Musuh Terbesar

1818 Kata
Di salah satu ujung barat Reagel Town, di sebuah gudang tak terpakai, Kadeto Marvis Joshua terlihat menunggu para anggota MagniSeven yang lain. Zeta dan Piscar Lowie tiba lebih dulu disana. Mereka meminta maaf pada Kadeto karena datang terlambat. "Maaf ketua, kami teralihkan dengan kejadian menarik yang terjadi di pinggiran kota." Ucap Lowie. "Jalan-jalan kami jadi lebih lama." "Ya ketua Kadeto, kami minta maaf." Sahut Zeta Chloe Jones. "Tidak apa-apa," jawab ketua Kadeto. "Lagipula yang lain juga belum balik dari kota. Mungkin mereka juga teralihkan dengan kejadian menarik yang kalian maksud. Oh ya, kejadian menarik seperti apa yang ada di kota, Lowie?" tanya Kadeto tersenyum. "Begini ketua, tadi ... ada seorang pria yang dikeroyok habis-habisan oleh banyak sekali Koboy." Jawab Lowie, mengisahkannya dengan antusias. "Sebelumnya dia juga melawan seorang Koboy berbadan besar yang menyebut dirinya Salamander Kid. Itu bukan duel tembak tapi hanya ada jotos dan pukulan. Tapi walaupun begitu, Koboy yang tubuhnya lebih kecil dari lawannya itu berhasil menumbangkan musuhnya hanya dengan satu pukulan." "Hmm, dari apa yang kau ceritakan, pria itu menarik juga." Ucap Kadeto. "Benar kan ketua. Jika ketua Kadeto melihatnya, ketua juga pasti akan menyukai pria itu. Dia sangat gigih. Dan yang lebih hebatnya lagi, pria itu melakukan semuanya hanya demi seorang wanita mantan p*****r yang mungkin saja baru dikenalnya. Wanita itu disebut sebagai penyihir oleh warga setempat. Pria itu hanya membela hak dan kehormatan wanita tersebut." "Kau benar, aku hanya mendengar kisahnya darimu, tapi aku sudah menyukai orang itu." Sahut Kadeto. "Dia pasti Koboy yang sangat menarik. Sayang aku tidak melihat semua itu. Lantas, bagaimana akhirnya nasib orang tersebut...? Kau bilang dia dikeroyok oleh banyak Koboy." "Itu masalahnya ketua, aku tidak melihatnya sampai selesai. Zeta malah memaksa agar kami cepat pergi dari sana. Padahal kan aku sangat ingin melihat nasib dari Koboy itu. Apakah dia berhasil selamat, atau malah mati dikeroyok. Aku masih ingin melihat semuanya, tapi Zeta malah menarikku untuk segera pergi dari sana. Zeta sangat membosankan sekali." "Kupikir sebaiknya kita harus cepat menemui ketua supaya ketua tidak lama menunggu. Aku hanya tidak ingin ketua Kadeto sampai menunggu kita disini terlalu lama. Dan benar saja, diantara kita semua ternyata memang hanya ketua yang sampai disini lebih dulu. Tidak ada waktu bagi kita untuk bersantai-santai di kota, karena kita harus segera pergi meninggalkan Reagel Town siang ini juga. Ini kan juga perintah ketua." Jawab Zeta agak kesal. "Iya, iya, kau tidak perlu marah begitu." Ucap Lowie ke Zeta. Tidak lama kemudian anggota MagniSeven yang lain masuk ke tempat itu. Falcon Zoldack, Konaki Mabble Rodrick, River The Ontario, dan Mackie Jacko, mereka semua meminta maaf kepada sang ketua Kadeto Marvis Joshua atas keterlambatan mereka. Konaki menceritakan kepada ketua mereka bahwa fokus mereka teralihkan sewaktu di kota oleh karena kejadian menarik yang baru saja diceritakan oleh Piscar Lowie. "Wah, ternyata kalian juga melihatnya?" tanya Lowie begitu riang. "Ya, kami juga disana menyaksikannya." Jawab Mackie Jacko. "Ketua, andai saja kau juga berada disana menyaksikan." Ucap Konaki. "Koboy itu sangat gigih dan sulit ditaklukkan. Ingin sekali rasanya aku bisa melawannya dan berduel dengannya. Andai saja kita tidak sedang terburu-buru dan dikejar waktu saat ini, pasti akan kucari pria itu untuk mengajaknya berduel." Zeta bergeming, menolehkan pandangan ke Konaki dengan tatapan kesal. "Bukan hanya kau, aku pun juga tertarik untuk menghadapi pemuda itu." Sahut Mackie Jacko. "Ingin sekali rasanya bisa mengalahkannya dan membunuh pria itu." "Apa kalian yakin dia setara dengan kalian?" tanya River The Ontario ikut menimpali. "Yah, walaupun dia bukan level kita para MagniSeven, tetapi aku masih ingin sekali berduel dengannya." Jawab Mackie Jacko. "Benar, tidak ada salahnya berduel walau kita tahu dia bukan level kita." Sahut Konaki. "Tidak, kalian salah memahami ucapanku." Ralat River, "maksudku dia tidak setara dengan kalian karena bisa saja dia lebih kuat." Mendengar ucapan Jonah tersebut, ekspresi Konaki dan Jacko berubah menjadi kesal. Mereka berdua merasa diremehkan oleh River The Ontario. "Apa maksud ucapanmu itu Jonah!?" tanya Mackie Jacko. "Kau ingin mengatakan bahwa pria itu lebih kuat dari kami? Rekan macam apa kau ini! Meremehkan rekanmu sendiri." "Hei, Jonah! Seenaknya saja kau meremehkanku. Dirimu saja bahkan tidak lebih kuat dariku." Sahut Konaki Mabble Rodrick, sama tidak terimanya. "Apa kau ingin bukti bagaimana kekuatanku? Ayo kita berduel. Kita buktikan apakah kau lebih kuat dariku atau sebaliknya." "Kenapa kalian marah? Aku hanya mengatakan sebuah kemungkinan saja." Ucap River The Ontario santai dengan wajah tak bersalah. "Konaki, kau malah mengajakku berduel, padahal aku tidak sedang membandingkan dirimu denganku, tapi dengan pemuda itu." "Sudah, sudah. Masa hanya karena orang itu saja, sesama kita malah bersitegang seperti ini." Ucap Lowie coba melerai. "Kau benar Lowie," ucap Kadeto. "Belum bertemu dengan kita saja dia sudah bisa memecah belah MagniSeven." Kadeto tertawa keras. "Aku menjadi semakin penasaran dengan sosok pria yang sedang kalian bicarakan. Dari perkataan kalian, dia orang yang sangat menarik." Sementara Falcon Zoldack sedari tadi terdiam seraya menatap Kadeto Marvis Joshua. Andai ketua juga melihat pemuda itu tadi. Pikir Zoldack. Mungkin ketua Kadeto akan lebih tertarik dengannya. Entah kenapa aku merasa pria itu juga memiliki hal yang sama seperti ketua. Lebih tepatnya dia sangat mirip dengan ketua dalam beberapa hal. Aku tidak tahu apa itu. Aku malah memikirkan dia juga memiliki mata Django. Tapi itu jelas mustahil. Falcon Zoldack berjibaku dengan pikirannya sendiri. "Bagaimana menurutmu Falcon?" tanya Kadeto menatap Falcon Zoldack sambil tersenyum. "Kau juga menyaksikan kejadian itu. Sebagai wakil ketua yang memiliki usia yang lebih tua dariku, kau memiliki pikiran dan penilaian yang selalu bisa kupercaya. Aku ingin menanyakan padamu tentang pemuda itu Falcon. Seperti apa dia menurutmu? Apakah benar dia istimewa? Karena menurut penilaianku dia tipe orang yang bisa kusukai." "Tidak ada yang istimewa darinya," jawab Falcon Zoldack. "Pria itu hanya tipikal manusia-manusia naif dan pasifis yang senantiasa mencoba menegakkan keadilan. Dia gigih dan bertekad kuat, tapi dia lemah karena dia hanya memiliki satu sisi, yakni kebaikan. Dia tidak akan cocok bersama kita. Dia adalah tipikal orang yang cenderung akan menjadi musuh kita. Musuh terbesar kita." Tegas Falcon Zoldack. "Kalau kau sudah berkata begitu, itu cukup bagiku, artinya dia tidak seistimewa itu." Ucap Kadeto. "Aku juga berpikir dia bukan orang yang akan menyukai kita. Dia adalah manusia yang jika memiliki kesempatan, maka dia akan menjadi orang yang dapat menyusahkan kita. Dia tidak akan bisa memahami bahasa kita ataupun tindakan-tindakan kita. Orang seperti itu dan kita tidaklah sama, malah lebih tepat dikatakan berseberangan." Zeta merenung sesaat. Dirinya merasa buruk dan tidak begitu baik saat ini terlebih ketika ketua Kadeto mengkomparasi kelompok mereka dengan mantan kekasihnya sendiri, Loto. "Untuk apa kita semua disini membahas orang itu." Gumam Zeta. "Ketua, apa tidak sebaiknya kita bersiap. Kita harus segera meninggalkan kota ini siang nanti bukan." "Zeta benar. Kalian semua, persiapkan diri kalian." Ucap Kadeto. "Kita akan meninggalkan Reagel Town siang ini juga. Perjalanan panjang menanti kita. Rute yang kita ambil tidak akan melewati Mineral County ataupun Carson City dan langsung menuju ke arah Churchill." "Tak sabar rasanya menemukan selimut legendaris itu." Sahut Mackie Jacko. "Jika selimut atau kain itu memang sesuai dengan legendanya," ucap Konaki. "Aku lebih mengkhawatirkan itu daripada kain tersebut ternyata tidak berada disana." "Apa kau meragukan apa yang dikatakan ketua, Konaki!?" tanya River The Ontario nampak marah. "Ketua Kadeto adalah bukti nyata. Itulah kenapa kita berusaha keras mencarinya." "Ya, kita sudah bertahun-tahun berusaha mengumpulkan informasi terkait dengan kain Kisa tersebut." Sahut Piscar Lowie. "Sampai akhirnya kita menemukan si tua Acahualpa itu adalah kunci penting untuk menemukannya. Kita sudah selangkah lebih dekat lagi." *** Di kediaman Michah, Loto telah selesai melakukan pengobatannya. Michah menyiapkan kembali perbekalan Loto untuk perjalanannya seperti membuat Enchilada pedas. Selain hebat dalam ramuan dan obat-obatan Michah Delgado juga mewarisi keahlian memasak resep-resep makanan ala Meksiko sebab ibu Michah separuh Meksiko. "Kau sudah banyak memberiku perbekalan, yang tadi malam kau berikan saja itu sudah cukup." Ucap Loto. "Belum lagi semua ramuan obat-obatan menakjubkan ini. Dengan kau berikan ini saja padaku itu sudah lebih dari cukup Michah. Tidak usah merasa terlalu berhutang budi padaku. Obat ramuan inilah yang benar-benar kubutuhkan." Loto menatap penuh kekaguman pada obat herbal oles yang sudah Michah bungkuskan dalam sebuah wadah besi kecil berbentuk bundar yang saat ini sedang ia pegang. "Kau bisa berkata itu berguna, karena kau sendiri tahu akan segera menghadapi suatu bahaya bukan." Michah menatap Loto dengan sedih. "Aku memang tidak berhak melarangmu membalas dendam. Tapi Loto, setidaknya ceritakan padaku alasannya sebelum kau pergi. Aku ingin mendengar itu. Aku ingin tahu alasan dibalik dendam yang menyelubungimu. Dendam yang selama ini tak pernah kau simpan atau pelihara dalam hati sejak dulu. Kau bukan manusia pendendam, kau manusia baik. Ceritakanlah sebelum kau pergi." "Baiklah Michah, berhubung aku juga akan berangkat sebentar lagi. Kurasa tak ada salahnya aku membagi cerita denganmu. Memberitahumu apa yang terjadi." "Bukan Loto, bukan cerita yang akan kau bagi. Aku tidak tertarik dengan ceritamu yang melahirkan dendam itu. Aku hanya mau agar kau secara terbuka membagi lukamu, kesedihanmu, kehilanganmu dan amarahmu padaku." Loto terdiam sejenak. Dia kemudian menceritakan semuanya pada Michah. Tentang bagaimana dia kehilangan Nihima ayahnya, bagaimana Nihima dibunuh dan kehilangan nyawanya. Tentang amanat atau tugas yang diberikan Nihima kepadanya sebagai pesan terakhir yang saat ini sedang Loto emban yakni mencari kain Kisa atau Wakalyapi Langit. Juga tentang sekelompok Koboy bandit yang disebut Magniseven yang sedang Loto buru karena selain sudah menghilangkan nyawa Nihima, mereka juga sedang mengincar artefak yang sama dengan yang dicari oleh Loto. Artefak kain berharga yang Nihima lindungi selama ini. Michah akhrinya mengerti semua kisah Loto. Ingin rasanya Michah memeluk dan menghentikan Loto agar tidak pergi, sebab dia tahu Loto sedang berjalan menuju lembah kematiannya sendiri. MagniSeven bukanlah kelompok bandit Koboy sembarangan. Menghadapi Salamander Kid saja Loto sudah menjadi seperti ini. Bagaimana nanti ketika Loto berhadapan dengan mereka? Michah sangat ingin menghentikan Loto akan tetapi dia sadar tak ada yang bisa menghentikan langkah Loto sekarang. Tidak dirinya. Loto sudah memilih dan menetapkan tujuan besarnya saat ini, dan takkan ada yang bisa menghentikan itu. Balas dendam adalah tujuan utama Loto. Loto beranjak keluar dari rumah Michah ketika ia sudah mengepak semua barang yang akan dia bawa. Loto kelihatan mulai menyiapkan El-Doramu. Sesaat ketika Loto hendak naik ke atas sadel kudanya, Michah memegang tangan Loto tanpa sadar. Sontak Loto menarik kembali tangannya. "Maaf," gumam Michah. Ekspresinya sangat sedih. "Berjanjilah padaku satu hal Loto," ucap Michah, menatap langsung ke dalam mata Loto. "Berjanjilah padaku kau akan pulang dengan selamat. Berjanjilah kau takkan mati. Berjanjilah padaku kau akan datang lagi kemari. Jika kau tidak bisa menganggapku lebih dari seorang teman, maka berjanjilah kepada temanmu ini." "Aku akan berusaha untuk menyelesaikan urusanku, dan tentu saja akan mengusahakan bisa pulang dalam keadaan selamat. Tapi aku tidak bisa menjanjikan semua itu ataupun tidak mati. Aku hanya manusia biasa yang tak bisa mengontrol apapun. Serahkan saja kepada Tuhan. Akan tetapi Michah, sebagai teman aku bisa menjanjikan padamu satu hal. Kalau aku bisa pulang dengan selamat, aku akan datang kembali kemari dan menemuimu. Bukankah kau tertarik dengan Islam-ku dan ingin belajar lebih banyak tentangnya?" Michah mengangguk seraya hendak menangis. "Kau janji Loto?" Loto balas mengangguk sambil tersenyum "Hanya jika aku selamat."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN