Melihat kepergian Leon yang Nampak tergesa-gesa mencari teman rubah mereka itu, membuat Phobos mau tidak mau merasa heran sekaligus penasaran sendiri. Apa alasan Leon mencari Riyu? Jangan katakan bahwa Leon ingin menyelamatkn balita yang dibawanya tadi. Memikirkan hal itu memuat Phobos semakin merasa takjub.
Seorang Leon mau memberi perhatian lebih terhadap cadangan makanannya sendiri? Ini merupakan sesuatu yang tidak bisa Phobos hiraukan begitu saja bukan?! Setelah memikirkan hal itu, segera Phobos ikut pergi menaiki anak tangga satu per satu untuk menyusul Leon. Nampaknya sebentar lagi dirinya akan melihat sesuatu yang menarik.
Leon melangkah dengan mantap menuju lurus ke arah kamar teman rubahnya berada. Tanpa memakai kekuatan iblisnya, pria harimau itu sudah bisa merasakan dan mencium aroma keberadaan pria rubah itu dalam kamaranya. Tanpa ragu Leon membuka lebar pintu kamar Riyu, dan masuk ke dalamnya.
Kamar yang tidak jauh berbeda dengan kamar milik teman-teman iblisnya yang lain. Kamar yang besar, luas, dan mewah tentu saja. Dan pandangan mata tajam Leon langsung mengarah pada ranjang berukuran king size dengan tirai tipis berwarna putih yang menutupi pandangan matanya.
Sekali lagi, dengan langkah mantap Leon bergerak menghampiri ranjang tersebut. Disibaknya tirai tipis itu dan menampakkan seorang pria tampan berwajah rupawan tengah tertidur dengan lelap di atas ranjang. Pria rubah tersebut nampak tidak terganggu sama sekali dengan kehadiran Leon, yang pastinya sudah disadarinya sejak Leon datang mendekati dirinya.
Luar biasa bagi pria rubah seperti Riyu yang masih nampak begitu tenang dan tidak memedulikan betapa berbahayanya kehadiran iblis yang selalu haus akan daging dan darah seperti Leon di sekitarnya. Tentu saja akan menjadi seperti itu. Karena Riyu sendiri juga tidak bisa diremehkan keberadaannya sebagai siluman rubah yang sudah hidup ribuan tahun selama ini.
Leon yang merasa Riyu tidak memedulikan kehadiran dirinya itu mulai meggeram kesal. Pria harimau itu dengan tidak tahu malunya langsung melompat dan menaiki ranjang Riyu. Leon bergerak mendekat dan berdiri tepat di atas tubuh pria rubah itu, dengan mengukung tubuh yang memiliki punggung lebar nan menggiurkan tersebut. Leon menatap tajam kedua mata Riyu yang masih terpejam dengan rapat itu.
“Ggrrh bangun! Ada pekerjaan untukmu, Riyu!” titah Leon dengan diikuti geraman harimaunya.
“Hummh diamlah! Jangan menganggu tidurku Leon ...!” gumam pria rubah itu dengan malas. Bahkan Riyu tidak membuka kedua matanya sedikit pun hanya untuk sekedar menatap Leon yang tengah mengukung tubuhnya itu. Riyu mengganti posisi tubuhnya yang semulai berbaring telentang menjadi ke samping, dan mulai mencoba menyusul alam mimpi kembali.
“Ck! Cepat bangun sebelum aku mencakar wajah tampanmu itu, Riyu!” ancam Leon yang masih keukeuh ingin membangunkan pria rubah itu. Namun tidak ada respon apa pun dari pria rubah itu lagi. Alhasil tidak berpikir ulang lagi Leon segera mengangkat satu tapak kaki depannya, dan mulai mengeluarkan cakar tajamnya.
Detik kemudian pria harimau itu langsung mengarahkan cakar tajam tersebut dengan cepat ke arah wajah Riyu. Leon benar-benar tidak bisa menunggu lebih lama lagi saat ini.
Dan tepat cakar itu hampir menembus kulit mulus di wajah Riyu, pria rubah itu berhasil menghentikan kaki depan Leon dengan memakai tangannya. Riyu menatap lurus ke arah Leon. Tidak kalah tajamnya dengan pria harimau itu. Mata rubah Riyu bersinar kuning kemerahan setelah merasakan bahaya yang dipancarkan oleh Leon barusan. Berikut dengan taring rubahnya yang sudah menampakkan diri di hadapan Leon.
“Ck! Apa maumu Leon? Aku bilang jangan mengganggu tidurku bukan?!” tanya Riyu dengan nada suara yang begitu dingin. Nampaknya pria rubah itu merasa benar-benar terganggu dengan kehadiran Leon saat ini.
Di lain sisi, itu memang merupakan salah satu kebiasaan Riyu setelah bangun tidur. Riyu akan memiliki temperamen buruk jika ada yang mengganggu tidurnya. Sangat berbeda dengan keseharian Riyu yang selalu nampak santai dan tenang di sekitarnya.
“Aku sudah mengatakannya padamu. Kau memiliki pekerjaan Riyu,” balas Leon dengan tidak ada rasa takut sedikit pun di wajahnya, membalas tatapan Riyu. Meski begitu, mata harimau Leon juga tidak kalah bersinarnya dengan mata rubah Riyu saat ini.
Mereka berdua sama-sama tengah memberikan peringatan satu sama lain lewat tatapan mata iblis mereka.
“Hahh ... baiklah! Ini peringatan untukmu Leon! Jika kau melakukannya sekali lagi, maka aku tidak akan segan untuk menghabisimu!” ancam Riyu kemudian yang lalu menghela napas dengan berat. Pria rubah itu hanya bisa mengalah untuk saat ini. Dirinya tidak bernafsu untuk melakukan pertarungan dengan Leon pagi ini.
“Pekerjaan apa maksudmu?” tanya Riyu kemudian. Pria rubah itu mendesis lirih merasakan pening dari kepalanya, efek dari mimpi dari masa lalunya yang baru dialaminya beberapa saat yang lalu. Riyu memijat pelipisnya dengan pelan sembari mencoba mengumpulkan kesadarannya kembali secara utuh.
Sementara Leon sendiri bergerak mundur ke belakang, dan lalu meletakkan tubuh balita yang dibawanya itu tepat di samping Riyu.
“Periksa dia!” pinta Leon dengan singkat, padat, dan jelas.
“Periksa apa? Kau sakit Leon? Aish apa kau pikir aku seorang dokter di mansion ini huh?!” Riyu masih tidak rela dengan gangguan yang dilakukan Leon pada tidurnya itu. Bibirnya masih menggerutu kesal akan sikap Leon yang jauh lebih muda darinya, namun tidak memiliki respect sama sekali kepadanya yang jelas berusia lebih tua itu.
Pria rubah itu dengan malas menoleh ke samping di mana balita tersebut berada. Perlu beberapa saat untuk Riyu mencerna situasi yang terjadi.
“Astaga siapa dia?! Sejak kapan kau memiliki seorang anak Leon?!” kehadiran balita itu sontak membuat Riyu tersadar seratus persen akan rasa mengantuknya. Riyu benar-benar memandang horor balita tersebut, dan bergantian dengan menatap Leon yang diduganya sebagai ayah dari balita tersebut.
“Apa?! Jadi dia anakmu Leon?! Pantas saja kau membiarkannya hidup dan membawanya ke sini! Sialan kau! Sejak kapan kau melakukannya heh?! Siapa gadis itu hm?!” suara Phobos yang tiba-tiba menyahut itu nampak terdengar begitu keras saking tidak percayanya.
Pria incubus itu ternyata juga ikut mendengarkan perbincangan di antara mereka berdua sedari tadi. Phobos yang sebelumnya hanya berdiri di depan pintu kamar Riyu, kini segera melangkah masuk untuk mendekati kedua iblis itu.
Reaksi Phobos tidak jauh berbeda dengan Riyu yang nampak begitu terkejut dengan apa yang ada dalam pikiran ini. Pasalnya yang mereka bicarakan saat ini adalah Leon. Seorang weretiger yang sangat haus akan darah dan daging segar. Iblis yang selalu kelaparan dan tidak bisa menahan diri ketika melihat daging segar berada di depan mata.
Dan saat ini, pria harimau itu tengah membawa seorang balita yang bukannya dijadikan santapan, namun pria harimau itu justru ingin menyelamatkannya. Itu merupakan suatu hal yang luar biasa bagi mereka yang sudah mengenal bagaimana buasnya Leon selama ini. Dan Leon hanya bisa memutar bola matanya dengan malas.
“Apa ini? Jadi benar dia anakmu heh? Tapi ada apa dengan anakmu ini? Kenapa dia terlihat sekarat? Kau benar-benar tidak becus menjadi seorang ayah huh?! Dasar iblis sialan kau!” celoteh Phobos yang tidak henti menyalahkan Leon akan keadaan menyedihkan dari balita tersebut.
Sementara Riyu sendiri tanpa disuruh untuk ke sekian kali mulai bergerak memeriksa tubuh pucat balita tersebut. Yang pertama Riyu emeriksa denyut nadi balita tersebut yang sudah terasa begitu lemah lalu memeriksa bagian selanjutnya.
“Dia mengalami Hipotermia. Apa saja yang kau lakukan pada anakmu ini? Dasar sialan kau!” jelas Riyu kemudian yang tidak kalah kesalnya seperti Phobos. Riyu menyalahkan Leon yang telah membiarkan balita sekecil ini kedinginan sampai berada di tingkat seperti ini. Bahkan pada anak sendiri.
Leon sendiri merasa semakin pening akan ocehan dan umpatan yang diberikan teman-teman iblisnya itu kepadanya.
“Bisakah kalian diam dan periksa bocah itu saja?! Dan asal kalian tahu, makhluk kecil itu bukan anakku! Sebelum aku memiliki anak seperti dia, aku pasti sudah memakan ibunya terlebih dahulu, dasar bodoh!” balas Leon yang tidak kalah mengumpati mereka berdua. Ucapan pria harimau itu sontak membuat kedua iblis itu semakin melongo bingung dan tidak percaya.