16.

1227 Kata
Baik Riyu dan Phobos saling berpandangan satu sama lain dengan raut wajah melongo. Memang benar apa yang dikatakan pria harimau itu. Mengingat betapa besarnya nafsu makan Leon terhadap daging, akan cukup sulit untuk pria itu berhadapan dengan seorang manusia tanpa melukai mereka bukan? Kedua iblis itu sama-sama saling memikirkan hal yang serupa.   “Lalu siapa balita ini? Kenapa kau tidak langsung memakannya saja seperti biasa?” tanya Phobos kemudian dengan wajah bingungnya. Pria iblis itu menoleh ke arah balita tersebut dengan wajah heran.   “Yang pertama, apa kita memiliki persediaan s**u? Phobos, kau buatkan s**u hangat untuk balita ini. Aku akan mencoba menghangatkan tubuhnya,” ucap Riyu yang mulai meletakkan telapak tangan besarnya dan melingkupi d**a balita tersebut. Sinar biru yang terasa hangat kemudian muncul dari telapak tangan itu. Riyu ingin menyalurkan kehangatan dari sinar itu pada tubuh balita tersebut. Sedangkan Phobos hanya bisa pasrah menggendikkan kedua bahunya, lalu pergi keluar untuk membuatkan s**u. Tentu saja bukan dia yang membuat s**u itu secara langsung. Melainkan Phobos akan menyuruh pelayan manusia yang merupakan cadangan makanan mereka di mansion tersebut, untuk membuatkan apa yang mereka butuhkan itu.   “Dia kedinginan. Apa kau membiarkan balita sekecil ini telanjang di cuaca dingin semalam hah? Kalau kau ingin memakannya, kenapa tidak kau makan saja langsung?!” omel Riyu sembari tetap fokus mengalirkan kehangatan dari telapak tangannya pada balita itu.   “Aku sudah kenyang. Aku hanya ingin menyimpan daging segarnya untuk sementara waktu sampai aku lapar kembali,” balas Leon dengan santai.   “Kau bisa membekukannya saja! Kenapa kau harus repot-repot merawatnya seperti ini? Apa kau peduli padanya?” selidik Riyu.   “Jangan berbicara omong kosong Riyu. Aku hanya ingin memakannya hidup-hidup. Itu saja!” bantah Leon. Riyu melirik sebentar ke arah pria harimau itu. Pria rubah itu merasa ada kejanggalan dalam sikap Leon terhadap balita tersebut. Dan Leon hanya mengalihkan wajahnya ke arah lain, sebelum kemudian membalikkan tubuh harimaunya ke belakang. “Hei, mau ke mana kau?!” tanya Riyu yang melihat pria harimau itu hendak pergi meninggalkan dirinya. Leon berhenti dan menoleh ke arah pria rubah itu.   “Keluar.”   Riyu sontak mendengus remeh mendengar jawaban yang terlampau ringan dari pria harimau itu. “Siapa yang menyuruhmu keluar heh?! Kau, datang mendekatlah ke sini! Hangatkan dia dengan tubuhmu!” titah Riyu dengan tegas.   “Apa?!” Jiwa manusia Leon mengerutkan kedua alisnya dengan wajah tidak percaya menatap pria rubah itu. Dan Riyu tahu bahwa Leon merasa keberata dengan apa yang baru saja diperintahkannya itu.   “Apa? Kau keberatan?!" Tantang pria rubah itu dengan menaikkan dagunya ke arah Leon. "Dia anakmu kalau kau lupa Leon!”   Kali ini ganti Leon yang mendengus malas. “Sudah kubilang dia bukan anakku Riyu!”   “Terserahlah. Yang pasti, kau yang membawanya ke sini! Itu berarti kau adalah wali dari balita ini. Aku sudah membantumu memeriksa tubuhnya, dan kini giliranmu yang menjaga tubuh balita ini tetap hangat. Cepat kemari! Aku akan mencarikan baju untuk balitamu!” ucap pria rubah itu panjang lebar.   Riyu mulai bergerak turun dari ranjangnya dan membiarkan balita itu tetap di sana. Pria itu dengan santai mengikat kembali tali piyama tidurnya yang terlepas, sehingga mengekspos tubuh telanjangnya yang pastinya sangat menggiurkan kaum hawa.   Kulit balita itu sudah tidak sepucat tadi, dan itu cukup melegakan melihatnya. Sedangkan Leon sendiri masih berdiri diam di tempatnya sembari memerhatikan tubuh balita itu yang masih terdiam di tempat. Pria harimau itu menghela napas dengan berat.   “Hassh haruskah aku memakannya saja?! Balita ini benar-benar merepotkanku sejak awal!” ucap Leon dengan bergumam lirih. Meski begitu Riyu masih bisa mendengar gumamannya dengan jelas. Pria rubah itu melangkah melewati tubuh harimau Leon dengan santai, menuju lemari pakaiannya sendiri.   “Kalau begitu makan saja. Bukankah itu yang biasa kau lakukan?” balas Riyu dengan asal. Nampaknya pria rubah itu tidak begitu perduli dengan apa yang akan dilakukan Leon pada makhluk kecil di depannya itu.   “Ck, sialan! Apa yang harus kulakukan, Rubah?!” Dengan malas, pada akhirnya pria harimau itu mulai melangkah mendekati ranjang Riyu kembali. Melompat di atasnya, dan bergerak mendekati balita tersebut. Diperhatikannya balita itu dengan lekat. Napas balita itu nampak sudah berjalan normal kembali dengan kedua kelopak mata yang masih terpejam dengan rapat. Riyu membalikkan tubuhnya menoleh ke arah Leon.   “Berbaring saja di sana, dan buat balita itu tetap hangat di dekatmu.” Senyuman tipis nan miringnya terukir mengejek di wajah tampan Riyu.   “Ck kau pikir aku ayam?! Dan kau bocah!” Leon menatap balita itu dengan wajah kesalnya. “Kau ingin kuerami huh?! Baiklah. Akan kuerami kau seperti yang dilakukan induk ayam, sampai tubuh kecilmu itu remuk, sialan!” umpat Leon dengan geraman kesalnya.   Riyu hanya memutar bola matanya dengan jengah mendengar gerutuan tiada henti dari pria harimau itu. Walau begitu, Leon tetap menuruti perintah Riyu dengan berbaring mendekatkan diri, merapat pada balita tersebut. Suatu keajaiban besar ketika melihat pria harimau itu mau mendengarkan ucapannya. Pasalnya Leon selalu bersikap sesukanya selama ini. Leon merupakan makhluk iblis individu yang lebih suka bergerak dan hidup sendiri dibanding dengan teman-teman iblis mereka yang lain. Melihat Leon yang melakukan aksi sesuai yang diperintahkannya, Riyu menggedikkan kedua bahu lebarnya dan melanjutkan langah menuju lemari pakaiannya. Membuka lemari tersebut dan meraih salah satu isi di dalamnya. Dengan santai Riyu mengganti pakaiannya di tempat tanpa memedulikan kehadiran Leon yang ada di dalam kamarnya. "Ah aku lupa mengatakan ini. Kau juga harus bertanggung jawab dengan kebersihan ranjangku itu, Leon!" sindir Riyu untuk Leon yang telah berani-beraninya menaiki ranjang tidurnya dengan tapak kaki kotor dari harimau itu. Mendengar itu, sontak membuat Leon langsung melirik tajam ke arah Riyu. "Suruh saja pelayanmu itu membersihkan ini semua, ggrrhh!" Riyu menampilkan smirk kecilnya mendengar hal itu. Menggoda Leon ternyata cukup menyenangkan juga, batin Riyu. Sementara itu, Phobos tengah memerhatikan seorang pelayan wanita dengan wajah pucat, dan berekspresi datar, berikut tanpa pandangan hidup dalam bola matanya yang tengah mengaduk sebuah air s**u pesanannya, dalam sebuah cangkir kecil. Seorang pelayan manusia tanpa jiwa di dalamnya, sekaligus cadangan makanan yang berhasil dikumpulkan oleh mereka dalam mansion yang mereka tempati saat ini. Sebentar lagi s**u pesanannya itu akan selesai dibuat. Wanita pelayan itu memasukkan cairan putih tersebut ke dalam botol kecil, setelah memeriksa suhu air di dalamnya dengan pas. Dan kemudian Phobos merasakan tanda-tanda kehadiran iblis lainnya yang memasuki mansion mereka. "Apa itu?" tanya seseorang yang kini tengah mendekati dirinya. "s**u," jawab Phobos dengan wajah datarnya tanpa menoleh dan memeriksa siapa yang baru saja datang dan bertanya padanya. Tanpa melihat pun Phobos sudah bisa merasakan aura siapa itu yang ada di dekatnya. "s**u? Siapa yang meminum s**u? Apa Riyu?" tanya teman iblisnya lagi. Di antara mereka, yang memungkinkan bisa meminum secangkir s**u itu hanyalah dirinya, Riyu, dan Evan. Dan Evan di luar perhitungannya saat ini, karena pria ular itu sedang berada di luar jangkauan mereka. Kini pria iblis itu sudah berdiri tepat di sebelah Phobos. Mereka sama-sama memperhatikan pelayan wanita di depan, yang baru saja selesai membuat s**u tersebut. Sekali lagi, pelayan wanita tanpa ekspresi di wajahnya itu membalikkan tubuh sembari membawa botol s**u itu ke arah Phobos. Pria iblis itu menerima botol tersebut dengan malas. setelah itu barulah dia menoleh ke arah teman iblisnya itu. "Bukan Riyu. Tapi anak Leon, Jim." "Apa?! Anak Leon kau bilang?!" Pria serigala yang bernama Jimmy itu sontak terperangah tidak percaya mendengar penjelasan dari teman iblisnya barusan. "Ya. Kau ingin melihatnya Jimmy?!" tawar Phobos kemudian sembari menampilkan senyum miringnya ke arah pria serigala itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN