Loto akhirnya pamit pada Michah. Dia berterima kasih Michah sudah membekali dirinya dengan banyak persediaan seperti air, makanan, obat-obatan tradisional hingga selimut khusus yang Michah rajut sendiri. Semua Michah berikan untuk Loto. Wanita itu berharap Loto bisa benar-benar pulang dalam keadaan selamat. Michah tak bisa berbuat banyak untuk menghentikan kepergian Loto. Hanya doa tulus untuk keselamatan Loto yang bisa Michah berikan.
"Aku akan senantiasa berdoa untukmu, Loto. Kau sudah mengubah hidupku. Sekarang mereka tidak akan memandangku dan masa laluku lagi. Semua berkat kegigihanmu membelaku. Dan sekarang, kau sedang menempuh tujuan dari hidupmu sendiri. Aku tahu itu sangat berbahaya. Tapi aku bisa apa? Hanya doa yang akan selalu kupanjatkan untukmu."
"Terima kasih sekali lagi Michah." Balas Loto. "Oh iya. Pastor Emmet masih ada di kota. Dia tadi bilang akan terus berada di Reagel Town selama beberapa bulan. Dia tidak tahu bahwa aku akan pergi hari ini juga. Aku sengaja tidak pamit dan menemuinya terlebih dahulu sebelum berangkat. Aku takut dia akan bertanya kepadaku dan malah mengetahui tujuanku yang sebenarnya. Pastor Emmet pasti akan melarangku. Tolong jika kau ke kota, sampaikan saja salamku pada Pastor Emmet ya, Michah. Beliau bukan saja sudah seperti teman tapi juga orangtua bagiku."
"Baiklah, akan kusampaikan nanti."
"Beliau pasti akan sangat kecewa mendengar aku sudah pergi dari sini bahkan tanpa pamit kepadanya terlebih dahulu." Ucap Loto. "Pastor Emmet senang sekali berbincang sambil meminum kopi hangat denganku. Sudah lama rasanya kami tidak melakukannya. Aku pun merindukan itu." Loto tertawa kecil, dia sudah berada diatas kudanya.
"Ya sudah Michah, aku pergi sekarang." Ucap Loto pamit.
Loto perlahan menjalankan kudanya. El-Doramu berjalan dengan pelan, belum berlari.
"Loto, tunggu!" cegat Michah sembari berlari kecil mengejar Loto.
Loto menoleh. "Ada apa lagi, Michah?"
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Ini sangat penting."
"Ya, tidak apa-apa. Katakan saja. Tapi cepat, aku tidak memiliki banyak waktu."
"Begini, di hari ketika aku bertemu denganmu dan kau menyelamatkan nyawaku, aku berpikir kita sudah ditakdirkan untuk bertemu. Ini hanya perasaanku saja, maafkan aku. Kau sendiri sudah tahu bagaimana perasaanku padamu kan, Loto? Aku menyukai dirimu bukan hanya karena kau sudah menjadi penyelamat dari hidupku, tetapi karena kau lelaki yang istimewa di mataku. Kepribadianmu baik dan luar biasa. Kau dididik dengan sangat baik oleh ayahmu dan oleh ajaran yang kau anut. Itulah yang ingin kukatakan Loto. Aku tidak hanya tertarik kepadamu, tetapi juga pada kepercayaan dan keyakinan yang kau anut, Islam. Aku sepertinya juga jatuh cinta dengan agama itu. Semenjak membaca ayat-ayat suci dari kitab sucimu, pesannya langsung merasuk ke hatiku dan tersampaikan dengan baik oleh pikiranku. Itulah ketenangan yang selama ini aku cari-cari Loto. Semenjak hari itu aku tidak bisa melupakan hasratku untuk berkeinginan mengenal Islam dengan lebih baik. Oleh karenanya saat tadi malam kau pergi, aku ingin kembali menemuimu di kota, aku ingin belajar banyak darimu tentang agamamu. Makanya hari ini aku memberanikan diri ke Reagel Town untuk mencarimu dimana biasanya aku akan ditolak setiap kali datang ke kota."
"Apa yang hendak coba kau sampaikan?" tanya Loto menatap dengan serius.
"Kau sudah berjanji akan datang kembali kemari dan menemuiku. Jadi penuhilah janji itu. Aku akan sangat menantikan hari itu. Hari dimana aku akan belajar Islam lebih banyak darimu. Kau mau kan Loto, menjadi guru sekaligus sumberku mengenali Islam?" tanya Michah. "Aku ingin meresapi Islam terlebih dahulu sebelum mengucapkan syahadat, atau pengakuan itu."
Loto mengangguk pelan seraya tersenyum dengan lebar. Dia melihat ketulusan Michah yang benar-benar tertarik dengan Islam. Loto mengatakan dirinya dengan senang hati akan menjadi guru bagi Michah jika Michah ingin mengenal Islam lebih banyak.
"Kalau begitu tunggulah aku," sahut Loto. "Ketika aku pulang nanti, dan datang kembali menemuimu, kau bisa belajar mengenai Islam dariku. Aku sangat senang mengetahui hal ini. Artinya setelah Nihima tiada, aku tidak akan lagi menjadi satu-satunya manusia yang menganut agama ini di pesisir barat Amerika."
"Akan selalu kutunggu," jawab Michah tersenyum.
Loto mengangguk, kemudian dia memacu El-Doramu dengan sangat kencang.
"Hiyaaaa!"
Loto berjalan cepat ke arah takdirnya sendiri. Memburu Magniseven dan menemukan selimut Kisa itu. Takdir yang menunggu Loto, yang akan ia jalani setelah ini, merupakan takdir terbesar yang pernah diemban sepanjang hidupnya. Takdir yang akan mengubah drastis hidup Loto, yang akan membawakan kepadanya penyingkapan rahasia terpenting terkait identitasnya selama ini.
Pencarian Wakalyapi Langit atau kain Kisa itu akan membawa Loto mengenali siapa dirinya, latar belakangnya, dan asal muasalnya. Fakta terkait hidup Loto yang selama ini ditutup rapat oleh Nihima dan tak pernah diberitahukan olehnya kepada Loto.
Petualangan Loto yang sebenarnya baru saja dimulai.
***
Sementara Loto sudah pergi meninggalkan Reagel Town untuk menjemput takdirnya sendiri, para MagniSeven pun sudah akan bersiap meninggalkan kota tersebut untuk menuju tempat yang sama dengan yang akan dituju oleh Loto. Entah siapa diantara mereka yang akan menemukan kain Kisa itu terlebih dahulu. Apakah Loto, atau MagniSeven.
Setidaknya Loto lebih diuntungkan karena Nihima sudah memberikannya peta rahasia berbahasa Arab sebagai navigasi menuju tempat kain Kisa itu disembunyikan. Nihima bukan orang bodoh yang akan memberitahukan begitu saja lokasinya kepada MagniSeven. Walau Nihima telah memberitahu dimana dia menyimpan kain Kisanya, MagniSeven nantinya pasti juga akan kesulitan untuk menemukannya sebab Nihima sudah menyembunyikan artefak kain tersebut dengan sedemikan rupa secara rahasia.
"Semua sudah siap?" tanya Kadeto. "Ayo kita berangkat."
Semua anggota MagniSeven bersiap hendak berangkat.
"Ya, persiapkan kuda kalian masing-masing." Timpal Falcon Zoldack.
"Tak usah buru-buru, kalian tidak sabaran sekali untuk bisa cepat-cepat menemukan kain selimut itu." Sahut Mackie Jacko. "Tapi aku juga penasaran, jika aku meminta makanan yang tak terbatas dengan menggunakan kain itu ketika kita sudah menemukannya, apakah itu akan terkabul? Jika iya, maka aku akan meminta yang seperti itu saja. Makanan tak terbatas."
"Cih, dipikiranmu hanya ada makanan saja." Sahut Konaki. "Apa tidak ada hal yang lebih penting dari makanan dalam pikiranmu itu Jacko? Kau tidak ingin mewujudkan sesuatu yang lebih besar dan berguna bagimu?"
"Ya makanan itu berguna bagiku." Sahut Jacko.
"Makanan yang tidak terbatas ya," gumam Lowie. "Maksudmu seperti roti Manna dari langit dalam kitab Eksodus (keluaran) itu Jacko? Hmm, kupikir hasratmu itu menarik juga. Selain kau akan mendapatkan pasokan makanan selamanya sepanjang kau hidup, dirimu juga bisa membuka usaha makanan dengannya." Piscar Lowie tertawa.
"Atau Jacko bisa mengentaskan kelaparan di beberapa negara bagian (state) dengan itu, seperti Yesus yang memberi makan 4000 orang kelaparan hanya dengan sepotong roti." Sahut Konaki, ikut mengejek Jacko.
Semua anggota MagniSeven tertawa karenanya bahkan River The Ontario yang biasanya tak banyak bicara. Hanya Jacko sendiri yang tak tertawa dan malah meringis kesal sebab dialah yang sedang diejek oleh anggota lainnya.
"Permintaanmu itu terlalu konyol, Jacko." Sahut Falcon Zoldack.
"Kenapa? Apa salahnya? Ketua Kadeto sudah memberitahu kita apa yang bisa dilakukan oleh selimut Kisa itu bukan? Kalian sendiri sudah tahu kekuatan macam apa yang disimpan oleh kain selimut tersebut. Jadi apa salahnya kalau aku berpikir seperti itu ketika kita sudah menemukannya. Lagipula itu hanya pikiran yang baru terbesit saja. Aku juga sudah memikirkan akan membentuk Jacko yang seperti apa dengan kain Kisa itu." Ucap Mackie Jacko.
"Jacko, dan kalian semua," gumam Kadeto Marvis Joshua. "Kain Kisa yang sedang kita cari ini bukanlah jin dalam lampu ajaib yang sakti dan bisa mengabulkan apapun permintaan kalian. Jangan menjadikan perburuan kita ini hanya untuk mencari kesenangan belaka. Kain Kisa tersebut ... akan mengubah seluruh wajah kita, wajah dari MagniSeven. Kalian paham itu kan?"
Semua anggota MagniSeven mengangguk.
"Dimengerti ketua," sahut Konaki.
"Aku paham." Sahut River The Ontario.
"Ya, ketua Kadeto. "Jawab Zeta.
"Dengan kain Kisa itu, kita bisa menggenggam dunia di tangan kita. Kita bisa melakukan apapun dengannya. MagniSeven akan memiliki sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh dunia. Dengan bantuan kain Kisa yang nanti akan kita dapatkan, MagniSeven akan berdiri di puncak tertinggi dari kejayaan. Dan pada akhirnya ... kita semua akan mampu membentuk dunia. Menaklukkan dunia di bawah kaki-kaki kita. Semua berkat kekuatan dari kain Kisa." Tegas Kadeto.
Kadeto Marvis Joshua mengatakannya dengan seringai lebar penuh hasrat sembari memegangi mata kanannya.
Semua anggota MagniSeven kemudian menaiki kuda mereka masing-masing. Dengan gagah mereka menyingsing mentari siang yang menyengat. Para anggota MagniSeven itu nampak berjajar rata sembari menunggangi kuda-kuda tunggangan mereka.
Setelah itu, dengan satu isyarat dari ketua mereka Kadeto, MagniSeven pun berangkat!
***
Loto sendiri sudah jauh meninggalkan Reagel Town lebih dulu. El-Doramu melaju dengan sangat kencang seakan tak ada yang bisa menghentikan kecepatan mereka. Puluhan kilometer bisa Loto lalui hanya dengan beberapa jam saja. Loto menghitung-hitung dirinya akan sampai ke Mimahiavo dalam waktu dua tiga hari ke depan. Melihat dari faktor geografis dan kondisi lingkungannya ditambah waktu istirahat dia dan kudanya juga waktu ibadah, Loto merasa akan bisa sampai disana tepat waktu.
Loto melalui berbagai macam lingkungan geografis yang berbeda. Sungai, bebatuan, hutan, padang gersang, dan perkampungan kecil. Sesekali Loto berhenti di tempat yang nyaman hanya untuk sekedar memberi makan dan minum kudanya, juga jika telah masuk waktu Sholahah Eetema dan Sholahah Ayuva. Tak lupa Loto juga akan membaca beberapa lembar ayat-ayat suci Al-Qur'an saku tulisan tangan Nihima yang dia bawa. Baru setelah Loto menyelesaikan semua itu dia akan kembali melanjutkan perjalanannya. Kadangkala Loto berpapasan dengan beberapa penduduk setempat, Indian lokal, atau pengembara lain di jalan. Loto kadang menawari mereka perbekalannya dan juga sebaliknya.
Seperti saat Loto berpapasan dengan sesama Koboy pengelana, dia melepas dan mengangkat sedikit topi Koboynya yang berwarna putih sebagai sapaan hangat di jalan.
"Kau dari mana mau kemana?" tanyanya.
"Dari Vehaaruio di Clark County, mau ke Humboldt dan Elko. Kau sendiri?"
"Sedikit lebih jauh, dari Palo Dolma California, menuju Cincinnati, Ohio."
"Okey, Good Luck, hati-hati." Sapa Loto.
"Kau juga kawan." Sahutnya.
Menyapa sesama pengelana ketika tak sengaja berpapasan di jalan seperti ini sudah menjadi rutinitas yang menghangatkan bagi setiap pengembara lintas negara.
Sore sudah hampir kembali menjelang. Loto hendak mencari tempat untuk menunaikan ibadah Gu'u (Maghrib) dan Ishu (Isya) nya. Loto mendapatkan sebuah tempat yang nyaman di dekat kawasan antara sungai dengan bebatuan yang dikelilingi hutan.
Setelah menyelesaikan ibadahnya, Loto duduk bersantai sambil membuka kembali peta besar yang sempat diberikan oleh Sherif Garreth Elmo. Loto memilih rute mana yang akan ia lalui besok hari pagi-pagi sekali. Loto juga membuka kembali lembaran-lembaran surat berwarna kuning yang ditulis oleh Nihima dalam aksara Hijaiyah (Arab). Loto membacanya lagi dengan seksama. Disana terdapat peta arahan lengkap menuju Mimahiavo dan gua Elfort Mass yang teramat rahasia. Loto memicingkan matanya coba mempelajari rute tersebut.
"Aku yakin, MagniSeven akan kesulitan mencari Wakalyapi Langit itu biarpun mereka sampai disana lebih dulu." Gumam Loto. "Papuu Nihima cerdas, Papuu tidak akan sekedar memberitahu mereka lokasinya begitu saja. Tanpa instruksi dan arahan dari Nihima ini, MagniSeven pasti akan gagal menuju ke gua Elfort Mass."
Loto kemudian beranjak untuk tidur. Karena besok dia akan kembali melanjutkan perjalanan panjangnya pagi pagi buta ketika cahaya mentari belum mengintip.