingin berjalan memasuki rumah Gary. Namun, baru beberapa langkah, ia dihadang  oleh seorang wanita janda yang menjadi tetangga Gary.             “Mashh Kean, ke sini mau ngapain Mashh mau ketemu aku yahh?” tanya wanita itu dengan suara didesahkan.             Kean bergidik ngeri mendengar suara wanita di depannya, ia tidak menyangka masih ada spesies yang super jelek dan penuh kepercayaan diri seperti ini. Kean memasang wajah datarnya, tidak tertarik pada wanita janda di depannya. Ayin lebih sangat cantik dari wanita itu.             “Saya mau jemput istri,” jawab Kean datar.             Wanita itu cemberut, mendapatkan jawaban yang tidak sesuai dengan ekspetasinya. Ia sudah kepedean tadi, mengira Kean datang menemuinya. Padahal ia sudah memakai lipstick yang sangat tebal untuk menarik perhatian Kean. Tapi, pria itu malah mengatakan jemput istrinya. Menyebalkan.             “Mashh Kean mending jemput aku aja, nggak usah jemput istrinya. Istri Mashh nggak ada cantiknya sama sekali,” ucap wanita itu mulai menghina Ayin.             Kean mengepalkan tangannya, siapa bilang Ayin tidak cantik. Ayin sangat cantik. Malahan Kean tidak bisa memberikan hatinya untuk wanita lain, karena ia snagat mencintai Ayin. Ayin adalah wanita yang sangat sempurna untuknya. Tidak seperti wanita lain, yang suka pamer-pamer ini itu.             “Anda jangan menghina istri saya. Coba anda mengaca, apakah anda sungguh memang cantik dari istri saya? Kulit anda saja seperti wajan gosong, dan bedak yang anda pakai sekarang membuat anda seperti kuntilanak yang berkeliaran pada siang hari.” Kean melangkah menjauhi wanita itu, sudah puas membalas wanita itu yang mengatai istrinya.             Wanita itu mengepalkan tangannya. Padahal kulitnya ini kelebihan eksotis saja. Dan bedaknya ini, ia beli mahal di tukang bedak keliling.             *olc*             Ayin menatap suaminya dengan penuh selidik, melihat suaminya mengobrol dengan janda gatal tadi sudah membuatnya ingin mengeluarkan asap di kepalanya. Janda gatal yang jelek itu, berani sekali mencoba menggoda suaminya. Jangan mengira Ayin tidak tahu, janda gatal yang berprofesi sebagai ART tetangga Gary itu sangat centil pada Kean.             “Kamu ngapain ngobrol sama kuntilanak jadi-jadian itu Mas?” tanya Ayin.             Kean menggeleng, ia tidak ngapain-ngapain dengan wanita gila itu. Ia hanya sedikit memuji wanita itu. sedikit memuji, namun, mampu membuat wanita itu mengepalkan tangannya dan mengumpat padanya.             “Aku hanya mengatakan, kalau kulitnya seperti wajan gosong dan wajahnya seperti kuntilanak pada siang hari.”             Ayin tertawa mendengar ucapan Kean, suaminya ini tidak pernah berubah dari dulu. Masih saja mempunyai mulut yang sangat pedas. Tapi, Ayin sangat suka mendengarnya. Tahu rasa kuntilanak jadi-jadian itu untuk tidak mengejar suaminya lagi. Suami orang kok dikejar.             “Aku makin sayang sama kamu,” ucap Ayin, mencium rahang Kean.             Kean mengeram mendapatkan ciuman dari istrinya, ia ingin menarik Ayin untuk masuk ke salah satu kamar di rumah Gary dan memuaskan yang sudah tegang di bawahnya sekarang.             “Yin, kamu jangan goda aku, kita masih di rumah Gary dan dua bocah nakal masih berkeliaran di sini,” ucap Kean menahan nafsunya.             Ayin tertawa mendengar ucapan suaminya. “Kita pulang sekarang yuk, nanti mandi dan tidurin anak-anak. Aku mau muasin kamu malam ini,” bisik Ayin di telinga Kean.             Kean yang mendengar ucapan istrinya, langsung semangat 45 dan berdiri dari tempat duduknya. Tumben-tumbenan istrinya mau diajak anuan duluan, kesempatan ini tidak boleh dilewatkan. Kalau perlu Kean memberi kedua anaknya obat tidur supaya cepat tidur. Jangan. Nanti Kean bisa tidak mendapat jatah lagi, karena berniat jahat pada anaknya. Cukup sudah ia tidak mendapatkan jatah seminggu kemarin.             “Gavin! Gaven! Ayo kita pulang! Papa lagi mau ada meeting dengan Mama!” meeting membuat adek baru untuk kalian. Lanjut Kean dalam hatinya.             *olc*
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN