Si Cantik Michah

1769 Kata
Wanita yang sudah diselamatkan oleh Loto tersebut sempat terpana sesaat, sampai akhirnya dia tersadar dan mengucapkan rasa terima kasihnya pada Loto atas keberaniannya mempertaruhkan nyawa demi untuk dapat menolongnya. Wanita itu berterima kasih sembari melepaskan tali tambang kecil yang mengikat tangannya, juga membersihkan baju putihnya dari debu dan tanah-tanah kering lainnya yang menempel. Dia merupakan wanita yang sangat cantik dan berparas manis rupanya tatkala Loto melihatnya secara dekat, sedang diam berdiri sambil membersihkan bajunya tanpa bergerak. Ketika diatas kudanya tadi, Loto belum menyadari betapa cantiknya wanita yang sudah diselamatkannya tersebut. Matanya hitam dan besar agak sedikit sayu. Hidungnya tidak pesek namun juga tidak terlalu mancung. Kulitnya putih bersinar agak kemerahan merona di pipi. Bibirnya tipis dengan tarikan senyuman yang manis saat membuka mulutnya. Wanita itu bisa dikatakan sangat mirip dengan aktris Winona Ryder. "Terima kasih kuucapkan padamu, entah darimana kau datang lalu seketika membantuku. Kau juga hampir saja membahayakan nyawamu sendiri dengan menyelamatkanku seperti itu. Nyaris saja dirimu juga ikut terjun ke dalam jurang terjal di bawah sana. Kita berdua bisa mati." "Sama-sama, tak perlu berterima kasih secara berlebihan. Kau benar, kita berdua bisa mati dan terjungkal ke dalam jurang itu bersama-sama. Kau beruntung kita berdua masih bisa selamat. Kebetulan aku tadi sedang lewat sini dan mendengar teriakanmu." "Oh, begitu." Wanita itu menghentikan aktivitas membersihkan bajunya dan mulai serius menatap Loto yang sudah mempertaruhkan nyawa menyelamatkan hidupnya. Dia sudah terpana dengan wajah Loto ketika pertama kali melihatnya, namun sekali lagi wanita tersebut memperhatikan dengan seksama diri Loto dari ujung kaki hingga ujung kepala. Baik wanita itu dan Loto, sama-sama terpesona dengan paras masing-masing mereka. "Emm, yang aku heran dan sangat ingin kutanyakan," Loto memainkan jemari telunjuk dan jempol di lengan kanannya di dekat mulut. "Kenapa kau bisa terikat dengan kuda seperti tadi? Apa kuda itu adalah kuda milikmu? Dia begitu liar. Entah apa yang sudah membuat kuda itu begitu marah sehingga bersikap tak terkendali seperti tadi." Wanita itu terdiam, seolah tak ingin menjawab apa yang sudah ditanyakan oleh Loto. Ada sesuatu yang disembunyikan oleh wanita tersebut yang tak ingin ia ceritakan terkait dengan penyebab awal bagaimana dia bisa terikat di seekor kuda yang liar. "Lupakan saja. Sekarang yang terpenting bahwa aku sudah selamat, berkat dirimu. Tanpamu, aku pasti sudah mati sekarang." Jawab wanita itu tersenyum simpul. "Tak bisa kubayangkan bahwa hari ini adalah hari terakhirku hidup di dunia. Oh iya, kita sama sekali belum sempat berkenalan. Perkenalkan, namaku adalah Michah, Michah Delgado." Wanita itu memperkenalkan langsung dirinya dan namanya pada Loto. Seakan dia sudah sangat percaya dengan Loto sehingga dengan ringan menyebutkan namanya pada Loto. "Michah, itu nama yang indah." Gumam Loto. "Namaku Loto, Loto Royce Nicewood. Tapi itu nama resmi kependudukanku. Aku memiliki nama lain yang diberikan ayahku sejak lahir, yakni Loto Mivakhe. Diambil dari nama ayahku Nihima Mivakhe." "Loto, nama yang sedikit aneh. Maaf jika aku mengatakannya." "Tidak, tidak apa-apa. Itu memang nama yang jarang sekali dipakai, mungkin hanya aku satu-satunya yang memakai nama itu." Sahut Loto. "Lotomo berarti burung angin dalam bahasa Quopas, bahasa dari tiga suku Indian di Nye County, Nevada." "Apa kau seorang Indian, Loto? Maaf sekali lagi, kukira kau seorang Indian, tapi aku agak ragu. Wajahmu bukan seperti orang Indian, tapi aura seorang Indian terpancar jelas dari wajahmu." "Kau benar. Aku memang bukan Indian asli tapi separuh Indian. Aku dibesarkan oleh komunitas Indian sejak aku dilahirkan. Itu mungkin bisa menjawab kenapa dirimu merasa ada aura Indian yang kuat melekat pada wajahku. Ayah kandungku orang kulit putih, sedangkan ibuku Indian asli. Ayah angkatku Nihima yang merawatku sejak bayi. Aku berasal dari Indian Acahualpa." "Jadi begitu ya." Ucap singkat Michah. "Itu menjelaskan semuanya tentang wajahmu yang unik." "Ya, orang bilang wajahku sulit dikenali sebagai Indian, tapi juga tidak seperti orang kulit putih." "Kau mau kemana?" tanya Michah yang juga ternyata mengatakannya serempak dengan Loto. "Kau duluan," ucap Loto. "Kau berasal darimana? Katakan dimana kau tinggal biar nanti akan aku antar, mengingat kudamu itu sudah lari. Aku bisa memberikanmu tumpangan jika kau ingin pulang. Sekarang katakan, kau mau kemana...?" "Aku berasal dari Reagel Town." Jawab Michah. "Aku warga sini." "Kebetulan sekali, aku memang mau kesana. Ayo bareng. Ikutlah denganku." Ajak Loto yang naik terlebih dahulu ke punggung El-Doramu. Loto mengulurkan tangannya pada Michah agar ia bisa naik ke atas punggung El-Doramu. Michah menatap Loto dengan ekspresi sedikit malu. "Kenapa...? Kau takut padaku?" tanya Loto, merasa Michah masih ragu ikut dengannya. "Jangan khawatir, aku bukan orang jahat Nona. Kau bisa percaya padaku." "Tidak, bukan begitu maksudku. Aku tahu kau pria yang baik Loto, kau menyelamatkanku. Tapi ... aku baru saja hampir terbunuh oleh seekor kuda. Dan sekarang, kau memintaku untuk kembali menaikinya. Aku hanya takut saja. Aku masih trauma untuk menaiki seekor kuda." Michah beralasan sangat bagus. Padahal kenyataannya adalah karena ia hanya deg-degan saja berada dalam satu tunggangan bersama dengan Loto, bukan karena takut dengan kuda itu sendiri. "Hmm, benar juga. Kau baru saja hampir kehilangan nyawamu karena ulah seekor kuda. Tapi tenang saja, kudaku ini kuda yang istimewa. Dia jinak dan tidak akan melukai kita. El-Doramu ini merupakan kudaku sejak masih muda. Kau bisa percaya dengannya sama seperti kau percaya denganku. Naiklah, aku akan menjagamu dari atas sini, tak perlu khawatir." Ucap Loto, kembali menyodorkan tangannya pada Michah. Michah tersenyum lebar. Dengan cepat ia menjabat tangan Loto dan tanpa ragu naik ke atas punggung El-Doramu. Loto meminta Michah agar berpegangan karena El-Doramu terkenal cepat. "Pegangan saja yang kuat dan tak perlu khawatir. Kudaku ini memang cepat, tapi dia mudah dikendalikan." Ucap Loto. "Apa kau sudah siap...?" "Aku siap. Aku tidak takut sama sekali." Sahut Michah. Loto menghentakkan kakinya hingga membuat El-Doramu berlari dengan begitu kencang. "Kau bilang tadi berasal dari Reagel Town, tapi kenapa bisa terseret sampai sini?" tanya Loto seraya terus menggenjot kudanya. "Sungguh, aku tidak habis pikir bagaimana bisa kau terikat dengan seekor kuda sedemikian rupa seperti tadi." Loto benar-benar merasa heran. "Untung saja tali yang mengikatmu sudah putus. Aku kebetulan tidak membawa belati. Itu ada di dalam tasku. Jadi bagaimana bisa kau terikat dengan kuda itu?" tanya Loto kembali. Karena pertanyaan itu, Michah menundukkan wajahnya dan berekspresi sedih di belakang Loto. Seperti ada insiden yang tak ingin ia ceritakan. Michah hanya menjawab bahwa musibah itu adalah murni kecerobohannya saja. Michah berkata bahwa dirinya ingin belajar mengendarai kuda, tetapi karena takut jatuh maka ia mengikat kaki nya pada kuda tersebut dengan seutas tali. Tak tahunya kuda itu malah menjadi liar dan menggila lalu membawa Michah lari seperti tadi. Itulah yang Michah ceritakan pada Loto, dan Loto mengangguk, mempercayainya. Perempuan bernama Michah itu menunjukkan jalan menuju ke rumahnya pada Loto. Lokasinya berada tidak jauh dari Reagel Town. Hanya berjarak 2 kilometer dari kota tersebut. Aneh sekali, kediaman wanita itu berada di tengah-tengah pepohonan Cemara dan Pinus. Berada sendirian tanpa ada pemukiman lain di sekitarnya. Loto mengernyitkan dahinya. Jadi Michah tinggal sendirian jauh dari pemukiman? Kenapa wanita dengan paras cantik sepertinya malah tinggal di rumah yang terisolir jauh dari kota seperti ini. Bukannya itu malah berbahaya bagi Michah? "Emm, ini rumahmu Nona? Kau tinggal disini sendirian?" tanya Loto. "Iya, ini rumahku." Jawab Michah tersenyum. "Loto, panggil saja aku Michah, jangan panggil aku Nona. Apa kau mau masuk? Singgah saja dulu, ini sudah hampir malam. Kau bisa ke Reagel Town kapanpun kau mau karena sudah dekat dari sini. Aku ingin bisa lebih berterima kasih padamu dengan menjamumu di rumahku. Hanya ini yang bisa kulakukan." Mendengar tawaran Michah tersebut, Loto berpikir tidak ada salahnya singgah ke rumahnya. Lagipula ini sudah mau senja. Setidaknya Loto bisa numpang sholat di rumah Michah. Sholahah Gu'u dan Sholahah Ishu bisa ia tunaikan disana. Tapi kemudian Loto merasa itu bukan merupakan pilihan yang baik terlebih Michah tinggal sendirian dan jauh dari pemukiman. "Tidak Michah, aku akan langsung menuju kota saja." Tolak Loto. "Ayolah Loto, jangan menolak, sebentar saja. Kau tidak perlu takut denganku." "Bukan, bukan seperti itu. Untuk apa aku takut padamu. Hanya saja, aku tidak diperbolehkan berduaan dengan wanita yang bukan mahromku. Ini tidak benar dalam keyakinan yang kuanut, terlebih kau tinggal sendirian di rumah ini. Maaf, tapi aku harus menolak tawaranmu ini." "Sayang sekali," Michah tertunduk sedih. "Padahal aku ingin bercerita banyak denganmu Loto. Jujur saja, tidak banyak atau bahkan hampir tidak ada, orang yang bisa kupercaya dan mempercayaiku selama ini. Tapi dirimu berbeda. Selain karena kau sudah menyelamatkanku, aku bisa merasakan bahwa kau pribadi yang tulus. Kurasa, untuk pertama kalinya setelah sekian lama dalam hidupku, aku bisa mempercayai seseorang lagi dan membagi penderitaanku dengannya. Aku ingin membagi kisahku Loto. Tidakkah kau ingin mendengar, kenapa tadi aku bisa sampai terikat di seekor kuda? Aku akan menceritakan semuanya padamu jika kau mau sebentar saja singgah ke rumahku. Tapi aku takkan memaksa jika kau masih ingin pergi." Loto bimbang. Tapi dirinya bisa melihat betapa inginnya wanita tersebut membagi ceritanya dengannya. Loto bisa merasakan bahwa banyak masalah yang mengelilingi Michah. Wanita itu seperti sedang mengalami tekanan mental yang berat dan masalah yang serius. Dengan enggan, Loto terpaksa menerima tawaran Michah. "Baiklah, tapi aku hanya akan singgah, aku tidak ingin bermalam disini. Aku akan bermalam di Reagel Town. Aku juga hanya ingin numpang beribadah di rumahmu saja. Setelah kau menjamuku, aku akan pergi." "Tentu saja, tidak masalah. Sebentar juga tidak apa-apa." Sahut Michah tersenyum cerah. "Setidaknya aku bisa membalas semua kebaikanmu Loto. Di rumahku ada banyak makanan yang bisa kau makan dan bisa kau bawa sebagai perbekalanmu nanti diperjalanan." Loto pun turun dari kudanya. Dia mengikat El-Doramu dengan kencang. Loto jelas tak ingin kejadian hilangnya kuda kesayangannya karena dicuri akan terulang kembali. Loto melihat lingkungan sekitar kediaman Michah yang menyeramkan, dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi menjulang. Sepinya malam tanpa suara kecuali hanya bunyi gagak dan serangga-serangga kecil, terlihat begitu menakutkan bagi Loto. Cerita hantu bukanlah sesuatu yang asing bagi dirinya. Pasalnya dalam komunitas Acahualpa, di malam ketika mereka melakukan kumpul Ashohivi mengelilingi api unggun, sering diceritakan kisah-kisah menyeramkan terkait dengan hantu dan penyihir. Dituturkan oleh orang-orang tua kepada mereka yang masih anak-anak. Termasuk Loto yang masih kecil ketika mengikuti Ashohivi, juga mendengar kisah-kisah itu langsung dari mulut ayahnya sendiri Nihima selaku Gegumohat atau sang penutur kisah. Saat ini Loto tentu tidak takut lagi dengan hantu atau semacamnya. Dia sudah dewasa. Tak ada lagi yang Loto takutkan terkait dengan makhluk-makhluk menyeramkan dalam dongeng cerita. Tapi tetap saja, suasana sepi sekarang ini membuat bulu kuduk Loto bergidik ngeri. Michah perlahan mulai membuka pintu rumah sederhananya. Dengan senyuman lebar wanita cantik itu mempersilahkan Loto untuk masuk ke dalam rumahnya. "Silahkan, aku akan siapkan sesuatu untukmu." Michah masuk terlebih dahulu dan bergegas ke dapur. Dengan perlahan agak sedikit ragu-ragu, Loto melangkahkan kakinya untuk memasuki rumah Michah. Jangan sampai aku bernasib sama seperti dongeng Eropa Hansel and Gretel. Pikir Loto dalam benaknya saat ini ketika mulai memasuki rumah kediaman Michah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN