ke rumah Nayla

1078 Kata
Setelahnya, Junaidi pun mengeluarkan sebuah map berwarna biru, lalu menyerahkannya kepada Nayla. "Bacalah kemudian tanda tangani...! kalau kamu sudah menandatanganinya, maka kita akan berputar arah untuk menuju kampungmu...!"kata Junaedi. Nayla membaca dengan teliti isi dari perjanjian di sana, poin-poin penting yang tertulis di sana pun ia rekam dengan jelas di kepalanya, sedikit menimbang-nimbang dan berpikir tentang baik dan buruknya jika dia menandatangani surat tersebut. "Apakah perjanjian pernikahan ini penting? Sedangkan aku hanyalah gadis tebusan yang kebetulan ingin kamu halalkan...!"tanya Nayla keheranan dengan isi ban tersebut. "Coba kamu bacakan poin mana yang membuatmu keberatan untuk menandatangani surat tersebut...!"tanya Junaidi. Nayla pun menggelengkan kepalanya, mengenai poin yang mengatakan bahwa dia tidak akan mendapatkan apapun jika perpisahan mereka terjadi pun tak menjadi masalah untuknya. Mengenai hak malam pertama atau menyerahkan mahkota yang di jaganya selama ini atau memberikan pelayanan selayaknya suami istri sesungguhnya pun tidak menjadi soal baginya. "Aku hanya takut patah hati jika seandainya aku terlalu nyaman dengan perlakuanmu dan tak menyadari mencintaimu..! aku takut saat aku sedang nyaman-nyamannya dalam pelukanmu kamu memaksaku untuk melepaskannya...!"Nayla menjawab dengan mata yang berkaca-kaca kemudian melanjutkan kembali kata-katanya. "Kepada siapa Aku akan meminta pertanggungjawaban jika aku mencintaimu dengan kebiasaan kita yang terlalu dekat?"lanjutnya kemudian. "Maaf...maaf...! maaf karena aku tidak sadar posisi. Seharusnya aku sudah cukup berterima kasih karena kamu memperlakukanku sebaik ini...! maaf karena aku tak tahu diri...!"karena tak tahan dengan sesak yang ada di dadanya dia pun kembali terdiam, sesaat kemudian dia pun melanjutkan kembali kata-katanya. "Seharusnya aku sadar kalau aku sudah tidak memiliki hak apapun atas diriku sendiri setelah kamu menjaminku...! maafkan aku Tuan...!"kata Nayla yang kemudian memberanikan diri menatap laki-laki yang ada di sampingnya tersebut. Merasa bahwa Nayla sudah mengeluarkan semua unek-uneknya, Kini Junaedi angkat bicara dan menjawab sesuai versinya. "Anggap saja semua itu seperti apa yang kamu katakan, anggap saja bahwa kamu memang sudah tidak memiliki hak apapun untuk membela keinginanmu...!"Junaedi menghentikan kata-katanya kemudian menatap Nayla untuk melihat reaksinya. Ada tatapan kecewa yang terukir di mata gadis tersebut, tapi Junaedi mencoba abai. Bukan karena dia tak mau tahu tapi ada hal lain yang lebih untuk diutamakan saat ini, dan semua itu hanyalah Junaedi sendiri yang mengetahuinya. Poin penting dari sikap abainya adalah agar Nayla mau menyetujui dulu tentang pernikahan yang harus mereka jalani. Junaedi belum sepenuhnya meyakini perasaannya terhadap Nayla, tapi dia pun tidak mau tersiksa dan akhirnya terjerumus ke dalam sebuah dosa. Selama ini jika dia mengunjungi tempat Sherly adalah hanya sekedar untuk mencari pelepasan saja, bukan pelepasan hasrat ataupun hormon melainkan pelepasan tentang beban yang ada di pikirannya. "Poin pentingnya adalah, Aku ingin kamu menandatangani surat itu tanpa protes...! selesai...!"kata Junaedi datar. "Itu berarti aku tidak memiliki pilihan lain bukan? lalu untuk apa anda menyuruh saya untuk membaca isi dari perjanjian tersebut?"tanya Nayla yang tiba-tiba saja berbicara secara formal. "Hanya sekedar supaya kamu tahu saja...! dan tolonglah cepat tanda tangani supaya kita bisa cepat bertolak ke kampungmu, Aku hanya bisa memberikanmu kelebihan seperti itu saja, terbebas dari dosa zina seperti yang kamu inginkan...!"kata Junaedi. "Terima kasih...!"setelah mengatakan itu Nayla pun segera menandatangani berkas yang ada di hadapannya. ada sekitar lima lembar yang ada di map tersebut dan dia pun harus menandatangani kelimanya. Kecewa? tentu perasaan itu yang ia rasakan saat ini, tapi apa mau dikata, nasib benar-benar mempermainkannya saat ini. Satu-satunya orang yang dianggap bisa menyelamatkan dari kubangan dosa di tempat Sherly, justru kini malah menjerumuskannya dalam dosa yang lainnya, yaitu mempermainkan sebuah pernikahan. "Cukup engkau sebagai saksiku ya Robb, Aku tak berdaya dengan keadaan ini...!"bisik Nayla dalam hatinya. Junaidi tersenyum melihat kepatuhan Nayla menandatangani surat perjanjian tersebut, tanpa Nayla sadari semua itu hanyalah formalitas saja, Junaedi hanya ingin menghalalkannya terlebih dahulu, mengenai perasaan di hati Nayla biarlah nanti menjadi urusan takdir. "Bisa kita langsung pulang ke rumahku Pak? ke kampung halamanku maksudnya...!"kata Nayla. Junaedi pun mengangguk kemudian melajukan mobilnya untuk berputar arah. Sepanjang perjalanan pun dihabiskan dengan saling terdiam, keduanya larut dalam pikirannya masing-masing, tak mau saling menyapa dan hanya memberikan kesempatan kepada masing-masing untuk menenangkan diri. Tiba-tiba saja... "Kita ini kayak orang pacaran saja ya mas? kita diam-diaman seolah sedang saling merajuk...!"kata Nayla. "Hmmm..."hanya itu jawaban Junaedi atas ucapan Nayla barusan. Setelah menghabiskan waktu sekian lama di perjalanan, akhirnya mereka sampai ke kampung halaman Nayla, Nayla pun menunjukkan arah ke mana rumahnya. "Rumah yang depan rumahnya ada dua pohon mangga itu rumah saya Mas...!"Nayla menunjuk rumahnya dan memberitahukan kepada Junaedi. Junaedi memarkirkan mobilnya di dekat pohon mangga sebelah kiri, sebelum Nayla turun dari mobilnya, Junaidi memperingatkan calon istrinya tersebut. "Kita harus bisa bersandiwara secara epik...! jangan sekalipun kamu memperlihatkan wajah sedih atau tak bahagia, karena itu bisa menggagalkan pernikahan kita nanti...!"kata Junaedi memperingatkan Nayla. Nayla mengangguk dan mengerti apa yang dimaksudkan oleh Junaedi. "Kamu harus ingat satu hal Nayla, kamu sudah menandatangani surat perjanjian itu, itu artinya kamu harus mengikuti semua yang aku sarankan..!"kata Junaedi sedikit mengancam. "Kamu nanti tinggal mengiyakan apa yang akan aku sampaikan kepada kedua orang tuamu, dan tolonglah bekerja sama..! bantu kamu tidak lupakan dengan nominal yang harus kamu kembalikan jika kamu mengingkari janjimu?" Ada sedikit nada ancaman di setiap kata-kata yang dilontarkan oleh Junaedi. "Jangan khawatir Mas, Aku akan melakukan tugasku dengan baik, pantang untukku mengingkari apa yang sudah aku ucapkan..!"kata Nayla juga tatapan ke Jawa seseorang yang pernah dikaguminya selama ini. "Bagus...! jangan lupakan posisimu yang sebenarnya di sini...! paham Nayla?"tekan Junaedi sekali lagi. Akhirnya Nayla pun hanya bisa mengangguk menghadapi intimidasi dan ancaman dari Junaedi tersebut. "Surat perjanjian pernikahan? Ampuni Aku Ya Allah...!"rutuknya dalam hati. Nayla berjanji akan melaksanakan shalat taubatan nasuha untuk menebus kesalahan yang telah sengaja ia lakukan itu. "Assalamualaikum...!"Nayla dan Junaedi mengucapkan salam secara berjamaah. "Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh...!"selama itu bersambut dengan meriah dan ramai dari dalam rumah. "Nayla...? Ini beneran kamu nak? Alhamdulillah...! ibu kangen sama kamu...!"ibunya Nayla berkata lalu memeluk anak sulungnya tersebut. "Apa kabar Bu? Perkenalkan ini Mas Junaedi..!" kata Nayla memperkenalkan Junaedi kepada ibunya. Meskipun bingung dengan perkenalan itu, namun ibunya Nayla bersikap biasa saja, beliau lantas mempersilahkan anak dan tamunya untuk masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. "Ada apa nduk kamu kok pulang mendadak? dan bisa jelaskan kenapa kamu bisa pulang bersama... siapa namanya tadi? Junaedi...!"tanya ibu rumah. "Maafkan Nayla Bu...! Nayla berucap sambil menundukkan kepalanya. "Tegakkan kepalamu Nayla...! Ibu tak butuh kata maafmu, tapi penjelasanmu yang Ibu mau...!"kata buram lelah dengan sangat tegasnya. Pak Ahmad suami Bu Romlah beserta kedua adik Nayla pun hanya diam menyimak. Mereka bertiga cukup tahu dan hafal jika ibunya dalam keadaan marah maka tak ada yang bisa meredamnya. "Nayla mau minta izin menikah Bu...!"

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN