9.

1551 Kata
“SHAAHHH!” desis ular tersebut yang sudah membuka mulut ularnya lebar-lebar untuk melahap tubuh kecil balita itu. Dan detik kemudian, kepala atasnya langsung terdorong ke bawah dengan keras karena serangan dari Leon. Pria harimau itu menekan dengan kuat kepala ular besar itu ke tanah, sehingga membuat ular itu langsung menggeliat heboh berusaha untuk melepaskan diri. Tubuh ularnya yang besar langsung menggulung, melingkar, dan membelit diri hingga menjulang tinggi, sebelum kemudian menjatuhkan tubuh besar dan beratnya itu pada tubuh harimau Leon yang masih menekan kepala ularnya dengan kuat.   BOOM!   “SHHHAAHH!” desisan ular itu semakin keras. Terdengar suara bedebam yang keras dari jatuhnya tubuh besar itu ketika menghantam tubuh harimau Leon. Angin kencang bercampur dengan debu tanah di sekitar langsung berhembus, menghempas ke arah tubuh balita itu. Seketika balita itu menutup kedua matanya rapat-rapat karena terkejut dengan angin berdebu itu. Beruntungnya tidak ada debu yang masuk ke dalam matanya, sehingga balita itu bisa kembali memerhatikan pergulatan di antara ular besar, dengan harimau Leon yang memiliki tinggi hampir mencapai 2 meter. Dari segi ukuran dan berat tubuh, Leon nampak kalah banding dengan ular tersebut. Bisa dilihat dari pergulatan mereka saat ini, di mana ular tersebut sudah membelit dan mengunci pergerakan tubuh Leon dengan tubuh ularnya yang gemuk dan tentu berat. Namun Leon masih tidak ingin menyerah begitu saja.   Kemampuan Leon tidak bsa diragukan begitu saja, apa lagi hanya untuk menghadapi seekor ular raksasa biasa seperti yang ada di depannya itu. Dengan taring tajamnya, Leon langsung menancapkan taring itu pada bagian tubuh ular, dengan posisi yang berada di dekat kepalanya. Darah segar langsung mengucur deras dari luka di sana.   Cengkraman tubuh ular yang membelit seluruh tubuh Leon semakin menguat dan membuatnya terlihat tertelan oleh tubuh besar ular itu. Ular itu bergerak menggelinding ke samping dengan tetap membawa tubuh harimau Leon yang berada dalam belitannya. Hingga kemudian tubuh ular itu sampai di tepi sungai, dan lalu menjatuhkan diri ke sungai bersama dengan tubuh Leon.   Balita yang masih diam melihat pergulatan mereka berdua itu nampak melongo bingung ketika kedua makhluk besar di depannya tiba-tiba hilang dari pandangan. Kelopak mata berbulu panjang itu mengerjap-kerjap dengan pelan sembari memerhatikan ke sekitar. Mencari keberadaan kedua makhluk besar yang dilihatnya tadi. Balita itu nampak bingung saat ini melihat keadaan di sekitarnya tiba-tiba nampak kosong dan sepi.   SPLASHH!   “GRAAHHH!” Suara hempasan air sungai yang lalu memunculkan kedua makhluk besar dari dalam sungai, sontak mengagetkan balita kecil itu. Nampak kepala beserta beberapa bagian tubuh ular itu memunculkan diri ke atas permukaan air sungai, yang lalu diikuti dengan tubuh harimau Leon yang masih berusaha melepaskan diri dari belitan ularnya.   Air sungai yang tadinya nampak terlihat tenang kini beriak besar dengan warna merah darah di sekitar mereka. Entah darah siapa yang keluar di sana, yang pasti kedua makhluk besar itu masih saling bergulat dengan ketat. Beberapa kali tubuh harimau Leon nampak memunculkan diri ke permukaan air di antara belitan tubuh ular tersebut.     Keduanya sama-sama tidak ada yang mau mengalah. Leon dengan taring tajam dan cakar harimaunya mencoba melukai tiap tubuh ular besar yang bisa dijangkaunya. Tubuhnya sedikit kesulitan untuk melakukan pergerakan karena belitan ular besar itu cukup kuat yang didukung oleh berat dan besarnya tubuh ular tersebut.   