Kegilaan Arabella

1212 Kata
Hari ini Arabella berniat untuk menemui Yu secara langsung. Sudah cukup waktu yang ia habiskan dengan memperhatikan Yu dari jarak jauh. Saatnya Arabella melakukan aksi karena waktu yang diberikan oleh papanya hampir habis. Bagaimanapun caranya, Arabella harus mendapatkan Yu. Arabella tidak peduli dengan penilaian orang lain. Mungkin ia dianggap sebagai wanita gila yang karena mengincar mahasiswanya sendiri. Wajar saja, Yu masih mahasiswa tingkat 4. Tapi usia Yu lebih tua satu tahun dari dirinya. Arabella sudah mendapat informasi mengenai jadwal kuliah Yu. Hal ini berguna agar Arabella bisa menemui Yu diwaktu yang tepat. Arabella menatap layar ponsel. Sebentar lagi, Yu keluar dari kelas. Arabella berencana menunggu di dekat apartemen Yu. Kalau bertemu di kampus, pasti akan menarik perhatian beberapa orang. Oleh karena itu, Arabella mencari tempat yang lebih cocok untuk meminimalisir gosip yang tidak mendasar bertebaran. Arabella sudah memastikan jika pekerjaan yang diberikan oleh Prof Takashi sudah selesai. Jadi tidak masalah jika ia keluar sebentar meninggalkan area kampus. Arabella menuju ke lokasi dimana ia akan menunggu Yu. Lebih tepatnya ia tengah menghadang Yu sebelum sampai ke apartemen. Tidak butuh waktu lama, Arabella sudah sampai. Arabella menunggu sambil bersandar di dinding. Dedaunan berterbanganan oleh angin. Sudah lama Arabella tidak merasakan momen-momen seperti ini. Semenjak bekerja menjadi asisten Prof Takashi, kehidupannya diisi oleh kesibukan bekerja. Tapi banyak hal yang Arabella dapatkan. Waktu yang ia habiskan berbanding lurus dengan ilmu yang ia dapatkan. Arabella mulai bosan. Ternyata menunggu semenyebalkan ini. Padahal jadwal kuliah Yu sudah selesai dari dua puluh menit yang lalu. Entah kemana dia pergi? Apa dia tidak pulang ke apartemen? Arabella terlalu sibuk dengan instingnya sendiri sehingga mengabaikan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Arabella akan tetap menunggu. Tidak peduli berapa banyak waktu yang ia buang dengan sia-sia. Kalau ingin mendapatkan sesuatu, maka harus mengorbankan sesuatu. Arabella sangat mengerti hal tersebut. Jadi dia akan tetap disini untuk menunggu. Arabella sengaja menggunakan masker dan topi agar mahasiswa yang tinggal di lingkungan tersebut tidak mengenal dirinya. Sejak tadi sudah beberapa orang yang menatap dirinya. Tapi Arabella pura-pura menghubungi seseorang. Padahal ponselnya tidak terhubung dengan siapapun. Arabella sudah melakukan hal-hal yang belum pernah ia lakukan selama ini. Termasuk menunggu seorang pria. "Menyebalkan," lirih Arabella setelah melihat sosok pria yang ia tunggu dari jarak jauh. Saking banyaknya waktu yang dihabiskan Arabella untuk memperhatikan Yu belakangan ini, jadi dari jauh ia sudah bisa mengenali Yu Arabella tidak boleh terburu-buru. Berhubung Yu semakin lama semakin mendekat, maka Arabella sengaja membuka topi dan masker. Yu pasti tahu dirinya, itulah yang dipikirkan oleh Arabella. Tapi siapa sangka, saat Yu sudah sangat dekat namun tidak menggubris Arabella sama sekali. Jangankan menyapa, melihat saja tidak. Arabella sampai kesal sendiri. Dia sudah membuang-buang waktu, tapi dihiraukan begitu saja. Apa Yu tidak tahu siapa dirinya? Tentu saja tidak mungkin, apalagi ia menjadi satu-satunya asisten yang diandalkan oleh Prof Takashi. Yu tengah menghubungi seseorang. Arabella curiga, mungkin saja Yu sama seperti dirinya yang pura-pura menghubungi seseorang padahal kenyataannya tidak. Arabella mengikuti dari belakang. Dia mendengar Yu berbicara dengan bahasa yang sangat ia kenali. "Gue nggak punya uang segitu, Bang." "..." "Jangankan tiga juta, 1 juta aja nggak sampai." "..." "Pinjam sama Zero dulu. Tabungannya lumayan." "..." "Gue juga mau nolong kalau ada, tapi uang gua emang nggak sampai segitu." "..." "Iya, kabari kalau udah dapat." Panggilan terputus. Arabella tanpa sadar menjadi seseorang yang mencurigakan. "Siapa Anda?" tanya Yu yang langsung berbalik badan. Sejak tadi ia sudah merasakan hal yang aneh seperti seseorang mengikuti dari belakang. Ternyata memang ada. "Halo!" sapa Arabella yang sudah mengangkat kedua tangan. Ia seperti orang bodoh saja. Hal memalukan yang tidak ingin Arabella ingat sama sekali. Tubuh Yu membeku seketika. Bagaimana mungkin wanita yang sangat teman-temannya hindari ada didepannya sekarang. Apalagi ia sampai tersenyum dengan paksa seperti sekarang. Bukannya terlihat manis, malah semakin terlihat aneh. Yu tidak tahu ada di situasi yang seperti apa. Otaknya bahkan tidak bekerja dengan baik. Lebih baik segera melarikan diri seakan-akan tidak melihat atau bertemu siapapun. Yu membungkuk sedikit, tanpa berbicara dan langsung membalikkan badan. Ia melangkah dengan cepat. "Tu-tunggu..." ucap Arabella dengan menggunakan bahasa negara mereka. Yu tidak memberi respon. Dia pura-pura tidak mengerti. Padahal tadi Yu menghubungi temannya, Yu menggunakan bahasa negaranya. Tindakan yang bodoh dan teledor. "Saya ingin berbicara dengan Anda, Yundra Aliandra." Arabella menyebut nama Yu dengan lengkap. Otomatis langkah Yu langsung terhenti. "A-ada apa, Prof?" tanyanya dengan terbata-bata. Arabella sudah menduga bahwa Yu mengenal dirinya. Apalagi beberapa kali Arabella terlibat hal yang menyebalkan dengan teman Yu. Arabella melihat tangan di atas d**a. "Lebih baik bicara di dalam mobil saya." Perasaan Yu semakin tidak tentu arah. Kebingungannya semakin menjadi-jadi. Wajah polos dan wajah takutnya sungguh membuat Arabella ingin tertawa. "Maaf, Prof. Apa salah saya?" Wajah Yu semakin menggemaskan bagi Arabella. Entah kenapa Arabella semakin ingin menggoda Yu. "Coba pikirkan sendiri," suruh Arabella. "Sa-saya rasa tidak ada, Prof. Sehari ini saya hanya mengikuti perkuliahan seperti biasanya. Saya juga tidak melanggar satupun kebijakan kampus." Arabella tidak sanggup lagi untuk menahan tawa. Tapi ia tidak boleh tertawa untuk sekarang. "Nanti saya katakan di dalam mobil." "Kenapa tidak disini saja, Prof?" Yu semakin panik. "Apa Anda ingin orang lain mendengarnya?" Yu langsung menggeleng. Apa dia membuat kesalahan tanpa disadari. Lebih baik mengikuti keinginan dari sosok wanita di depannya. Arabella tertawa kecil karena Yu begitu mudah dimanipulasi. Sangat cocok untuk menjadi suaminya. Arabella masuk ke dalam mobil. Begitupun dengan Yu. Sejenak, suasana menjadi hening. Yu tidak berani menatap Arabella. Aura Arabella memang sangat kuat. Apalagi terkadang ia harus mengajar mahasiswa yang keaktifannya melewati batas. Dia harus bersikap tegas agar dihargai. "Apa Anda membutuhkan uang?" tanya Arabella langsung. "Ha?" "Berapa?" Keterkejutan Yu belum selesai, tapi wanita disampingnya malah bertanya berapa. "Sa-saya tidak membutuhkan uang," jelas Yu. "Tidak perlu disembunyikan. Saya tidak sengaja mendengar pembicaraan Anda." "Oh itu..." Yu mulai mengerti. "Berapa yang Anda butuhkan?" "Ti-tidak perlu!" Yu menjawab dengan cepat. Situasi yang cukup aneh. "Tenang saja. Uang saya cukup banyak." "Maaf, Prof. Saya tidak membutuhkan uang." "Sebenarnya ada apa?" Yu kembali bertanya. Tiba-tiba datang dan langsung menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil. Sebelumnya mereka tidak pernah berbicara satu sama lain. Bibir Arabella mendadak membeku. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi ia bisa membuang-buang waktu. Bagaimanapun, harus dikatakan. "Saya sedang mencari seorang pria untuk dinikahi." Yu mengerutkan kening. "Maaf, Prof. Saya tidak punya teman pria untuk dikenalkan." "Saya tidak membutuhkan pria lain." "Jadi apa? Tolong katakan dengan jelas agar saya mengerti." Lama-lama Yu menjadi frustasi. "Saya ingin menikah dengan Anda, Yundra." Arabella menunjuk Yu. Pupil mata Yu langsung melebar. Ia mengalami keadaan dimana tubuh menjadi tidak bisa bergerak, nafas menjadi tidak teratur karena syok berat. "Bagaimana?" tanya Arabella. Yu masih tidak bergeming sama sekali. "Tenang saja, Anda tidak akan mendapatkan kerugian dengan menikah dengan saya. Saya akan memberikan nominal uang setiap bulannya. Anda bisa tinggal di apartemen mahal. Kemudian, Anda bisa membantu kerabat jika mereka memerlukan uang. Saya akan mem-" "Stop!" tegas Yu. Kemudian Yu berkata, "sepertinya kepala Anda sedang bermasalah, Prof." "Tidak. Kepala saya baik-baik saja." "Wah... Saya tidak tahu kalau ternyata Anda segila ini." Yu tidak tahu harus merespon seperti apa lagi. "Benar-benar gila dan menjijikan," lanjut Yu lagi. Setelah itu, dia membuka pintu mobil dan keluar. "Tu-tunggu! Siapa yang Anda bilang menjijikan?" Arabella tidak terima perkataan itu. Tindakannya memang gila, tapi Arabella tidak punya jalan lain. Yu tidak menggubris sama sekali. Dia melangkah dengan buru-buru meninggalkan Arabella yang tengah kesal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN