Rencana Junaedi

1030 Kata
"let's go to school baby...!"ucap Sintia mengajak dua gadis tersebut. Aku pulang sekolah di jam 04.00 sore, jangan tanya seperti apa wajah Arini menyambutku. Jika kemarin dia menyambutku dengan kemoceng, maka kali ini Aku disambut dengan sapu yang ada di tangannya. Jangan lupakan pula pandangan matanya yang melotot, jika dulu bantu aku akan takut dan memohon-mohon kepadanya, tidak untuk kali ini, bahkan aku membalasnya dengan senyuman manis di bibirku. "Selamat sore mbak Arini manis...!"sapaku kepadanya. "Tidak usah pasang tampang sok imut seperti itu, dari mana saja kamu? Kenapa sore begini kamu baru sampai rumah? Mau jadi wanita tidak benar kamu hah?"tanya Arini dengan garangnya. "Pulang sekolah lah Mbak, emangnya tidak lihat kalau Sherly masih memakai seragam sekolah seperti ini? Jadi wanita yang gak bener seperti apa sih Mbak? Aku ini Sherly putri dari ustadzah kondang di media sosial maupun di dunia nyata...!"jawabku santai. "Sudah berani menjawab rupanya...!"setelah mengatakan itu dia hendak melayangkan sapu yang dipegangnya ke arahku namun dengan cepat aku menangkisnya, bukan menangisnya lebih tepat menangkapnya. Aksi tarik menarik sebuah sapu pun terjadi antara aku dan dia, dengan sekuat tenaga Arini mencoba merebut sapu itu dari tanganku, tapi karena memang tenagaku yang mungkin hampir sama dengannya membuatnya kesusahan melakukan itu. Karena aku merasa kasihan dia kesusahan mengambil sapu tersebut, lantas Aku melepaskannya dan itu membuatnya terjatuh. "Upppss...! sorry...!"kataku dengan tersenyum dan memasang wajah seolah Aku menyesali perbuatanku. "Kurang ajar...!"kata Arini lalu bangkit dan hendak menyerangku kembali. Saat itulah baru aku menunjukkan siapa diriku saat ini. "Heh Arini bodoh...! hentikan tindakan bodohmu kepadaku, atau kamu akan tamat...!"kataku kepadanya, dan itu mampu membuatnya seketika berhenti dan mengurungkan niatnya untuk menyerangku. Aku melangkah pergi dari hadapan Arini menuju kamarku, kamar yang selama hampir seumur hidupku belum pernah menikmati kenyamanannya kecuali semalam. Saat aku sampai di depan kamar tiba-tiba saja aku merasakan benda tumpul dihantamkan ke kepalaku, setelahnya Aku pun tidak merasakan apa-apa lagi, semua terasa gelap. *** "Bersiaplah Nayla...! malam nanti Junaedi akan datang ke sini, jangan pernah kamu mengecewakannya atau selamanya kamu akan berada di sini...!"kata Sherly kemudian. Nayla pun membersihkan diri kemudian mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya. Tak berselang lama sekitar 30 menit dari saat Sherly memberitahunya tadi, kini Junaedi sudah sampai di tempat tersebut, rupanya kali ini Junaedi lebih memilih untuk membawa Nayla pergi. Tentu saja itu diizinkan oleh Sherly, dan jangan lupakan dengan uang jaminan yang tentu angkanya sangat fantastis jika Nayla mengetahuinya. "Kenapa sampeyan malah memilihku untuk membawa keluar dari tempat ini mas? emang sampeyan mau membawaku ke mana?"tanya Nayla yang hanya dijawab dengan senyuman oleh Junaedi. "Aku sudah meminta izin kepada Sherly untuk membawamu selama 3 hari, aku akan membawamu ke suatu tempat di mana tak ada seorangpun yang mengenalmu...!"jawab Junaedi yang membuat mata Nayla menyipit. "Ke mana Mas? Apakah sampeyan ada niat buruk kepadaku? Tolong jangan hancurkan harapanku ini Mas, Aku tahu sampean membayarku mahal, Tapi tolong jangan paksa aku melakukan Sesuatu yang bertentangan dengan apa yang ku jaga selama ini...!"kata Nayla penuh permohonan. "Aku akan mengenalkanmu kepada keluargaku...! mungkin akan lebih baik kalau aku menghalalkanmu saja...!"perkataan Junaedi membuat Nayla benar-benar terkejut. Di satu sisi dia merasa bahagia karena merasa berlakukan dengan baik oleh seorang laki-laki yang menurut pandangannya adalah orang baik. Tapi di sisi lain, bukan itu yang dia mau. tapi kemudian akal warasnya berbicara, mungkin ini jauh lebih baik daripada dia harus tetap bekerja kepada Sherly yang tak menutup kemungkinan akan menjerumuskannya ke dalam lembah dosa yang lebih dalam. "Aku tidak memaksamu Nayla, kita lakukan pernikahan dengan perjanjian..! atau istilah lain adalah nikah kontrak...!"kata Junaedi lagi. "Apa tujuan dari pernikahan itu mas? Bukankah kamu sudah memiliki Mbak Salsabila? Lantas kenapa harus menikahiku?"Tanya Nayla meminta jawaban. "Mungkin dengan aku menikahimu aku akan terhindar dari dosa zina...! Aku tidak akan takut dosa saat berduaan denganmu seperti ini...!"jawab Junaedi. "Lantas bagaimana dengan mbak Salsabila? Bagaimana kalau dia mengetahui pernikahan kita?"Tanya Nayla. "Dia tidak akan pernah tahu, karena memang dia tak pernah mau tahu dengan apa yang terjadi ataupun yang aku lakukan, yang dia peduli hanyalah hartanya saja...!"jawab Junaidi dengan mata menerawang. "Aku bosan dengan pernikahan pura-pura ku bersamanya, kalau boleh jujur aku lebih memilih untuk melepaskannya saja, tapi rasa Budi yang terlanjur melekat di hatiku ini menahanku untuk melakukan hal tersebut...!"kata Junaidi lagi-lagi membahas tentang Budi yang diberikan oleh orang tua Salsabila. "Apa dampak dari pernikahan kita mas? Apakah orang tuamu nanti tidak akan menentang?"Tanya Nayla yang sebenarnya masih merasa bimbang keputusan apa yang akan diambilnya. "Kita ini sama-sama membutuhkan Nayla, aku akan melepaskanmu dari jerat Sherly dengan sebuah tebusan, namun aku juga meminta kepadaMu untuk menjadi temanku... teman dalam segala hal...!"jawab Junaedi menggantung. "Apakah dalam segala hal itu mencakup di atas ranjang? Lantas menurut sampeyan, keputusan apa yang harus aku ambil?"Tanya Nayla yang mengerti arah pembicaraan Junaedi ke mana. "Aku tidak tahu rencana pernikahan yang aku tawarkan kepadamu itu akan mengarah ke mana, Aku ini lelaki normal, ada ketertarikan diriku kepadamu, tapi aku sadar kalau kamu tidak halal untukku!"Junaidi menjeda kalimatnya. "Untuk menjaga sesuatu hal yang rawan terjadi di antara kita saat berdua, aku memutuskan untuk menikahimu saja tentu dengan sebuah surat perjanjian...!"lanjut Junaedi menjelaskan. Nayla yang merasa tidak memiliki pilihan lain pun hanya menyerah pasrah, karena kehidupan yang ditawarkan oleh Junaedi jauh lebih baik daripada berada di bawah kungkungan Sherly. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya Nayla memutuskan untuk menyetujui apa yang diutarakan oleh Junaedi. "Jika sampeyan memang benar ingin menikahiku, maka alangkah lebih baik jika sampeyan membawaku kepada keluargaku saja, di sana sampeyan bisa meminta secara baik-baik kepada kedua orang tuaku...!"Nayla berkata dengan harap-harap cemas dan berdo'a semoga jenazah mau mengabulkan permintaannya. Mendengar perkataan dari wanita yang ada di sampingnya, membuat Junaidi menghentikan mobilnya dan menepi. "Apakah kamu yakin akan membeberkan kepada keluargamu tentang rencana pernikahan kita?"Tanya Junaedi mencoba meminta jawaban. "Apakah aku punya pilihan lain? Tentu jawabannya tidak...!"jawab Nayla memberanikan diri menatap laki-laki yang ada di sampingnya tersebut. "Maksudnya...?"Tanya Junaedi bingung. "Aku adalah anak yang memiliki nasab, aku terlahir dari sebuah pernikahan yang sah, yang itu artinya jika aku menikah aku membutuhkan wali yaitu ayah kandungku...!"jawaban Nayla membuat Junaedi paham arah pembicaraan gadis tersebut. Setelahnya, Junaidi pun mengeluarkan sebuah map berwarna biru, lalu menyerahkannya kepada Nayla. "Bacalah kemudian tanda tangani...! kalau kamu sudah menandatanganinya, maka kita akan berputar arah untuk menuju kampungmu...!"kata Junaedi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN