Part 06

1137 Kata
              Kean menyesal membawa kedua anaknya jalan-jalan ke Mall dan bermain di wahana tempat permainan. Pasalnya kedua bocah nakal itu sudah membuat beberapa anak orang menangis, dengan mereka mencubit atau mengambil permen anak-anak itu.             Kean harus meminta maaf pada orangtua anak-anak yang diganggu oleh Gavin dan Gaven. Ntah, dosa apa yang dilakukan oleh Kean dahulu, sehingga memiliki anak kembar yang sangat nakal. Niat Kean ingin bisa bermesraan dengan istrinya, membawa kedua bocah itu ke wahana tempat permainan, namun, ia malah harus tambah pusing dengan kelakuan anaknya.             Kean menatap kepada istri dan kedua anaknya, yang mana Ayin sekarang sedang memarahi Gavin dan Gaven, membuat kedua bocah itu hanya mengangguk dan meminta maaf pada Ayin.             “Kalian nggak boleh kayak gitu lagi. Kalau kalian gangguin anak orang lagi, Mama bakalan hukum kalian.”             Kean yakin hukuman yang dilakukan oleh istrinya untuk kedua anaknya tidaklah berat. Tidak seberat beban hidup Kean memiliki dua bocah nakal dan selalu membuat pusing. Ayin mana tega menghukum anak mereka, palingan Ayin hanya menyuruh kedua anaknya untuk tidak keluar rumah selama seharian. Itu hanya biasa. Biasa banget. Anaknya tidak keluar rumah tidak masalah.             Kedua bocah itu lebih nyaman di rumah, dengan mengganggu pelayan, tukang kebun, dan supir. Kalau mereka sudah membuat ulah dengan mengganggu orang-orang itu, bisa dipastikan kedua bocah nakal itu sangat betah di rumah.             Apalagi Gavin dan Gaven sangat suka mengganggu pelayan baru, yang sedang melakukan pendekatan dengan supir tetangga. Mereka dengan jailnya, menelepon supir tetangga setiap hari dan mengatakan kalau pelayan yang sedang pendekatan dengannya sedang kencan dengan tukang kebun tetangga yang lain.             Dan pada akhirnya, pelayan baru di rumah mereka menangis karena bertengkar dengan lelaki yang sedang dekat dengannya.             “Kamu mau hokum kayak apa dua bocah ini? Jangan hukum mereka di rumah seharian, kau pasti menemukan rumah yang berantakan dan heboh.”             Ayin menatap pada suaminya dan meringis. Biasanya Ayin akan membawa anak-anaknya untuk jalan-jalan atau ke rumah Rembi dan Gary, namun, mengingat ia akan memberikan hukuman tidak keluar rumah seharian itu bukanlah ide yang bagus sama sekali.             “Kamu urus anak kamu, capek aku!” Ayin mendesah kasar dan sudah lelah menghadapi anaknya yang super nakal ini.             Kean mengerutkan keningnya. “Anak aku? Anak kita Yin! Kita buatnya sama-sama pakai doa, namun, bentuknya kayak gini sekarang. Pengen aku jual di online shop!” ucap Kean menatap Gavin dan Gaven sebal.             “Kamu makanya jangan nakal waktu dulu. Sekarang sifat kamu yang laknat itu menurun pada anak kita!” omel Ayin, menatap suaminya tajam.             Kean membalas tatapan tajam Ayin, ia tidak boleh disalahkan oleh istrinya. Mana mungkin dulunya ia nakal, dirinya dulu sangat baik dan menjadi murid teladan. Kean tidak pernah membuat ulah sama sekali.             “Aku nggak nakal. Kamu tahu, mungkin aja pas kita cetak dua bocah ini nggak kita minta otak yang waras untuk kedua bocah ini!”             “Kamu jangan sembarangan ngomong! Kamu nasehatin itu anak-anak kita yang sifatnya turunan dari Bapakny!” ucap Ayin sinis.             Kean mengusap dadanya tidak boleh membalas ucapan istrinya lagi. Kalau tidak dirinya akan tidur di kamar Gavin dan Gaven lagi nanti. Kean tidak mau tidur di kamar anaknya dan tidak mendapatkan jatah. Kean ‘kan mau mendapatkan jatah terus dari istrinya.             “Gavin, Gaven, kalian tidak boleh gangguin anak orang lagi. Kalian kalau mau permen bilang dan jangan pernah cubit anak orang lagi.”             Gavin dan Gaven mengangguk, “tapi, mereka itu pelit. Masa Gavin dan Gaven mau main bolanya, mereka malah nggak mau kasih. Jadinya kami cubit dan tending deh,” ucap Gavin santai tanpa dosa sama sekali.             Kean mendesah kasar, mungkin memang benar kedua anaknya ini copyan dirinya waktu dulu. Kean sering emosi kalau ia sudah meminta barangnya dengan baik dan malah tidak dikasih, maka Kean tidak akan segan-segan membuat orang itu menangis.             “Pokoknya kalian nggak boleh kayak gitu. Nanti Papa beliin bola yang banyak untuk kalian,” ucap Kean.             “Kami nggak mau bola. Kami mau beli tablet yang baru, masa Joshua udah punya tablet baru dan kami nggak,” ucap Gaven cemberut.             Kean terkejut mendengar ucapan anaknya, meminta tablet baru hanya karena anak tetangga mereka mempunyai tablet baru. Perasaan Kean baru membelikan tablet baru untuk anaknya dua bulan yang lalu, dan sekarang meminta yang baru lagi. Hebat. Anaknya sungguh hebat.             “Yin, anak kamu minta tablet baru, padahal punya mereka baru aku beliin dua bulan yang lalu,” ucap Kean mengadu pada istrinya.             Ayin menatap cengah pada Kean. “Tablet mereka udah rusak,” ucap Ayin santai.             Kean semakin terkejut mendengarnya. Rusak? Perasaan itu tablet termahal yang dibelikannya. Bisa membeli mobil Avanza dua buah untuk dua tablet.             “Rusak?!” tanya Kean menatap istrinya tidak percaya.             Ayin mengangguk, memangnya Kean mengira anaknya adalah anak yang hemat. Salah besar. Anak-anaknya sudah mendapatkan gelar iblis kecil dan tentunya sifat anak-anaknya bukan seperti malaikat.             “Mereka pukul pakai palu, setelah itu mereka bakar di tong sampah biasa tempat bakar sampah, dan setelah itu mereka ceburin ke kolam renang. Kamu tahu kenapa mereka rusak tablet mereka?” tanya Ayin bernada manis yang dibuat-buat pada Kean.             Kean menggeleng, tidak tahu kenapa anaknya bisa menghancurkan barang mahal itu.             “Karena tablet mereka habis baterai dan mereka malai ngisi dayanya. Bagus banget sifat anak kamu, ‘kan?” tanya Ayin berusaha sesabar mungkin.             Kean menepuk keningnya, dan tidak menyangka anaknya akan seperti itu. Kean tidak akan membelikan anaknya tablet baru lagi. Sudah cukup dirinya membelika dua tablet yang harganya sangat mahal kemarin.             “Kalian tidak akan mendapatkan tablet yang baru. Kalau kalian minta tablet yang baru, anak singa kalian bakalan Papa jual!” ancam Kean memasang wajah datarnya.             Gavin dan Gaven ingin menangis mendengar ucapan Papa mereka dan melihat pada Mama mereka, meminta pembelaan. Namun, Ayin menggeleng. Ayin tidak mau anak-anaknya menjadi anak yang sangat boros.             “Mama tidak akan bantuin kalian. Kalian yang salah. Sekarang kalian nggak bakalan dapatin tablet yang baru!” ucap Ayin tegas.             Gavin dan Gaven menunduk, mereka padahal mau pamer pada Joshua kalau mereka punya tablet baru dan lebih bagus dari punya Joshua. Tapi, Papa mereka nggak mau membelikan dan Mama mereka juga nggak mau. Mereka harus apa?             Namun, sedetik kemudian mereka menampilkan senyuman cerah mereka. Mereka tahu minta pada siapa. Dan mereka yakin kedua orang ini tidak akan menolak permintaan mereka.             Kean yang tahu akal bulus kedua anaknya, langsung memberik skak mati untuk kedua anaknya. Kean tidak akan membiarkan kedua anaknya mendapatkan tablet yang baru.             “Jangan coba-coba minta pada Om Gary dan Om Rembi, kalian akan melihat anak singa kalian sudah menjadi milik orang lain. Dan kalian juga tidak boleh meminta pada Kakek, Nenek, dan Opa. Papa tidak akan segan-segan menjual anak singa kalian itu.”             Gavin dan Gaven kembali lesu, mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mereka mau sekarang.             Kean yang melihat kedua anaknya lesu tersenyum, bukannya ia tidak mampu untuk membeli tablet lagi. Tapi, ia ingin kedua anaknya tidak semena-mena lagi menghancurkan barang-barang mereka.             *olc*
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN