Dreeett ...
Klik!
Kilau kebahagiaan dan decak kagum yang terpancar dari mata juga bibir kedua lelaki di sana.
Alan, menjadi yang pertama kali mendekati objek cantik di depannya.
Mengamati Future sedemikian rupa yang kembali dalam mode off-nya sementara karena daya sedang diisi. Sementara Andrew masih ngebug di posisinya.
"Bravo!" ucap Andrew bahagia.
Alan mengangguk menyetujui.
"Tidak sia-sia waktu 12 jam yang kita gunakan untuk membuatkannya media cas baru. Ternyata benda ini masih bisa berfungsi," sambung Alan.
"Seandainya saja sketchku bisa seberhasil ini, pasti akan sangat mengagumkan."
"Huh! Sketchmu itu abal-abal mana mungkin bisa menyamai Future."
Plak!
"Bagus-bagus kau kalau bicara ya Alan sialann. Begini-begini sistem chargenya dapat terealisasikan karena usahaku juga."
Alan memutar bola mata malas, "Ya ... ya, baiklah."
Kuakui meski bermulut besar begini tapi, Andrew tetaplah si kadal yang dapat diandalkan.
"Ngomong-ngomong, Al. Apa kau menyadari sesuatu?"
"Sesuatu ... yang seperti?"
Apa Andrew juga berpikir apa yang sedang kupikirkan?
"3038?"
"3038!"
Yes! We do.
"The future from 3038. Please using me for your healty life."
Tahun 3038? Mereka yang bernama the future, diambil dari kata bahasa Inggris. Dan jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, berarti masa depan.
"The Future yang datang dari masa depan, tepatnya dari tahun 3038?" oceh Andrew lagi.
Sebagaimana yang pernah dia katakan langsung padaku, bahwa dirinya adalah the future. Dan menolak keras saat aku mengatakannya manusia.
Well, dia memanglah the future bukan manusia. Tapi ...
"Mulai dimengerti. Tapi, And, dia ini apa sebenarnya? Manusia setengah robot? Robot luar angkasa yang datang dari masa depan? Penghuni planet lain yang menyerupai manusia?"
Owh shitt!
Aku benci pemikiran rumit ini. Lagi-lagi.
"Clava Orfandez. Keponakan Mr. Jazz yang merupakan salah satu si genius dari Indonesia. Bumi pertiwi kita memiliki satu lagi yang sepertinya," ucap Andrew.
Lalu? Kenapa harus membawa-bawa eksistensi keponakan Mr. Jazz?
Siapa tadi namanya, "Clava?"
"Uhum!"
Minuman kaleng yang sejak tadi masih dalam genggamannya, Andrew lempar sembarangan ke belakang yang ternyata tepat sasaran. Masuk ke dalam tong sampah elektronik dekat pintu utama.
"Aku sudah beberapa kali bertemu dengannya di perusahaan. Mr. Jazz sering membawanya dalam rapat-rapat penting atau akan bertemu pada tokoh tersohor."
Oke, maksudnya apa ini?
"Clava mahir pada bidang geomatika, ketertarikkannya di dunia bisnis dan mampu membaca data scientist dalam waktu singkatlah yang membuat Mr. Jazz sangat menjaganya."
"..."
"Clava juga handal pada ilmu kimia, banyak rumor tersebar salah satu temuannya hasil meracik zat-zat senyawa akan dipublikasikan tahun ini."
Terlalu melebar kemana-mana.
"Jadi, intinya apa maksudmu memberitahukanku informasi tentang Clava-Clava itu padaku?"
"Ck, otakmu terkadang seperti telur dadar."
What!
"Meleber, meleyot, tidak konsisten!" ungkap Andrew cepat.
Perjulidan yang terlalu jujur, ya, kuakui terkadang aku memang suka lola alias loading lama.
"Terima kasih, kuanggap sebagai pujian."
Tap!
Tap!
Bugh!
"Akhh!"
Satu pukulan yang seperti tonjokkan mendarat di perutku. Pelakunya tentu saja Andrew si kadal air tak berguna itu.
"Clava adalah kandidat yang bagus untuk bergabung menjadi tim kita, Alan. Come on! Dia jenius dan beberapa keahliannya akan sangat membantu kita," jelas Andrew.
Untuk melengkapi posisi yang kosong ya?
Sound so good oh bukan-bukan, thats great idea.
"Jadi?" Dengan alis berjungkit satu, aku bertanya hati-hati.
Lebih baik berpura-lura b**o terlebih dahulu. Mendengarkan penjelasan Andrew lebih banyak dan menelaahnya secara eksklusive. Tentu harus logis dan praktis.
Aku tahu kemana arah pembicaraan ini berpusat. Tapi, it's okay.
"Let me know!" kataku.
Seolah menjelaskan hal yang detail tersebut adalah kewajibannya.
"Besok siang, selesai jam istirahat. Aku akan mengatur pertemuan kalian. Kebetulan besok aku ada ke lab. si Bensin itu dengan Prof. Nellam."
"Ya ya, terserah kau saja."
***
Beberapa metode dalam menyusun sebuah robotic seperti pada umumnya.
Persiapan, perakitan, pengujian, kemudian perbaikan.
Dalam sebuah smart human manipulation, tentu banyak hal yang harus disiapkan secara matang-matang demi hasil yang memuaskan. Selain bahan-bahan dan peralatan yang memadai, kesiapan mental, fisik, dan kecakapan pun patut diperhatikan.
Terlebih, modal yang pastinya akan sedikit mengeruk kantong secara acak-acakan. Satu lembar dari nominal tertinggi dalam mata uang rupiah pun tidak akan dapat menutupi sebuah roda. Jika mereka berdiri dalam bentuk fisik transportasi.
Atau, basahnya keringat hasil berpikir tak lebih ampuh dari derasnya komisi sebagai infrastruktur.
Singkatnya, apa pun butuh uang. Segalanya memerlukan uang. Uang adalah hal yang valid namun sayangnya, untuk mendapatkan dalam jumlah banyak cukup sulit.
Itu dulu, sekarang kecerdasan dan permainan "taktik" orang-orang akan lebih mempermudah segalanya.
Kedua, proses perakitan.
Yakin dengan persiapan segalanya yang sudah paten, lanjut ke langkah berikutnya.
Tampilan, mendesain secara keseluruhan bentuk-bentuk bahan pilihan yang akan menjadi anggota tubuh. Kerangka, panca indera, sampai pada fungsi yang mencakup segalanya. Ya, multifungsi.
Lanjut, upgrade. Memperbaharui sistem sensor dan lain-lain yang akan dibutuhkan saat melakukan kegiatan sepele sampai dengan berat.
Membuat file untuk menyimpan segala data-data penting. Mengedit beberapa jurnal lainnya setelah melewati tahap pemeriksaan tentunya. Layout, cache, lalu tahap scanning, dan lain-lain yang terjabarkan dengan jelas.
Jika sudah memasuki perancangan, tentunya kerja dengan komputer tidak sedikit. Mencari dan mengumpulkan segala hal-hal yang mendukung proyek kerja. Database dan penelitian data. Karena jika berkaitam dengan kegunaan dan kecerdasan, tentunya harus berdasarkan fakta.
Jika semuanya telah terkumpul, pastikan semuanya sudah valid. Masuk ke tahap capturing, tunggu sampai finish.
"Spesifikasinya, akan lebih detail tertera pada layar berikut. Silahkan disimak dan pelajari." Suara Prof. Nellam terdengar.
Di laboratorium Doujav Corp yang luasnya tidak usah ditanya. Pun kelengkapan dan kecanggihan alat-alatnya yang sudah pasti.
Semua serba ada. Layar sebesar tampilan screen di bioskop itu menampilkan proses perakitan robotic secara menyeluruh. Lengkap dari awal sampai dengan selesai. Bahkan beberapa ada fase yang tidak kuketahui.
"Desain dan kenyaman yang menjadi gagasan utama. Kita robotic engineer yang mengutamakan fungsi, smart brain maker dan beberapa manipulasi yang tampak real." Penjelasan Prof. Nellam masih terus berlanjut.
Dan tampilan yang tertera di layar pun terus berputar berganti scene-scene yang menakjubkan. Si pelaku utama robotic yang terus saja berganti-ganti komputer. Dari komputer 1 ke komputer 2, lanjut ke komputer 3, 4, dan seterusnya.
Wah ...
Benar-benar menakjubkan.
"Jangan lupakan ide awal. Sebagai robotic engineer, sebelum merancang dan memulai kita pasti telah menentukan dan menetapkan beberapa hal kompleks yang ingin menjadi seperti ini atau seperti itu."
"Profesor?"
Andrew terlihat mengangkat sebelah tangannya.
"Ya, yang di sana?"
Otomatis perhatian orang-orang yang berada dalam laboratorium ini pun beralih padanya seorang.
Apa hal yang ingin si kadal tanyakan ya?
Tak kelupaan, sebelah ekor mataku juga menangkap eksistensi Benzie yang terlihat tenang di posisinya.
Oh ya, sebagai senior dan robotic engineer terkemuka sudah pasti kan dia ada disini.
"Bagaimana cara mentransfer data dari chip ke pemrograman roboticnya tanpa bisa dilacak oleh siapa pun. Bahkan oleh hacker sejati terkuat di dunia?"
Pertanyaan macam apa itu?
Namun, ingatanku langsung berotasi di malam kemarin saat kami berpusing ria memikirkan apa yang terjadi dengan Future.
"Oh, I see," gumamku pelan. Bahkan pelan sekali.
Dalam hati bersorak senang, jenius Andrew yang sesungguhnya sudah muncul.
Anak kadal ini, sangat pandai memanfaatkan waktu demi keuntungan pribadi.
Kedua sudut bibirku pun terangkat bangga. Ya, itu dia Andrew. Sahabatku yang mirip bunglon alaska.
"Samarkan riwayat search, temukan jalur hack yang memadai untuk menetralkan catatan keterangan dari awal sampai akhir."
"Begini, Prof. Misalnya, dalam konteks yang lebih serius atau katakan saja yang benar-benar urgent. Sebuah semangka yang dapat bergerak, berbicara, dengan akal dan kecerdasan yang luar biasa. Namun, tampilannya tetaplah semangka. Buah berwarna hijau luarnya dan merah dalamnya."
"Wow! Ilustrasi Anda mengagumkan saudara Andrew. Semangka?"
Beberapa orang lainnya tersenyum mendengar perkataan Andrew. Namun tidak dengan Benzie yang tetap tenang di tempatnya. Juga Mr. Jazz yang tidak ada di sini dalam rapat kali ini.
"Sebagai white hat hacker Doujav Corp, dan menanyakan masalah seperti ini. Sepertinya banyak pertimbangan yang sudah Anda persiapkan?"
"Merancang tak-tik sebagai sistem keamanan ke depannya, Prof," jawab Andrew tenang.
"Media bisa saja menjadi lubang hitam dalam proyek seperti ini jika kita menyinggung kecerdasan. Sebab, di luaran sana masih banyak teknik pembelajaran manual untuk memperkenalkan dunia dan mempelajari alam semesta."
"..."
"Para hacker-hacker lain pun tentu akan mudah meretas data jika merasa terancam. Ya ... walau saya tidak sebegitu yakin dengan keberhasilan akhirnya tapi, bukankah manusia memang ladangnya sombong dan penuh harapan?!"
Good speaker. Oh anak kadal betapa aku beruntung memiliki sahabat pelit duit tapi royal ilmu sepertinya.
Semakin lama mengenal Andrew, semakin banyak pula ilmu dan pengetahuan lain yang kudapat darinya. Terutama dalam bidang IT. Dua sisi yang menguntungkan menjadi orang terdekatnya. Pelajaran kuliah akan terasa mudah dan pekerjaan pun cepat terselesaikan.
"Memperbaiki sistem pengaman secara menyeluruh. Cyber system privat atau semacam intelegent spy nasional. Ubah mind set awal menjadi proyek yang terlihat tidak masuk akal. Kemudian pelajari sistem rinci A, temukan orang yang tepat untuk mengutak-atik mesin dan menangani kerusakkannya."
"Meskipun semangka itu tetap berisi daging semangka yang berbiji? Daging buah sungguhan dan bukan alat-alat sebagaimana rancangan buatan manusia?"
Di depan sana, Prof. Nellam terlihat agak kikuk. Mungkin sedikit kebingungan dengan pertanyaan Andrew kali ini.
Benar, dia betulan menggambarkan Future sebagai semangka. Mengibaratkan gadis itu layaknya benda cerdas dengan hal konyol namun nyata.
Kerja bagus Andrew!
"Ya. Meski seperti itu sekalipun," jawab Prof. Nellam pada akhirnya.
Beberapa saat, saat tatapanku tertuju pada Andrew dan ternyata ia juga sedang menatapku. Lensa beningnya seolah berkata, "Kau lihat itu?"
"Sangat tidak membantu!"
***