Bab 22 : Keraguan Emilia

1899 Kata

Dalam perjalanan ke kafe temannya. Mereka mengendarai masing-masing mobil. Kaif menggunakan si merah dan Aydan mengendarai si kuning. Mereka pun masuk ke halaman parkir kemudian turun dari mobil lalu Kaif mengajak Aydan masuk ke kafe. Timbul dan Martin kucek-kucek mata ngeliat Kaif datang dengan adiknya. “Alamak! Kiamat hari ini kayaknya, itu adek dia kan?” tanya Timbul nunjuk ke arah Aydan. Martin mengangguk. “Ya, mampus aku! belum tobat pulak aku, kiamat hari ini bah.” “Becandanya aku, serius kali kau! Jangan kiamat dulu, Aku pun belum minta maaf sama bapakku, alat cukurnya kupake tadi malam.” “Cukur apa kau?” tanya Martin ke Timbul. “Rambut bawahku, udah panjang kali dia, keriting pulak itu!” Martin pun hampir tertawa keras mendengar ucapan temannya, tapi ia tahan karena melihat w

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN