Loto memacu kudanya menuju ke Reagel Town. Sekitar 15 menit dari kediaman Michah, Loto akhirnya tiba di kota Reagel Town. Loto harus segera menyewa sebuah penginapan untuknya. Dia harus segera mengistirahatkan tubuhnya, malam sudah begitu larut, matanya pun sudah mulai lelah. Sebenarnya bisa saja bagi Loto tidur dimanapun, bahkan tanpa alas dan atap. Loto sudah sangat terbiasa dengan kondisi seperti itu, tidur dimanapun ketika melakukan perjalanan. Akan tetapi ini kesempatan Loto bisa beristirahat dengan layak dan nyaman karena mulai besok ketika ia meninggalkan Reagel Town, Loto tidak akan menjumpai kota distrik maupun kota kecil apapun sejauh 240 kilometer. Itu akan menjadi perjalanan alam terbuka yang melelahkan. Loto harus berkemah ketika mengisyaratkan diri sebelum akhirnya benar-benar tiba di Mimahiavo.
Andai saja Michah adalah Michael, pikir Loto. Maksudnya andai saja Michah adalah laki-laki, maka dia bisa numpang menginap di rumahnya barang untuk satu malam ini saja. Karena Michah adalah perempuan, jelas Loto tidak akan mau menginap disana. Karena itulah Loto harus mencari tempat penginapan dengan harga murah di Reagel Town dan syukurlah dia menemukannya. Sebuah motel sederhana yang letaknya di bagian selatan Reagel Town. Kota ini sendiri dibagi menjadi 4 bagian kawasan.
Setelah berjalan sembari menarik kudanya cukup lama di tengah malam Loto akhirnya menemukan sebuah penginapan kecil yang masih buka. Lampu lilinya masih menyala. Loto mengikat kudanya lalu kemudian masuk kesana memesan sebuah kamar untuk satu malam.
Setelah mendapatkan sebuah kamar dengan biaya murah, Loto langsung saja mengistirahatkan tubuhnya. Kasur di kamar sewaannya sebenarnya tidak begitu empuk, keras dan sudah begitu lusuh. Maklum saja, penginapan yang Loto temukan merupakan penginapan kecil dan berada dipinggiran kota. Lokasinya tidak berada di pusat Reagel Town. Biayanya juga murah untuk sebuah penginapan sehingga itu sebanding dengan biaya sewanya. Hanya saja bagi Loto kasur yang tidak empuk seperti itupun tetap terasa nyaman ketika tubuh lelahnya ia rebahkan. Banyak yang terjadi dalam satu hari ini dan ia tak kunjung sampai di Mimahiavo. Perjalanan Loto terhambat oleh satu dan lain hal masalah yang tak terduga seperti dicurinya El-Doramu serta pertemuannya dengan Michah yang ia selamatkan.
Loto berharap bisa sampai di perbatasan Idaho tepat waktu. Tepat waktu dalam artian bahwa Wakalyapi Langit itu masih berada disana, MagniSeven belum menemukannya dan Loto bisa mengamankannya. Sedangkan Loto juga sangat ingin bertemu dengan MagniSeven. Jika dia keduluan oleh Magniseven, maka Loto tidak hanya akan kehilangan kesempatan menyelamatkan kain Kisa yang Nihima amanatkan padanya, akan tetapi juga akan kehilangan jejak The Magniseven dan kesempatan memburu mereka.
Jika begitu, Loto tidak akan bisa menemukan mereka ataupun mengenali wajah mereka untuk bisa membalas dendam kepada para Koboy kriminal itu atas kematian Nihima.
***
Loto tiba-tiba berada di rumahnya yang sederhana, melihat Nihima sedang memegang sebilah pisau. Nihima sedang mengukir diatas alat musik Shichevayak. Nihima hanya menoleh ke arah Loto sambil tersenyum lebar. Wajah Nihima yang dirindukan Loto benar-benar nampak jelas. Membuat Loto merasa bahagia karena bisa melihat kembali wajah ayahnya Nihima.
Ekspresi Nihima yang teduh dan murah senyum walau keriput menghias di setiap jengkal wajahnya. Rambutnya putih agak keperakan karena banyaknya uban. Di sebelah kanan kupingnya melintir kepangan dan anyaman rambut khas para lelaki Acahualpa. Di kedua telinga Nihima juga terpasang anting-anting Dema berwarna yang menandakan dia merupakan Dalingselinga dan salah satu Elder atau tetua di Acahualpa.
"Papuu, apa yang sedang kau kerjakan?" tanya Loto.
"Seperti biasa Lotomo. Apa kau tidak lihat?"
"Istirahat dan makanlah dulu. Nanti kau bisa sakit Papuu."
"Aku tidak akan sakit hanya karena tidak makan. Aku kan sudah terbiasa dengan puasa setiap hari Lotomo. Aku hanya ingin menyelesaikan pekerjaanku ini saja."
"Ayolah Papuuu. Ketika puasa kita bisa makan terlebih dahulu sebelum fajar menyingsing. Kau bahkan tidak makan sejak kemarin siang. Jangan membuatku khawatir begini Papuu. Ayolah, makan biarpun sedikit." Desak Loto.
"Iya, iya. Kau ini, sejak dulu suka sekali memaksa."
"Papuu juga sering memaksaku makan ketika aku masih kecil."
"Jadi sekarang kau ingin membalasku Lotomo?"
"Ti-tidak Papuuu, bukan begitu."
Nihima tertawa begitu keras. Dia lalu berdiri tanpa menyuap makanan yang ada di hadapannya dan pergi untuk mengambilkan sesuatu. Nihima ternyata mengambil sebuah selimut berwarna putih dengan ukiran Acahualpa yang indah di tengah serta di tepian selimut tersebut.
"Lotomo, ini adalah selimut Kisa. Kain paling sakti di bumi. Jagalah ini, Loto."
Ketika Loto heran Nihima memberikannya sebuah selimut dan memintanya menjaga kain tersebut, sekelompok orang datang menghampiri mereka. Ada 7 orang Koboy dengan siluet hitam tanpa wajah yang berdiri tepat di belakang Nihima. Salah satu dari mereka menarik dan menyeret Nihima dengan paksa. Nihima bahkan tidak sempat menyentuh makanannya, tetapi ketujuh Koboy keji itu malah membawa Nihima.
"Papuuu...!!" teriak Loto yang tak berdaya melihatnya. Tangan Loto ia ulurkan untuk Nihima, dan Nihima pun mengulurkan tangannya agar Loto bisa menjangkaunya. Tetapi ketujuh Koboy itu terus menerus menyeret Nihima. Salah seorang dari mereka mengeluarkan sebuah pistol. Nihima menoleh dan tepat ujung pistol tersebut berada di depan wajahnya.
Doorrr!!!!!
Suara tembakan menggema dan Loto berteriak.
"Nihimaaaaa!!!!" teriak Loto sembari mengulurkan tangannya.
***
Loto terbangun di kamar yang ia sewa. Rupanya ia hanya bermimpi buruk saja tentang Nihima. Tapi kenyataan pahit menampar Loto bahkan saat ia sudah terjaga. Mimpi buruk itu memang hanya sebuah mimpi, tetapi yang jauh lebih buruk dari mimpi itu bahkan sudah terjadi.
Loto tetap kehilangan Nihima untuk selama-lamanya.
Pagi itu Loto bangun dengan hati yang hancur. Waktu menunjukkan dini hari menjelang subuh. Loto langsung bersiap dengan mengambil wudhu ke bawah, setelah itu menunaikan Sholahah Anui. Selepas sholat seperti biasa Loto berzikir dan bertasbih, lalu bersholawat kepada junjungannya Huvori Ehu (yang mulia) Baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam.
Loto juga membuka Qur'an sakunya dan membaca puluhan ayat dari satu dua surah.
Cukup lama Loto membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an. Hingga pagi benar-benar menyingsing, Loto pun menutup kembali Qur'an sakunya dan menyimpannya dengan rapi. Loto sejenak duduk termenung, dan saat itulah Loto memikirkan kembali mimpi buruknya. Airmata kembali mengucur di kedua belah pipinya. Dengan kuat Loto mencengkram karpet yang ada di kamar itu yang saat ini sedang ia duduki. Loto takkan pernah memaafkan para manusia kejam itu. Tidak ketika Loto sudah menemukan mereka. Hasrat balas dendam Loto semakin menggebu-gebu.
Semakin hari, kepedihan atas kehilangan Nihima senantiasa mengasah tajam rasa ingin balas dendamnya. Hati Loto menjadi semakin hitam, tertutup oleh ambisi pembalasan dendam.
Bukan hanya memperkuat tekad Loto untuk bisa menemukan MagniSeven, tetapi mimpinya tersebut juga membuka satu pintu ingatan yang awalnya sudah mulai terhapus dari memori kenangan Loto selama ini. Akibat mimpinya barusan Loto teringat kembali akan sebuah kenangan bersama Nihima saat Nihima menceritakan kisah tentang selimut Kisa tersebut dalam dongeng pengantar tidur yang ia bawakan untuk menidurkan Loto kecil. Kini kisah itu menggema kembali dalam ingatan Loto yang awalnya sudah sangat terlupa.
"Akan kuceritakan dongeng yang berbeda untukmu malam ini." Ucap Nihima tersenyum ke arah Loto berusia 7 tahun yang terlihat sudah berbaring berselimutkan Wakalyapi hangat.
"Apakah dongeng para Nabi lagi? Semua kisah para Nabi sudah Papuu ceritakan. Dan yang paling kusukai tentu saja kisah perjalanan dan perjuangan Huvori Ehu yang menakjubkan. Ketika ia dilahirkan, diusir dan ditentang hingga keluar dari kota Mekkah, sampai Huvori Ehu atas berkat bantuan dan kasih sayang Tuhan kepadanya berhasil merebut kembali kota Mekkah dan menang melawan d******i kaum pengingkar. Huvori Ehu akhirnya dapat menyebarkan cahaya terang Islam ke seantero dunia, hingga cahaya indah itu juga akhirnya bisa masuk ke dalam rumah kita ini dan meneranginya Papuu Nihima. Itu cerita yang hebat."
"Kali ini bukan tentang para Nabi, ataupun Huvori Ehu Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, Loto." Sahut Nihima. "Kali ini Papuu akan menceritakan padamu tentang keluarga Huvori Ehu."
"Keluarga beliau? Ya, aku mau mendengarkannya." Jawab Loto kecil antusias.
"Ini kisah tentang Huvori Ehu, beserta sepupu kesayangannya sekaligus menantunya, yakni Ali bin Abi Thalib, lalu putri kesayangan Huvori Ehu yang merupakan istri dari Ali bin Abi Thalib yaitu Fatima Az Zahra, dan kedua anak mereka, Al Hasan dan Al Husain yang masih sangat kecil."
Nihima kemudian bercerita panjang lebar kepada Loto terkait keistimewaan Ashabul Kisa atau kelima sosok Ahlul Kisa tersebut yakni Ali, Fatimah, Hasan dan Husain. Awal mula mereka disebut sebagai ahlul Kisa bermula pada suatu hari Nabi diperintah oleh Allah untuk memanggil Ali bin Thalib, Nabi kemudian meminta Ali untuk masuk ke dalam selembar kain Kisa dari bulu domba. Setelah itu secara bergilir Nabi juga memanggil istri Ali—Fatimah, untuk datang. Setelah itu kedua putra mereka yang masih kecil juga dipanggil. Akhirnya mereka berlima, dengan berselimutkan kain Kisa dari bulu domba tersebut, diberkati dan disucikan sebersih-bersihnya oleh Allah SWT. Tuhan semesta alam menyucikan mereka Ahlulbait atau keluarga Nabi sehingga kelima sosok itu dikenal sebagai Ahlul Kisa.
"Kisah ini merupakan sebab turunnya surah Al Ahzab ayat 33." Tutur Nihima yang kemudian membacakan lafadz Arab ayatnya dan selanjutnya membacakan bunyi ujung ayatnya. "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
Loto terdiam mendengarkan kisah hebat keluarga Nabi yang disucikan Tuhan tersebut.
"Lewat dekapan kain Kisa itu, dibawah naungannya, Nabi dan keluarga tercintanya disucikan oleh Allah. Mereka ahlul Kisa diberikan keistimewaan yang melebihi manusia pada umumnya. Mereka mendapatkan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia lain. Mereka dijauhkan dari berbuat salah, khilaf, dan kekurangan lainnya. Di bawah selimut kain Kisa, rahmat Tuhan turun ke atas mereka. Tangan-tangan malaikat seluruhnya menengadah ke atas dalam nama-nama mereka. Sholawat dan keberkatan yang tiada putus-putusnya diberikan untuk mereka." Tutur panjang Nihima. "Oleh karena itu Loto, dalam setiap Sholahah kita, di bagian akhirnya yakni tahiyyatul, kita diharuskan membaca sholawat ke atas Baginda yang mulia Huvori Ehu Nabi besar Muhammad beserta keluarganya. Di bawah selembar kain Kisa tersebut, Nabi dan keluarganya menjunjung kemuliaan semesta yang dikhususkan untuk mereka."
"Itu kisah yang hebat Papuu! sekarang, dimana selimut Kisa itu?" tanya Loto terbata, matanya mulai mengabur karena kantuk yang dalam. Kedua matanya akhirnya terpejam perlahan setelah melihat senyum tipis Nihima yang indah di hadapannya.
Sebelum Loto benar-benar memejamkan matanya dan larut dalam tidurnya, ia sempat mendengar Nihima berkata. "Kelak, kau akan tahu dimana selimut Kisa itu, Loto."
Loto dewasa di kamar penginapannya pun membuka mata, membuyarkan kenangan kecil nan indah antara dirinya dengan Nihima. Loto akhirnya ingat bahwa Nihima dahulu pernah mendongengkan kisah tentang kain Kisa tersebut padanya.
Setelah sekian lama, Loto bisa mengingatnya kembali.
Kisah kain tempat Nabi dan keluarganya mendapatkan berkat Tuhan, kain yang sama itulah yang kini sedang dicari oleh Loto. Wakalyapi Langit atau selimut Kisa tersebut, adalah artefak suci yang berkaitan dengan sejarah langsung keluarga Nabi. Kain Kisa itu merupakan artefak berharga. Pantas saja Nihima benar-benar menjaganya. Karena selimut Kisa yang kini telah menjadi Wakalyapi Langit itu adalah saksi bisu dari kedudukan mulia Nabi dan keluarganya.
Selimut Kisa yang kini dicari oleh Loto, juga sedang diburu oleh kelompok Magniseven.
Satu yang Loto belum tahu. Bahwa selimut Kisa itu menyimpan kekuatan yang amat dahsyat. Kekuatan yang bila jatuh ke tangan yang salah dan jahat, maka akan membawa banyak bencana dan malapetaka. Nihima sudah memperingatkan Loto dalam lembaran suratnya. Betapa pentingnya menemukan dan menjaga kain Kisa tersebut, jauh dari tangan-tangan manusia jahat.