Bible Yang Berbeda

1717 Kata
Michah mempersiapkan segala jamuan yang akan dia berikan kepada Loto di dapur. Sementara Loto masih memainkan matanya menerawang seisi rumah wanita itu. Rumah yang seluruhnya terbuat dari kayu tersebut walaupun sederhana tetapi cukup bersih. Kelihatan sekali bahwa penghuninya yakni Michah suka kebersihan dan senantiasa membersihkan rumahnya. Rumah yang bersih dan tertata rapi adalah impresi pertama bagi Loto yang memberitahunya bahwa penghuninya adalah orang yang baik, teliti, apik dan cukup bisa diandalkan terutama bagi perempuan. Kebersihan merupakan standart utama wanita suku Acahualpa. Wanita bagi Acahualpa akan dipandang sebagai pribadi yang berkualitas dan bertata krama ketika mengutamakan kebersihan. Suku Acahualpa memang dikenal sebagai suku yang bersih dan mementingkan nilai-nilai kebersihan, karena bagi Acahualpa—noda sekecil apapun yang melekat pada barang atau pakaian yang mereka pakai adalah cerminan dosa keteledoran. "Kenapa sedari tadi berdiri terus? Silahkan duduk dimana saja kau mau. Aku akan menyiapkan sesuatu terlebih dahulu, sebentar saja. Tolong tunggulah. Jangan sungkan-sungkan." Ucap Michah tersenyum. Sementara Loto merasa benar-benar tidak enak harus satu rumah berduaan dengan wanita yang cantik namun bukan mahromnya di malam hari. Loto hendak langsung menunaikan Sholahah Gu'u di rumah Michah. "Emm, selagi kau menyiapkan sesuatu disana, bolehkah aku meminta izin padamu?" "Ya, izin apa?" "Bolehkah aku menunaikan ibadahku di rumahmu? Kau punya pasokan air bersih?" "Oh, tentu. Beribadah ya. Boleh, kau bisa beribadah dimanapun kau mau." Michah mempersilahkan Loto dan mengizinkannya untuk sholat. Tetapi ekspresi Michah agak heran ketika memikirkan soal ibadah Loto. Ibadah macam apa yang sedang Loto bicarakan? Michah tidak begitu mengerti ibadah seperti apa yang akan Loto kerjakan di rumahnya. Loto juga menanyakan air bersih untuknya berwudhu. Michah mengatakan bahwa di dekat bilik kamarnya atau di sebelah tempat kamar mandi ada sebuah tong berisi air bersih. Loto bisa menggunakan air di dalamnya sekehendaknya dengan bebas. "Pakailah air disana," ucap Michah seraya heran. Ibadah ritual Loto menggunakan air? Pikir Michah bertanya-tanya. Dia belum pernah mendengar hal semacam itu sebelumnya. Loto dengan masih agak sungkan akhirnya mengambil wudhu-nya, lalu menjalankan sholat di dalam rumah Michah. Setelah selesai mengerjakan Sholahah Gu'u, Loto masih duduk untuk bertafakur dan tidak beranjak dari tempatnya. Loto melantunkan dzikir, tasbih dan tahmid. Tak lupa Loto juga melantunkan banyak sholawat untuk junjungannya Huvori Ehu Muhammad beserta keluarganya yang disucikan dan dimuliakan. Setelah selesai mengerjakan itu, Loto kembali berdiri untuk mengerjakan Sholahah Ishu karena memang sudah masuk waktunya. Sholahah kelima dan penutup dari lima Sholahah harian Loto. Sementara Michah sudah selesai menyiapkan segala hidangan untuk Loto. Tapi Michah sangat bingung dengan yang Loto lakukan. Tak pernah ia melihat tata cara ibadah seperti itu sebelumnya. Michah melihat dan mengintip Loto diam-diam. Ketika Loto disibukan dengan ibadahnya, Michah malah dengan lancang membuka tas yang selalu dibawa Loto. Wanita itu merogoh apa saja yang dibawa Loto dalam tasnya karena penasaran. Michah menemukan sebuah buku saku kecil yang merupakan Qur'an kecil tulisan tangan Nihima. Michah duduk dan mulai membaca kitab tersebut dengan serius. Dari ketiga bahasa yang ada di dalamnya yakni Arab, Quopas dan Inggris tentu saja, Michah hanya bisa membaca dan memahami tulisan Inggrisnya saja. Dengan serius dan penuh penghayatan Michah membaca ayat demi ayat yang tertulis disana. Cukup lama wanita itu membacanya, mungkin ada sekitar 25 menit dia membacanya ketika Loto disibukkan dengan ibadahnya. "Apa yang kau lakukan!?" tegur Loto. Membuat Michah tersentak dan kaget. Dia merasa bersalah karena telah menyentuh barang-barang milik Loto. "Itu kan Qur'an sakuku. Tadinya itu ada di dalam tasku. Apa kau mengambilnya dari sana? Kenapa kau melakukan itu? Bukankah menyentuh barang-barang milik orang lain itu tidak baik dan tidak diperbolehkan. Kau tidak boleh sembarangan menyentuh barang-barangku. Aku bisa saja salah paham padamu dan mengira kau akan mencuri dariku." "Tidak, bukan begitu Loto. Aku hanya penasaran saja. Maafkan aku," Michah benar-benar menekuk sedih wajahnya. Dia nampak sangat bersalah. "Aku tahu itu tidak sopan dan seharusnya aku tidak boleh melakukannya. Aku hanya penasaran karena tas itu adalah milikmu. Jujur saja Loto, aku sudah menyukaimu semenjak pertama kali kita bertemu. Sejak kau datang dan menyelamatkan hidupku, aku sudah dibuat jatuh hati padamu. Oleh karena itu, sebelum kau pergi jauh dan kita mungkin tidak akan berjumpa lagi, aku bersikeras untuk menjamumu di rumahku. Walau hanya sebentar, aku cukup puas. Sungguh, aku tak ada niat jahat padamu seperti mencuri atau apapun. Percayalah padaku!" Wanita itu berterus terang sekali, gumam Loto dalam pikirannya. Cinta pada pandangan pertama. Itulah yang dirasakan oleh Michah saat ini kepada Loto. Dia mengalami sebuah syndrome yang dinamakan syndrome Sinemphis, diambil dari nama Dewi ketegaran yunani, yakni sindrom dimana seorang wanita jatuh hati pada penyelamatnya. Bentuk lain dari Nightingale Syndrome. "Sungguh, aku tak ada maksud jahat apa-apa padamu Loto, apalagi sampai ingin mencuri. Aku takkan pernah melakukan semua itu. Tolong maafkan kelancanganku ini." Michah menaruh kembali Qur'an saku Loto ke dalam tasnya. "Tolong jangan marah Loto. Jangan pergi dulu dari sini. Setidaknya makanlah dulu semua yang sudah kusiapkan. Kau juga bisa membawanya untuk perbekalanmu. Maafkan aku, aku mengerti kalau kau marah." "Yaaa, ya sudahlah." Sahut Loto. Dirinya sebenarnya tak suka ketika Michah seenaknya menyentuh barang-barang miliknya. Tapi ketika Loto memandang wajah bersalah dan sedih Michah, Loto kembali melihat ketulusan dalam kedua mata wanita itu. Benar-benar hanya ada ketulusan di dalam matanya, sehingga Loto menyimpan kesalnya dan tetap berada disana untuk menyantap jamuan yang sudah susah payah Michah persiapkan. "Ma—maafkan aku, takkan kuulangi lagi." "Iya, kubilang tidak apa-apa. Tak perlu lagi kau pikirkan. Aku juga ingin meminta maaf karena sudah sembarangan menuduhmu." "Tidak, disini akulah yang salah." Ucap Michah. "Apa kau sudah selesai dengan ibadahmu?" "Sudah, terima kasih sudah membolehkanku melakukannya disini." "Baiklah, sekarang kau bisa makan. Duduklah. Semua yang ada di meja ini sengaja kusiapkan untukmu. Maaf hanya ada ini. Kuharap kau menyukainya." "Tidak masalah, ini juga lebih dari cukup untukku." Sahut Loto. "Terima kasih karena kau sudah repot-repot menyiapkan semua ini, Michah." Loto duduk dan mulai menyantap satu persatu hidangan yang Michah persiapkan. Sebelum mencicipinya, Loto bertanya terlebih dahulu apakah makanan itu mengandung babi atau dimasak dengan minyak babi. Michah menggeleng, "tenang saja. Semua makanan ini tidak berminyak atau dimasak dengan minyak tapi dikukus. Semua kandungan dagingnya juga hanya domba dan sapi saja, tidak ada babi. Kau tidak perlu khawatir." Jawab Michah. "Apakah kau tidak bisa makan babi tuan Loto?" "Benar, aku tidak bisa. Dalam kepercayaanku, babi haram dan tak boleh kami makan." Loto kemudian mulai menyantap hidangan tersebut dengan tenang. "Awalnya kupikir kau seorang evangelis yang agamis atau Advent, Loto. Itu semakin diperkuat ketika kau bilang tidak makan babi. Itu sama seperti tradisi kosher dalam gereja adventarian. Kemudian aku juga membaca kitab kecil yang tadi kuambil dari dalam tasmu. Aku cukup lama membacanya. Kuyakin buku kecil itu bukan sembarang buku, melainkan sebuah kitab Tuhan. Kata-kata di dalamnya sungguh indah dan menyentuh. Menggelora dan memiliki kekuatan. Aku tahu semua yang ditulis disana merupakan perkataan Tuhan, sama seperti Bible (Alkitab). Tapi aku tahu benar itu bukan Bible. Kau memiliki Bible yang berbeda. Ibadahmu tadi juga tak pernah kulihat sebelumnya Loto. Aku tidak yakin, dari gereja mana dirimu. Mungkin gereja yang tak pernah kukenal sebelumnya. Astaga, bicara apa aku ini. Menanyakan tentang denom gerejamu, sementara aku sendiri tidak pernah ke gereja sama sekali dan bukan orang yang taat." "Kau benar Michah. Gereja yang kuikuti berbeda dengan yang kau tahu. Kau bisa anggap seperti itu." Sahut Loto. "Dan kitab yang baru saja kau baca, benar, itu adalah Bible ku, kitab suciku. Namanya adalah Al-Qur'an. Itu ditulis tangan sendiri oleh ayahku Nihima dalam 3 bahasa." "Itu hebat. Tidak banyak orang yang menulis dan menyalin kitab sucinya sendiri." "Itu karena tidak ada kitab itu di negara ini alias langka. Mendapatkannya sangat susah. Oleh karenanya, Papuu Nihima berinisiatif menulis sendiri kitab Qur'an selama berpuluh-puluh tahun. Nihima menulisnya dengan sangat hati-hati. Hanya ada satu yang seperti ini di seluruh negeri." Loto memegang Qur'an saku tersebut di tangannya. "Kitab ini, sekarang sudah menjadi benda paling berharga yang akan terus kusimpan. Kitab ini lebih penting dari nyawaku sendiri. Akan selalu kujaga sampai kapanpun sebagai warisan dari Nihima." "Nihima, jadi itu nama ayahmu? Dia terdengar sangat hebat Loto." Ucap Michah. "Dia memang hebat," jawab Loto. "Sosok paling hebat yang pernah kukenal sepanjang hidupku." "Itu sudah pasti, dia kan ayahmu sendiri." "Bukan," gumam Loto. "Dia hanya ayah angkatku. Tapi dia sudah menjadi ayahku semenjak aku dilahirkan. Nihima lah yang selama aku hidup sudah menjagaku, merawatku dan memeliharaku selama ini. Tuhan telah mengkaruniakan sosok ayah terhebat seperti Nihima ke dalam hidupku. Untuk itu aku sangat bersyukur." "Terlihat sekali, kau tidak hanya mengaguminya, tapi kau juga sangat menyayanginya Loto, walau dia bukan ayah kandungmu. Lantas, dimana ayahmu sekarang? Apa dia tidak ikut denganmu?" tanya Michah yang seketika membuat Loto tiba-tiba tertunduk sedih. "Nihima ... dia ... sudah tiada. Ayahku baru saja meninggal beberapa hari yang lalu." "Ohh, maafkan aku," gumam singkat Michah. "Aku tidak tahu." Michah seketika mengubah ekspresinya. Wajahnya juga ikut memucat karena bersedih, seakan dia bisa memahami penderitaan Loto selama ini. Michah nampak mudah sekali menyambungkan perasaannya terlebih kepada Loto, sehingga ia bisa dengan mudah merasakan hal yang sama dengan yang Loto rasakan. Michah bisa memahami rasa sakit dan kehilangan yang Loto pendam saat ini. Michah dengan cepat mengalihkan pembicaraan. Selanjutnya keduanya bisa dengan cepat beradaptasi tanpa ada kendala komunikasi. Mereka saling bertukar cerita dan mengobrolkan apapun yang ada dalam kepala mereka. Loto cukup terbuka dengan Michah. Tak ada beban bagi Loto untuk menceritakan segalanya. Asal usul dan desanya, masa kecilnya, pengalamanya bersama Nihima, bagaimana dia bekerja dan magang di beberapa negara bagian selama 4 tahun, semua Loto ceritakan dengan ringannya. Kecuali tujuannya saat ini untuk memburu MagniSeven dan membalas dendam kepada mereka. Loto tidak mengatakan apapun kepada Michah mengenai hal tersebut. Meski begitu, Michah dengan cepat dapat membuat Loto nyaman untuk bicara berdua. Terakhir kali dia merasakan kenyamanan seperti itu ketika masih berpacaran dengan Zeta. Michah juga sama seperti Loto. Dirinya merasa diterima kembali. Michah nampak begitu senang dapat mengobrol dan bicara dengan pria seperti Loto. Michah juga dengan mudah membuka hatinya kepada Loto. Tapi sama seperti Loto yang menyimpan satu part bagian yang ia sembunyikan dan tak ingin dia ceritakan kepada Michah. Wanita itu pun juga menyimpan satu kisah yang tidak dia ceritakan kepada Loto. Tidak sebelum Loto sendiri yang bertanya padanya. Keduanya membicarakan banyak hal. Antara Loto dan Michah, hanya selisih usia tiga tahun. Michah lebih tua tiga tahun daripada Loto. Saat ini Loto berusia 29 tahun, sedangkan Michah berusia 32 tahun. Meski lebih tua dari Loto, tapi bagi Michah Loto sangat dewasa di matanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN