VI

1052 Kata
"Andrew, Rain takut. Benar-benar takut. Nanti kalo Rain hamil bagaimana? Rain masih ingin sekolah." Rain berusaha menahan d**a Andrew yang berusaha ingin menerjangnya. "Gak akan, Andrew gak akan rusak masa depan Rain. Rain gak akan hamil sekarang, Andrew juga masih ingin sekolah sama-sama dengan Rain di SMA nanti." Andrew yang sudah kalap kembali menyerang p******a Rain yang mulai tumbuh besar. "Andrewhh.. Rain takut Mama Papa tahu.. Rain takut. Kita sebentar lagi ujian." Mengerang kesal Andrew menatap tajam Rain yang sudah satu tak berada dibawahnya. "Gak usah takut. Andrew gak akan pernah meninggalkan Rain. Gak akan pernah." Andrew menarik celana dalam milik Rain hingga miliknya terlihat, dengan tak sabaran Andrew juga membuka celananya hingga Rain dapat melihat k*********a yang sudah menegang. Rain mencengkram erat bahu Andrew saat pemuda itu memasuki tubuhnya, dengan air mata dan jeritan kesakitan Rain menerima Andrew seutuhnya menyisakan darah perawan nya yang merembes ke kasur. "Rain punya Andrew dan selamanya akan begitu." Dengan perlahan Andrew menggerakkan dirinya hingga Rain terbiasa. Setelah itu mereka pun mengejar kenikmatan dunia. >}{< Memeriksa ponselnya Rain mendapati beberapa panggilan tak terjawab dari Andrew kemarin dan tadi malam, bahkan pemuda itu juga membalas pesannya. Tetapi jam yang ditunjukkan sewaktu pemuda itu menghubunginya adalah tengah malam pasti ia sudah tidur malam itu. Ditambah lagi ponsel Rain lowbatt, ingin menghubungi Andrew sekarang rasanya begitu tanggung. Tetapi daripada mendapat amukan pemuda itu lebih baik Rain membalas saja pesannya, lalu menjelaskannya disekolah. Rain sudah punya alur untuk kebohongannya, Andrew tak akan tahu. Sesampainya disekolah ia disambut sapaan hangat Tiara, Retno juga Ambar. Hari ini mereka ada beberapa ulangan harian, jadilah semalam Rain benar-benar sibuk belajar setelah makan malam tak memperdulikan ponselnya yang dalam keadaan off tengah di isi baterainya. Tak butuh waktu lama hingga bel masuk berbunyi, diiringi kedatangan Mr. Juned pengajar bahasa Inggris masuk kedalam kelasnya. Sudah dua pelajaran berturut-turut kelas Rain dijejali ulangan harian, dan setelah waktu istirahat ini kelas mereka bebas dari ulangan harian. Rain mendapat pesan dari Andrew bahwa pemuda itu menunggunya di kantin. Selama perjalanan bersama ketiga temannya, Rain teringat sesuatu bahwa Sarah pindah ke sekolahnya hari ini dan sekelas dengan Andrew. Bagaimana bisa Rain lupa, akibat dari belajar semalam Rain jadi lupa semuanya. Semangatnya ingin bertemu Andrew pupus sudah saat memikirkan kemungkinan Sarah sedang bersama Andrew saat ini, hahh mengapa Rain kembali merasa hatinya berdenyut nyeri ya? Ini adalah kenyataannya, bahkan Andrew dan Sarah akan dijodohkan. Apa hak Rain merasa seperti ini? Ia sungguh tidak berhak. Statusnya dan Andrew hanya sahabat, selamanya akan begitu meskipun semua harga diri Rain hancur lebur. Perjodohan itu mengubah semua cara pandang Rain, "Tiara, tolong pesan Soto ya untuk Rain. Rain nanti ketempat kalian, cuma mau ngobrol sebentar sama Andrew." "Oke." Memasuki area kantin, mata Rain langsung bersibobok pada Andrew yang dengan telaten tengah menyuapi Sarah. Begini ya rasanya ketika melihat dengan mata kepala sendiri? Ternyata lebih sakit daripada berita juga kemungkinan dalam pikiran nya. Dengan agak gemetar Rain berjalan menuju dua manusia yang tampak serasi juga mesra itu. "Andrew..." Rain tersenyum kecil menatap Andrew juga Sarah bergantian, sengaja Rain masih berdiri tanpa mau duduk didepan mereka. Ia hanya ingin mempersingkat waktu. "Duduk Rain." Rain menggelengkan kepalanya pelan menatap Andrew seperti tak terjadi apapun. "Aku udah ditunggu Tiara sama yang lain, udah dipesan makanan juga. Aku kesini cuma mau ketemu sama Sarah, Mama bilang dia pindah sekolah kesini." Andrew tersenyum kecil dan mengangguk, menarik lembut tangan Rain yang bisa dicapainya seraya mengusap pelan dengan ibu jari. "Iya Rain, Sarah juga sekelas sama aku." Rain mengangguk paham seraya dengan cepat menarik tangannya, tak mau membuat Sarah salahpaham karena gadis itu terus melihat kearah tangan mereka. "Sarah kamu ingatkan aku Rainy? Semoga betah sekolah disini ya." Rain dengan senyum sewajarnya menjulurkan tangan dan dibalas dengan malas-malasan juga terpaksa oleh Sarah. Membuat Rain jadi berpikiran buruk tentang perempuan satu ini. "Iya makasih ya Rain. Aku ingat kok, Aunty Alyssa juga udah banyak cerita tentang kamu." Rain mengangguk-angguk kepalanya dan segera melepas tautan tangan mereka. "Yaudah aku pamit dulu ya, gak enak udah ditunggu." Andrew dengan cepat menahan tangan Rain, tak ingin gadis itu pergi. "Makan disini aja ya? Biar Andrew ambilkan makanan kamu." Rain tersenyum seraya menggelengkan kepala sekaligus melirik Sarah yang membuang muka. "Gak perlu Drew, makin lama nanti. Sebentar lagi mau masuk, aku mau makan dulu." Dengan perlahan Rain melepaskan genggaman Andres di lengannya, segera menjauh dari sana dengan perasaan tak tentu. "Siapa itu Rain?" Rain mengangkat wajahnya menatap ketiga temannya yang menampakkan ekapresi ingin tahu. "Namanya Sarah, teman kecil aku dan Andrew. Dia baru pindah sekolah disini hari ini dan sekelas dengan Andrew." Mendapat jawaban tersebut yang lain hanya bisa mengangguk paham tak mau bertanya lebih. Rain pun tak mau bicara lagi segera menyantap makanannya. Ponselnya berdering sekali menandakan chatt masuk, segera Rain mengambil ponsel di sakunya dan melihat siapa yang menghubungi dirinya. Dengan senyum tipis Rain membalasnya dan kembali memakan makanannya sambil menatap ponsel, tak menyadari ada orang lain yang sangat ingin tahu karena memperhatikan dirinya. Waktu pulang sekolah akhirnya terjadi, Rain dan teman-temannya berjalan bersamaan menuju area parkir rencananya mereka akan pergi membeli n****+ yang tengah Retno idam-idamkan. Kebetulan tempat yang ingin dituju sama dengan tempat pertemuan yang sang gebetan beritahu. Mungkin inilah kesempatan bagi Rain memulai kisah asmaranya. "Rain, ayo pulang." Rain dikejutkan dengan suara Andrew yang tengah sudah menaiki mobilnya dengan jendela yang sedikit diturunkan. Bisa dilihat disebelahnya sudah ada Sarah yang mengurutkan pangkal hidungnya pelan. "Jangan melamun, ayo naik. Sarah lagi pusing ingin cepat-cepat pulang." Rasa nyeri itu datang lagi, tapi diwajahnya Rain menampilkan senyum tipis. "Kalian duluan aja, aku udah janji mau antar Retno dan yang lain beli novel." Andrew menggelengkan kepala tegas. "Enggak, kamu masuk. Aku antar kamu pulang." Kini suara rintisan Sarah memperparah keadaan ini. Rain tersenyum miris meski samar, ketara sekali bahwa Sarah ini tak menyukai dirinya. "Aku gak papa, gak enak sama mereka. Udah berapa kali aku langgar janji. Mending kamu cepat antar Sarah pulang, dia kayaknya sakit banget." Andrew menghela nafasnya kasar. Ia ingin sekali memaksa Rain pulang bersamanya tetapi kondisi Sarah yang pusing kepala juga sakit seperti ini tak bisa membuatnya egois apalagi setelah perempuan itu kehilangan ayahnya. "Yaudah, kalo udah sampe rumah kasih tahu aku." Rain mengangguk paham dan melambaikan tangannya pelan mengiringi mobil Andrew yang perlahan meninggalkan sekolah juga meninggalkan luka sayat dihatinya. Vote and Comment!!!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN