Loto seketika bangun dari tempatnya duduk. Tangannya mengepal karena marah. Dia tak bisa tahan mendengar kedzaliman yang dilakukan orang lain, sementara sekarang orang-orang ini sekarang malah melempar fitnah dan tuduhan keji mereka kepada Michah. Orang-orang ini lah rupanya yang sudah dengan sengaja ingin mencelakakan nyawa Michah.
"Jadi kalian semua yang sudah mengikat wanita malang itu ke kuda?" gumam Loto masih menahan amarahnya, tetapi mulutnya bergetar karena emosi yang ia tahan. "Kenapa kalian ingin melenyapkan Michah? Apa salahnya? Kenapa tega sekali kalian."
"Benar. Kamilah yang sudah mengikat wanita mantan p*****r itu pada seekor kuda liar kambuhan." Jawab salah satu pria berompi biru tua yang merupakan satu dari dua pria yang mengawasi rumah Michah tadi malam. "Kami semua ingin melenyapkannya. Atas keputusan bersama, warga kami tidak ingin lagi wanita itu berkeliaran di daerah sini. Sehingga atas instruksi bapak pendeta Isaac Morhon, demi membuang kesialan dan melenyapkan pengaruh iblis dari wanita itu pada kota kami, lantas kami semua berencana melenyapkannya. Sayang sekali, karena dirimu usaha kami menjadi sia-sia lagi. Mantra wanita itu pasti sudah mempengaruhi otakmu sehingga dirimu datang untuk membantunya."
"Ya, dia penyihir yang membawa sial bagi daerah kami ini. Ibunya dulu adalah penyihir, dan dia meneruskan kemampuan ibunya yang penyihir. Wanita itu senang berprilaku aneh dalam kesendiriannya. Dia wanita yang berbahaya."
"Jangan kau tertipu dengan paras cantiknya wahai anak muda." Sahut yang lain. "Harusnya dia sudah mati kemarin jika bukan karena dirimu dan aksi heroikmu. Berkatmu, semua rencana kami harus kembali gagal. Kau tidak tahu apa yang sudah kau lakukan."
Loto menggigit bagian bawah bibirnya saking kesalnya. Matanya menatap tajam dan alisnya mengernyit heran. Bagaimana bisa masyarakat kota ini begitu barbar dan tidak memiliki rasa kemanusiaan sama sekali. Bisa-bisanya mereka semua berkomplot, berkonsensus untuk melenyapkan nyawa seorang manusia. Apalagi mereka semua adalah kaum agamis. Kaum agamis yang keblinger tentang ajaran agamanya tentu saja.
Apa mereka tidak tahu? Bahwa melenyapkan nyawa seorang manusia tanpa alasan yang dibenarkan itu setara dengan membunuh seluruh jiwa manusia di dunia. Loto mengingat bunyi Qur'an surah Al Maidah ayat 32. Sungguh terdengar kejam di telinga Loto bagaimana mereka semua sudah memperlakukan Michah.
"Kalian salah paham! Michah tidak seperti yang kalian duga." Sanggah Loto, angkat suara. "Aku memang baru mengenal Michah kemarin, tapi aku tahu dia wanita baik dan pribadi yang baik. Dia hanya salah dipahami oleh kalian. Terdengar lucu ketika kalian menyebutnya sebagai penyihir. Jika kalian terdidik, maka kalian tidak akan mudah memvonis orang lain tanpa bukti."
"Tau apa kau tentang dia?" tanya seorang pria berpakaian hitam khas pendeta. Rambutnya klimis dengan kumis mini yang tipis. "Kau hanya pelaku bidat, tentu saja akan membela yang serupa denganmu. Michah adalah penyihir, dan kau seorang pemuda yang menganut ajaran sesat, kalian berdua sama dan serasi." Pendeta itu melangkah masuk ke dalam bar.
Melihat pakaian pendetanya, Loto langsung tahu bahwa dialah bapak Isaac Morhon yang tadi disebut-sebut oleh mereka. Dialah dalang dibalik pencucian otak para warga untuk melenyapkan Michah. Sungguh ironi melihat dia adalah seorang pemuka agama, tapi tidak berprilaku layaknya seorang pemuka agama seharusnya. Memang banyak model manusia semacam ini, yang memperalat status keagamaannya untuk kepentingan yang salah. Di mata Loto orang ini hanyalah penjahat sosial berjubah baju kebesaran agamawan yang dimilikinya.
"Siapa kau?" tanya Loto bergumam.
"Aku adalah Isaac Morhon, kepala gereja Purgatoris di kota ini." Sahutnya memperkenalkan diri.
Lebih tepat disebut Isaac Moroon, gumam Loto dalam benaknya.
"Bapa," ucap para pria dan wanita di bar tersebut, terlihat sangat segan dan hormat kepada sosok yang baru saja datang itu.
"Dominus Purgatoris merupakan denom yang banyak dianut oleh penduduk Reagel Town selatan ini." Lanjut Bapa Isaac.
"Aku tahu kau seorang pemuka agama. Tapi kenapa kau menyebutku pelaku bidat? Aku punya keyakinan dan ini bukan keyakinan yang salah dan menyimpang. Setidaknya tidak bagiku. Harusnya kau bisa menghormati apapun keyakinan yang dianut oleh orang lain." Ucap Loto.
"Untuk apa aku harus menghormatimu dan keyakinanmu? Sekali pelaku bidat, tetap saja pelaku bidat. Dengan membela mantan p*****r dan penyihir itu kau sudah memberitahukan siapa dirimu yang sebenarnya." Sahut Bapa Isaac.
"Hah, memalukan sekali," dengus Loto bergumam. "Kau mengaku sebagai pemuka agama, kau juga dihormati di sekitar sini, tapi perilakumu sungguh memalukan." Ledek Loto. Dirinya sengaja memprovaksi pendeta tersebut. Loto sebenarnya bisa dikatakan cari mati karena semua yang ada di bar tersebut sebagian besar adalah jemaat Bapa Isaac Morhon.
Wajah pendeta itu mulai berubah merah karena kesal dengan provokasi Loto.
"Kau tidak pantas disebut Bapa atau pendeta." Lanjut Loto.
"Bicara apa kau!? Berani sekali berkata seperti itu kepada Bapa Isaac!" sahut seorang pria disana, tak terima sambil menghentak keras meja di depannya.
"Aku mengenal banyak pendeta Kristen. Kau bukan pendeta pertama yang kutemui." Ucap Loto. "Di Lousiana, aku mengenal baik pendeta Lutheran berkulit hitam bernama Elijah Mesakh. Dia sangat rendah hati, baik dan sangat dermawan. Dia vokal menyuarakan kesetaraan manusia dan anti diskriminasi di tempatnya di New Orleans. Sementara kau di kota ini, malah melakukan sebaliknya." Loto terus memprovokasi tanpa peduli sekitarnya yang mana muka mereka semua juga sama merahnya seperti Bapa Isaac Morhon. "Selain pendeta Elijah, aku juga mengenal baik Pastor Emmet dari Priscilla. Dia juga sangat cerdas dan benar-benar terdidik. Wawasannya begitu luas karena merupakan lulusan Vatican Roma. Terlebih dia sangat menyukai membaca sebagai hobinya. Dia seorang guru di sekolah anak-anak tidak mampu. Pastor Emmet mengenal baik agama yang kuanut. Dia tahu sejarah, asal usul, dan bagaimana struktur keimananku ini dengan detail. Alih-alih dia menyebutku pelaku bidat, Pastor Emmet malah menghormati keyakinanku dan beberapa kali mengizinkanku melaksanakan ibadah di rumahnya saat aku belum menemukan tempat tinggal. Dia sangat terkesan ada seorang intra-indian sepertiku yang menganut keyakinan Islam. Itu hanya dua contoh dari pemuka agama yang berilmu, berpikiran terbuka dan tahu bagaimana harus meletakan ilmunya, tahu cara mengaplikasikan ajaran agama yang mereka anut. Tapi anda disini, kurasa mengajarkan sesuatu yang lain. Pikiran picik, kolot, dan kebencian, hanya itu yang anda ajarkan disini kepada mereka. Anda menjual dan memasarkan dengki atau benci dalam kemasan agama. Ini benar-benar salah."
Bapa Isaac Morhon semakin kesal dibuatnya terlebih ketika ia dibanding-bandingkan oleh Loto.
"Kau mempertanyakan semua ajaranku?" gerutu Bapa Isaac. "Aku mengajarkan kebenaran kepada mereka semua disini. Kebenaran dan penyucian."
"Dengan meminta mereka melenyapkan nyawa seorang wanita?" tanya Loto.
"Ya, jika memang harus kenapa tidak?" jawab Bapa Isaac.
"Michah tidak bersalah. Masa lalunya memang suram, tetapi dia sudah lama bertobat. Tidak bisakah kalian melupakan masa lalunya dan menerimanya apa adanya? Dan yang lebih penting lagi, dia bukanlah seorang penyihir seperti yang kalian tuduhkan."
"Kau asal bicara saja. Kau tidak mengerti apa-apa." Sahut Bapa Isaac. "p*****r adalah wadah yang kotor. Dalam Lukas pasal 8 ayat 2, Yesus mengusir 7 roh jahat dalam diri w***********l. Mereka memang menjadi sarang bagi roh jahat, sedangkan roh jahat akan mendatangkan banyak kesialan. Kota ini akan terus dinaungi awan mendung ketidakberuntungan selama wanita itu masih ada disini. Terlebih dia adalah penyihir murni, keturunan dari seorang penyihir. Maka dari itu akan lebih baik bagi kami ketika sudah melenyapkannya."
"Kau hanyalah pembual." Sahut Loto.
"Aku hanya memperlihatkan mana yang baik dan mana yang buruk kepada mereka. Mana jalan Tuhan, dan mana jalan iblis. Wanita itu penyihir, dan bagi iman kami penyihir hanyalah b***k iblis. Mereka adalah hamba-hamba setan yang menyesatkan."
"Kau lah si penyesat itu!" sahut Loto. "Tuhan yang mana yang kau maksudkan? Jangan-jangan bukan jalan Tuhan yang kau tapaki, tetapi jalan setan yang kau turuti."
"Kurang ajar kauuuu!" Seorang pria sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. Dirinya langsung melayangkan bogem mentah ke wajah Loto. Beberapa pria seketika berdiri lalu menangkap dan ikut meringkus Loto dari samping dan belakang agar ia tidak bisa bergerak. Sementara pria itu terus menghajar Loto beberapa kali tepat di perutnya. "Berani-beraninya kau menghina pemuka kami di depan mata kami. Dengan menghinanya kau sama saja sudah menghina apa yang kami yakini. Cepat minta maaf pada Bapa Isaac!"
Loto memuntahkan sedikit darah segar dari mulutnya. Wajahnya kemudian mendongak dan menatap pria di depannya yang tadi memukulnya. "Tidak," jawab singkat Loto.
Beberapa kali pria itu menghajar keras perut dan wajah Loto.
Bapa Isaac dengan sumringah berjalan pelan ke arah Loto. "Kau memang keras kepala! Bahkan untuk meminta maaf saja kau begitu angkuh. Apa seperti ini kau dididik?"
"Aku dididik untuk meminta maaf lebih dulu bahkan walau aku tidak salah sekalipun. Tapi aku tidak akan meminta maaf pada orang sepertimu." Jawab Loto.
Salah seorang pria menendang dengan keras kepala Loto dengan tendangan kakinya sementara dua orang dengan ketat masih memegang kedua tangan Loto. Loto terbatuk dan kembali meludahkan beberapa darah segar dari mulut. Wajahnya sudah nampak biru dan luka-luka karena lebam. Loto sudah nampak babak belur dengan banyak bilur di wajah.
Ternyata tidak jauh dari bar, Michah sedang mengintip dari luar lewat salah satu jendela di bar tersebut. Michah menatap nasib Loto yang membelanya mati-matian dengan hati teriris. Ekspresi wajahnya memperlihatkan ekspresi kesedihan sekaligus tersentuh. Ini kali pertama setelah sekian lama selain ibunya, orang lain membela kehormatan dirinya sampai sebegitunya. Loto tidak hanya sekedar mengatakan dia memandang Michah layaknya seorang manusia seperti yang ia katakan, tetapi Loto dapat membuktikan. Dia berani terang-terangan melawan orang-orang disitu hanya demi wanita yang baru dikenalnya.
Tak terasa kedua mata Michah mengucurkan airmata di luar sana. Dia melihat betapa kejamnya Loto dipersekusi oleh mereka karena telah membelanya. Loto berjuang mengadvokasi Michah yang biasa dipandang rendah oleh orang lain. Michah yang sudah jatuh cinta dengan Loto pada pandangan pertama, semakin dibuat tersentuh dan menyukai Loto karena tindakan Loto tersebut. Michah melangkahkan kakinya masuk ke bar tersebut.
Semua orang sontak terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Michah yang masuk ke bar mereka.
"Lihat, penyihir itu ada disini." Gumam seorang pria.
"Berani-beraninya dia masuk ke wilayah ini dan hadir di hadapan kita! Apa dia tidak ingat apa yang bisa kita perbuat kepadanya?"
"Hah, apa kita harus memakai cara klasik, yakni dengan membakarnya hidup-hidup?"
Michah berlari menghampiri Loto dan tertunduk di hadapan Loto sambil merengkuhnya. Michah dengan derai airmata meminta mereka semua melepaskan Loto. Michah memohon agar mereka jangan lagi memukulinya. Sesuai permintaan penduduk kota, Michah berjanji akan meninggalkan wilayah mereka untuk selama-lamanya dan tidak akan tinggal disitu lagi jika mereka mau membebaskan Loto dan berhenti memukulinya.
"Untuk apa kau memohon demi diriku kepada mereka?" tanya Loto dengan wajah yang lebam. "Mereka semua tidak layak untuk itu. Disini bukan kau yang salah, tapi mereka."
"Sudah! Aku mohon, sudah Loto! Hentikan! Kau tidak perlu membelaku seperti ini." Ucap Michah.
Tiba-tiba seorang pria Koboy bertubuh lumayan besar, berompi reptil datang dan memasuki bar.
"Wah, wah, ada drama rupanya. Aku sedari tadi mendengarkan dari luar sana." Ucapnya.
Semua mata menoleh pada sesosok Koboy eksentrik bersepatukan boots berwarna putih dari kulit ular asli. Berbaju rompi hijau keabu-abuan agak kasar dan berduri karena memang terbuat dari kulit seekor buaya. Wajahnya nampak bengis dengan baret bekas luka yang memanjang di atas pelipis mata kanannya. Tangannya memakai banyak gelang-gelang eksotis yang terbuat dari tulang belulang reptil gurun seperti kadal, ular, dan mungkin juga ada buaya.