Begitu juga dengan ular itu yang masih mencoba meremukkan tulang-tulang harimau Leon dengan tenaga penuh dari belitan tubuh besarnya. Air sungai nampak begitu ramai dan kotor karena pergulatan mereka.   Melihat pertengkaran antara seekor ular besar melawan seekor harimau di tengah sungai itu membuat balita kecil menjadi begitu tertarik dan antusias. Mulut kecilnya tersenyum lebar dengan lucunya. Kedua kaki dan tangannya mulai menuntun balita itu merangkak mendekati tepi sungai secara perlahan untuk melihat lebih dekat pertarungan di antara kedua makhluk tersebut.   Pandangan matanya menatap lurus dengan penuh rasa akan penasaran ke arah pertarungan besar itu. Hingga kemudian kedua makhluk besar itu kembali masuk ke dalam air sungai. Balita itu menghentikan pergerakannya kemudian.   Mata bulat balita itu kembali menunjukkan tatapan bingungnya. Bola matanya bergerak ke sana kemari melihat air sungai yang kembali tenang seperti sebelumnya. Tidak ada pergulatan makhluk besar yang telah menarik perhatiannya tadi. Merasa tidak puas dengan apa yang dilihatnya, balita itu kemudian melanjutkan pergerakannya mendekati tepi sungai untuk mencari tahu lebih lanjut ke mana kira-kira perginya kedua makhluk besar itu. Begitu dekatnya tubuh balita itu pada tepi sungai saat ini, sehingga membuat balita itu bisa melihat sendiri pantulan wajahnya pada permukaan air sungai. Lagi-lagi balita itu merasa tertarik dengan apa yang dilihatnya saat ini. Pantulan wajahnya menunjukkan senyum lebar yang menggemaskan. Dalam sekejab mata balita itu sudah melupakan keberadaan kedua makhluk besar tadi, dan kini beralih tertarik pada pantulan wajahnya di permukaan air sungai. Tanpa peduli betapa berbahayanya air sungai itu bagi tubuh kecilnya, balita itu mengulurkan tangan kecilnya hendak menyentuh pantulan wajahnya di sana.   “SSHHAAHHH!”   Balita kecil itu langsung dikagetkan dengan munculnya kepala ular besar dari dalam air sungai. Desisan keras dari ular itu mengarah tepat di depan matanya sehingga membuat balita itu langsung membeku di tempat. Dan kemudian kepala ular tersebut meroboh jatuh tepat di sebelahnya.   Ular tersebut mati dengan mulut yang terbuka lebar, menunjukkan taring panjang dan lidah bercabangnya yang menjulur keluar. Balita itu tertegun menatap bangkai ular besar di sebelahnya. Melihat tidak ada pergerakan apa pun lagi dari ular besar itu, membuat balita kecil itu menjadi heran sendiri.   Akhirnya balita tersebut beralih memutar tubuhnya untuk mendekati kepala ular itu. Namun karena posisi tubuhnya yang begitu dekat dengan tepi sungai, tubuh balita itu bergerak miring hendak jatuh ke dalam sungai karena tumpuan di telapak tangannya yang meleset ke samping. BYURRR! Rasanya waktu berjalan lambat ketika tubuh kecil itu akhirnya meluruh jatuh dan masuk ke dalam sungai. Kedua kelopak mata balita itu langsung menutup rapat karena kemasukan air sungai. Kedua tangan dan kakinya mulai bergerak liar, berusaha menggapai sesuatu di sekitarnya. Namun ketika kelopak mata itu kembali membuka, hanya kegelapan dari dasar sungai yang sempat dilihatnya.   Sebelum kemudian balita itu melihat sesuatu yang besar datang mendekati dirinya. Detik selanjutnya tubuh balita itu tertarik ke atas permukaan air sekali lagi atas bantuan Leon yang langsung meraih tubuh kecil itu dengan menggigit baju atasnya.   Leon membawa tubuh kecil itu ke darat lagi dan meletakkannya di sana. Balita itu sudah memejamkan kedua matanya dengan rapat. Napas Leon masih sedikit tersengal karena dirinya baru saja melakukan pertempuran di bawah air dengan ular itu. Dan dirinya cukup terkejut ketika melihat ada yang terjatuh dari dalam sungai. Sehingga membuat Leon langsung bergerak cepat untuk menghampiri sesuatu yang sudah diperkirakannya merupakan balita buruannya itu. Dan benar apa yang tengah diprediksinya. Balita itu jatuh ke dalam sungai. Entah apa penyebabnya, tapi Leon yakin bahwa yang pasti karena balita itu terlalu penuh dengan rasa ketertarikan tingkat tinggi pada sekitarnya. Sehingga membuat balita itu menjadi ceroboh seperti saat ini. Leon masih berdiam diri menatap balita itu. Di sebelahnya terdapat bangkai ular yang baru saja dikalahkannya. Diperhatikan kembali balita itu yang masih terdiam memejamkan kedua matanya dengan rapat. Terbiasa melihat betapa aktifnya balita itu sebelum ini, membuat perasaan Leon merasa tidak tenang melihat diamnya balita itu saat ini.   “Ck sialan!” umpat Leon kemudian. Pria harimau itu mulai mengguncang tubuh balita itu dengan satu kaki depannya.   “Bangun!” titah Leon dengan tegas terhadap balita kecil itu. Namun tidak ada pergerakan yang berarti dari makhluk kecil itu.   “Kubilang bangun kau!” ucap Leon sekali lagi. Diguncangnya lebih keras tubuh balita itu. Namun tetap tidak ada pergerakan sama sekali. Lama-lama Leon menjadi geram sendiri. Leon membalikkan tubuhnya dan lalu mengarahkan ekor harimaunya untuk menarik kedua kaki balita itu beserta tubuhnya ke atas. Dengan posisi kepala balita yang di bawah, Leon sekali lagi mengguncang-guncangkan tubuh balita itu ke udara. Tidak menyerah sampai beberapa saat kemudian pada akhirnya balita itu terbatuk kecil dan mengeluarkan air sungai yang sempat masuk ke dalam tubuh kecilnya.   “Uhuk uhuk! Huk ... uhuk!” Leon bisa melihat balita itu mengerjapkan kedua matanya dengan wajah bingung dan rona wajah yang memerah. Tanpa sadar pria harimau itu menghela napas lega setelah melihat usahanya menyelamatkan balita itu berhasil. Leon dengan perlahan meletakkan balita itu kembali ke atas tanah. Nampak balita itu terbaring melemas di tempat sembari menatap dengan lekat wajah harimau Leon yang berada di atasnya. "Kau benar-benar balita yang sangat menyusahkan, apa kau tahu itu huh?!" ucap Leon dengan kesal sembari memerhatikan kondisi balita itu. Balita itu masih memandangnya dengan wajah polos. Membuat Leon sekali lagi meghela napas lelah. "Dan kenapa aku harus susah payah membangunkanmu tadi. Kau tahu? Harusnya aku langsung memakanmu saja Bocah!" gerutu Leon yang masih tidak habis pikir dengan usahanya yang mencoba membangunkan balita itu tanpa berpikir kedua kali lagi. Leon terdiam sejenak memerhatikan dengan lekat balita itu. Baik tubuhnya dan tubuh balita itu sama-sama basah kuyup sekarang. "Ingat ini bocah tengik! Ini semua karena aku sangat lapar, sehingga hanya dengan memakan tubuh kecilmu saja aku merasa tidak cukup! Kau diam saja di sini! Jangan pergi ke mana pun atau aku akan benar-benar memakanmu! Apa kau dengar itu huh?!" ancam Leon kemudian. Pria harimau itu lalu beralih mendekati bangkai ular yang ada di dekatnya dan tanpa menunggu lama lagi langsung menancapkan taring harimaunya yang tajam ke arah tubuh ular itu. Dengan kuat Leon langsung mengoyak daging ular itu, dan mulai memakannya dengan lahap. Leon merasa begitu kesal dengan pikiran dan perasaan simpati akan balita itu, sehingga dirinya hanya mencari alasan untuk mengabaikan perasaan anehnya terhadap balita tersebut, dengan cara mengenyangkan perutnya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN